.
BOOK review
Started on: 29 January 2023
Finished on: 4 February 2023
Finished on: 4 February 2023
Title: Gadis Kretek
Author: Ratih Kumala
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Untuk syarat mengalahkanmu suatu hari nanti, lewat anakmu ini."
Raja, pemilik usaha Kretek Djagad Raja, sedang sekarat. Di saat sedang meregang nyawa, ia memanggil nama seorang perempuan yang bukan istrinya: Jeng Yah. Ketiga anaknya, Lebas, Karim, dan Tegar, seketika bergegas menelusuri pelosok Jawa untuk mencari sosok wanita tersebut sebelum ajal menjemput ayah mereka. Perjalanan mereka bagaikan napak tilas bisnis dan rahasia keluarga. Seorang buruh tua mengungkap asal-usul Kretek Djagad Raja dari puluhan tahun yang lalu hingga menjadi kretek nomor 1 di Indonesia. Terlebih lagi, mereka juga jadi mengetahui kisah cinta ayah mereka dengan Jeng Yah, yang ternyata adalah pemilik kretek lokal yang terkenal pada masanya. Akankah Lebas, Karim, dan Tegar akan berhasil menemukan Jeng Yah seperti yang diharapkan ayahnya?
"Dasiyah memang akrab dengan kretek, dia mengenal kretek dengan baik. Aroma, rasa, tekstur di tangan, tekstur di bibir, lembutnya asap, sensasi ketika asap keluar dari mulut dan hidungnya, dan ketiba-tibaan yang datang membawa ketenganan seusai isapan pertama."
Sebenarnya sudah cukup lama novel ini ada di dalam daftar bacaanku dan dorongan untuk membacanya semakin kuat saat aku mendengar kabar bahwa kisah Gadis Kretek ini akan segera diangkat menjadi serial original Netflix. Sebelum serialnya tayang, aku ingin terlebih dahulu membaca bukunya dan rencana tersebut akhirnya terwujud tahun ini. Aku belum pernah membaca karya Ratih Kumala sebelumnya, tapi aku punya ekspektasi yang cukup tinggi setelah melihat review pembaca terhadap buku ini. Walaupun aku tidak sepenuhnya puas dengan alur cerita yang disuguhkan dalam buku ini, penulis tetap berhasil membuatku penasaran dari awal hingga akhir.
"Ia merasa ada missing link dari semua cerita tadi, sesuatu yang belum diketahuinya. Sesuatu yang belum pernah diceritakan Mbah Djagad maupun Romo padanya. Roda mobil berputar laju ke depan, mengajaknya berkelana menembus waktu di belakang."
Buku ini dimulai dengan memperkenalkan Lebas, Karim, dan Tegar—tiga bersaudara yang merupakan pewaris Kretek Djagad Raja—usaha kretek nomor 1 di Indonesia. Sewaktu ayah mereka sedang sekarat, ia memanggil nama seorang perempuan bernama Jeng Yah. Hal itulah yang mengawali perjalanan mereka bertiga untuk mencari sosok Jeng Yah yang ingin ditemui ayah mereka sebelum meninggal. Pada bab ketiga, fokus ceritanya beralih pada karakter Idroes Moeria dan kisah hidupnya membangun usaha kretek setelah bekerja sebagai pelinting klobot. Penulis juga menceritakan perjalanan cintanya untuk mendapatkan Roemaisa—anak Juru Tulis, dan juga persaingannya yang sengit dengan Soedjagad dalam berbisnis serta memperebutkan Roemaisa. Pembaca diajak untuk mengikuti kehidupan Idroes Moeria penuh dengan gejolak, terutama di tengah penjajahan Jepang yang berdampak besar terhadap masyarakat Indonesia pada masa itu. Tidak berhenti sampai disana, kisahnya berlanjut hingga ke generasi selanjutnya, anak perempuan Idroes Moeria yang bernama Dasiyah. Meskipun seorang perempuan, Dasiyah telah membuktikan bahwa ia berbakat dalam membuat lintingan kretek yang nikmat dan punya insting berbisnis yang kuat. Hingga Dasiyah bertemu dengan Soeraja, sosok lelaki yang berhasil memikat hatinya, dan mereka pun harus melalui masa-masa sulit yang mengancam nyawa keduanya.
Dari awal buku ini, pembaca langsung dibuat penasaran dengan karakter Jeng Yah yang dipanggil-panggil oleh Raja sewaktu ia sedang meregang nyawa. Meski sudah beristri dan berkeluarga, mengapa nama wanita lain yang dipanggilnya di masa-masa terakhir hidupnya? Setelah membaca keseluruhan ceritanya hingga akhir, aku sepenuhnya mengerti keinginan Raja untuk berdamai dengan masalah yang mengganjal di dalam hatinya selama puluhan tahun. Ceritanya ditulis dengan alur maju-mundur; terkadang menceritakan kisah tiga bersaudara yang sedang menelusuri sejarah, lalu dilanjutkan dengan potongan kisah dari masa lalu. Sejujurnya, aku tidak terlalu peduli dengan karakter Lebas, Karim, maupun Tegar, dan jauh lebih tertarik dengan karakter-karakter dari masa lampau. Salah satu unsur yang tidak kalah menarik dari buku ini adalah penggunaan Bahasa Jawa dalam dialognya. Sebagai seorang penghuni pulau Jawa, aku familiar dengan sebagian besar istilah yang digunakan, tetapi penulis juga menyediakan terjemahannya di akhir setiap bab bagi yang membutuhkannya. Melalui buku ini, aku juga jadi tahu sejarah berkembangnya usaha kretek di Indonesia dan juga kejadian-kejadian mengenaskan di kala itu. Aku salut dengan cara penulis menyisipkan sejarah ke dalam ceritanya dengan begitu mulus sehingga tidak sulit untuk dicerna oleh pembaca.
"Kunikmati saat-saat ini. Saat aku bisa memperbaiki kekacauan yang pernah dibuat keluargaku di masa lalu. Tak kusangka, aku, si kambing hitam keluarga, bisa menjadi berharga."Secara keseluruhan, meskipun ada beberapa bagian cerita yang kurang memuaskan untukku, aku masih cukup menikmati buku ini dari awal hingga akhir. Alur ceritanya yang padat dengan konflik membuatku tidak bosan walaupun aku merasa karakter-karakternya bisa digali lebih dalam lagi. Buku ini memang bukanlah buku favoritku, tapi aku akan merekomendasikan buku ini bagi pembaca yang tertarik membaca novel sejarah fiksi Indonesia. Penulis dengan luwes menggabungkan elemen sejarah, romansa, budaya, politik, hingga persaingan bisnis ke dalam ceritanya. Setelah membaca buku ini, aku semakin tidak sabar untuk melihat hasil adaptasinya yang seharusnya tayang dalam tahun ini. Jajaran aktor dan aktris yang dipilih untuk memerankan setiap karakter pun terlihat sangat menjanjikan. Semoga aku juga bisa menuliskan review untuk serial adaptasinya waktu sudah rilis nanti 😉.
No comments:
Post a Comment