.
BOOK review
Started on: 6 October 2024
Finished on: 13 October 2024
Finished on: 13 October 2024
Title: Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong
Author: Eka Kurniawan
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Pages: 148 pages
Year of Publication: 2024
Price: Rp 127,200 (https://www.gramedia.com/)
Rating: 3/5
Year of Publication: 2024
Price: Rp 127,200 (https://www.gramedia.com/)
Rating: 3/5
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Apakah saat itu Sato Reang sudah menjadi anak saleh? Setelah dipikir-pikir dengan segala kelakuanku di masa kecil itu, jawabannya mungkin tidak.Setidaknya sampai aku berumur tujuh tahun."
Kisah ini adalah tentang Sato Reang. Hidupnya berubah sewaktu ia disunat di usia tujuh tahun dan ayahnya berkata bahwa sudah saatnya ia menjadi anak saleh. Di saat Sato Reang mendambakan kebebasan dan bersenang-senang bermain bola, ia dipaksa mengikuti ayahnya menjalankan berbagai ritual ibadah yang sebetulnya tidak ingin ia lakukan. Segala tekanan itu membuatnya membenci Jamal, temannya yang paling saleh dan paling rajin sembahyang. Terlebih lagi, ia semakin terdorong untuk menjadi anak yang tidak saleh demi mempermalukan ayahnya.
"Aku berjanji akan ada suatu hari di mana aku bisa merayakan kebebasan, melakukan apa pun yang aku mau, dan di saat itu aku boleh menangis sekehendak hati."
"Orang-orang dewasa memang senang sekali berbasa-basi, hidup mereka seperti kata-kata yang keluar dari mulut mereka, sekadar menghambur-hamburkan waktu."
Nama Eka Kurniawan tentunya tidak asing bagiku karena ada banyak karyanya yang begitu populer dan bahkan sudah dicetak ulang berulang kali. Sayangnya, aku harus mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya aku membaca karya Eka Kurniawan meskipun sudah pernah mendengar namanya sejak lama. Aku memutuskan untuk membaca buku ini karena judulnya yang kontradiktif dan sangat memancing rasa penasaran. Selain itu, aku berharap buku yang tidak terlalu tebal ini bisa menjadi perkenalan yang baik antara aku dan penulisan Eka Kurniawan. Sayangnya, aku tidak terlalu puas dengan buku ini dan cukup sering mengerutkan keningku sewaktu membacanya.
"Sejak saat itu, Sato Reang merasa dirinya bola plastik yang terbelah dua, dengan rasa sakit yang tak pernah pudar. Dengan jiwa berlubang, seperti dua mangkuk kosong."
Seperti yang tertulis di bagian belakang buku, kisah ini ditulis dari sudut pandang pertama karakter utamanya: Sato Reang. Namun, ada kalanya ia tercerabut dan menceritakan kisahnya dari sudut pandang ketiga. Dalam cerita yang cukup singkat ini, pembaca akan menyaksikan Sato Reang melalui berbagai kejadian yang membuatnya pahit terhadap ayahnya. Titik balik kehidupan Sato Reang adalah ketika ia disunat di usia tujuh tahun dan ayahnya memaksa Sato Reang untuk menjadi anak yang saleh. Ia semakin memberontak ketika benda yang berharga baginya dihancurkan demi kesalehannya. Seiring bertambahnya usia, Sato Reang semakin mendambakan kebebasan dari belenggu yang mengekangnya selama bertahun-tahun—bahkan setelah ayahnya tiada.
Sejujurnya, setelah menyelesaikan buku ini aku merasa cukup bingung cerita apa yang barusan aku baca 😅. Ada beberapa adegan yang berkesan untukku—salah satunya adalah ketika Sato Reang ada di bioskop (penulis berhasil membuatku menganga terkejut), tetapi sebagian besar buku ini membuatku merasa tidak nyaman karena narasi yang penuh dengan ucapan kasar dan kenegatifan. Ini bukanlah kali pertama aku membaca buku dengan karakter yang ambigu secara moral, namun aku kesulitan menyukai karakter Sato Reang dan tidak bisa mendukungnya untuk mencapai apa yang ia inginkan. Saat menutup buku ini, aku juga tidak merasa puas dengan bagaimana ceritanya berakhir. Sepertinya, jauh di dalam lubuk hatiku, aku berharap Sato Reang menemukan sendiri jalan yang dapat membuatnya menjadi seorang yang saleh tanpa paksaan siapapun.
"Jauh di dalam hatinya, ia berharap bisa berbaring meringkuk di hamparan gombal yang sama. Sejenak saja. Menjadi seekor anjing terlihat lebih membahagiakan ketimbang menjadi kanak-kanak manusia."
Meskipun buku ini tidak memenuhi ekspektasiku yang sangat tinggi terhadap tulisan Eka Kurniawan yang memiliki begitu banyak penggemar, aku dapat melihat potensinya dari beberapa adegan yang meninggalkan kesan bagiku. Adegan-adegan tersebutlah yang membuatku memberi buku ini rating 3/5 walaupun banyak faktor dalam kisahnya yang tidak cocok dengan seleraku. Mungkin suatu hari aku akan mencoba membaca salah satu karya Eka Kurniawan yang populer, supaya bisa mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang gaya penulisannya yang cukup unik. Aku rasa butuh percobaan kedua untuk mengetahui benar-benar apakah aku bisa menikmati gaya penulisannya atau tidak.
"Manusia datang dan pergi... Awalnya akan terasa berat, tapi lama-kelamaan tubuh dan jiwa manusia memiliki kemampuan untuk menanggung segala yang hilang itu."
No comments:
Post a Comment