photo wishlist_zps2544b6d7.png

Wednesday, September 4, 2024

Book Review: Nonik Jamu by Rina Suryakusuma

.
BOOK review
Started on: 6 July 2024
Finished on: 14 July 2024
 
 
Title: Nonik Jamu
Author: Rina Suryakusuma
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Pages: 272 pages
Year of Publication: 2024
Price: Rp 79,100 (https://www.gramedia.com/)

Rating: 4/5
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Kini ia percaya, tak ada yang mustahil dalam hidup. Jangan pernah batasi mimpi. Biarkan langit menjadi pagarnya."
Sejak kecil, Kinanti selalu membantu kedua orangtuanya menjaga toko kelontong milik keluarga mereka di Wonosobo. Ia memiliki impian agar suatu hari orangtuanya tidak perlu lagi bekerja terlalu keras seperti yang mereka lakukan selama ini. Seiring dengan bertambahnya usia Kinanti, ia menemukan tujuan hidup yang ia inginkan, yaitu menjadi peracik jamu. Pertemuannya dengan Pandu, anak pemilik Gudang Rempah, seolah menjadi pertanda bahwa semesta mendukung Kinanti mencapai impiannya. Namun dengan cara yang menyakitkan, Kinanti menyadari bahwa tidak semudah itu tujuannya dapat tercapai. Hingga Arumi muncul, dengan tekad untuk membalas sakit hati orangtuanya sekaligus mewujudkan mimpi yang tertunda selama bertahun-tahun. Dengan keteguhan dan kegigihan, Arumi bertekad untuk menggapai impian itu, apa pun taruhannya.
"Ia tetap berpegang teguh pada tekadnya, pada mimpinya untuk memetik bulan bagi ibunya."
 
Tidak kusangka, sudah 10 tahun berlalu sejak aku terakhir kali membaca karya Rina Suryakusuma. Walaupun sudah lama sekali, aku ingat bagaimana aku selalu menikmati gaya penulisannya yang mengalir dengan baik. Karena itulah, tanpa mengetahui dengan pasti premis buku ini, aku tidak perlu berpikir panjang sebelum memutuskan untuk membelinya. Seperti yang sudah aku duga, aku menikmati ceritanya dengan baik dari awal hingga akhir meskipun konflik yang disuguhkan tidak terlalu rumit. Membaca buku ini seperti mengikuti perjalanan hidup seseorang dan melihatnya mengarungi naik turunnya kehidupan. Ada bagian yang menginspirasi sekaligus memberikan pesan moral yang dapat dipetik oleh pembacanya.
"Ternyata ia salah. Hidup tak semudah itu, bukan? Cinta pun tak sekuat itu khasiatnya. Tapi kini nasi telah jadi bubur. Tak ada yang dapat dilakukan kecuali tetap menyantap bubur tersebut dan menjaganya hingga jangan sampai jadi air yang akhirnya hanya bisa dibuang, berakhir di jerambah peralatan kotor."
Latar belakang kisah ini bermula di Wonosobo pada tahun 1967, ketika karakter utamanya, Kinanti, masih kanak-kanak dan tinggal bersama kedua orangtuanya yang memiliki usaha toko kelontong. Penulis menggambarkan latar belakang ceritanya dengan menyelipkan kosakata dalam Bahasa Jawa serta membagikan budaya masyarakat pada masa itu. Sebagai warga yang tinggal di pulau Jawa, tidak sulit bagiku untuk memahami kosakata seperti jedhing, kulakan, suwun, dan lain sebagainya. Namun tidak perlu khawatir, karena penulis juga menuliskan arti dari kata-kata tersebut bagi pembaca yang tidak familier dengan Bahasa Jawa. Bagian pertama buku ini menjelaskan sosok Kinanti serta apa saja yang memotivasinya untuk memiliki impian menjadi seorang peracik jamu. Akan tetapi, pernikahannya dengan Pandu, anak pemilik Gudang Rempah, yang ia pikir dapat mendukungnya meraih mimpi, ternyata tidak sesuai dengan harapannya.

Sedangkan bagian kedua buku ini berlatar belakang kota Jakarta pada tahun 1995, dan menyorot karakter utama yang berbeda: Arumi—anak tunggal Kinanti dan Pandu. Sembari kuliah di Jakarta, Arumi memiliki bisnis sampingan karena tidak ingin membebani kedua orangtuanya. Melalui tindakannya, pembaca dapat melihat bahwa Arumi berambisi tinggi dan punya kepribadian yang gigih. Oleh karena itulah, sewaktu Arumi mengetahui tentang impian ibunya yang telah dihancurkan tanpa belas kasihan, ia bertekad untuk mewujudkan mimpi itu—apapun rintangannya. Sosok Arumi dengan pendiriannya yang teguh sungguh menginspirasiku. Jika dibandingkan dengan kedua orangtuanya, ia lebih berani menghadapi tantangan yang ada di depannya, meskipun ada risiko yang harus ditanggung.
"Rasa marah bercampur tak berdaya menguasainya. Tapi perlahan sebuah tekad menelusup masuk. Jika dulu ibunya tak bisa menggapai mimpi itu, kini ia bisa berjuang sekuat tenaga untuk menggenapinya."
"Semua jalan untuk mewujudkan mimpi pasti juga ada penghambatnya. Tapi kalau mau diterjang, semua rintangan juga pasti ada jalan keluarnya. Kamu mau pilih yang mana? Fokus ke rintangan? Atau fokus ke tujuan?"
Salah satu pesan moral yang bisa menjadi pelajaran bagi banyak orang (terutama yang belum memiliki pasangan) adalah pesan sang Ibu kepada Kinanti tentang pernikahan. Ibunya mengingatkan bahwa pernikahan itu meleburkan dua keluarga dengan dua latar belakang serta budaya yang berbeda. Pernikahan antara dua orang budaya yang sama saja tidak selalu mudah, apalagi pasangan dengan latar belakang yang jauh berbeda. Oleh karena itu, menurutku banyak hal yang harus dipertimbangkan ketika memutuskan untuk menikahi seseorang selain dari perasaan jatuh cinta saja. Hubungan antara Kinanti dan Pandu menunjukkan bahwa dalam sebuah pernikahan dibutuhkan perjuangan, pengertian, serta penyesuaian karakter untuk mengatasi perbedaan yang ada. Di samping itu, aku juga suka dengan pesan di akhir yang mengatakan bahwa semua yang terjadi diizinkan untuk kebaikan. Aku rasa sangat penting untuk selalu memiliki harapan bahwa hidup tidak akan selalu berada di bawah dan semuanya akan membaik pada waktunya. Walaupun sudah menerima banyak perlakuan yang tidak mengenakkan, Kinanti memutuskan untuk tidak menyimpan dendam dan berusaha hidup berdamai dengan orang-orang yang tidak memperlakukannya dengan baik. Mengetahui semua yang terjadi, akhir buku ini memberikan kepuasan tersendiri bagiku dan aku bisa menutup buku ini dengan perasaan lega.

Senang rasanya bisa kembali membaca tulisan Rina Suryakusuma lagi setelah sekian lama. Gaya penulisannya mudah untuk dibaca dan berhasil membuatku bersimpati dengan apa yang dialami oleh karakter-karakternya. Meskipun aku bukan penikmat jamu, buku ini membuatku menyadari banyaknya khasiat yang dimiliki oleh campuran berbagai rempah. Bagi pembaca yang sedang mencari bacaan dengan konflik yang tidak terlalu rumit, buku ini mungkin bisa jadi pilihan yang tepat. Semoga penulis bisa terus berkarya dan melahirkan kisah-kisah yang tidak kalah menarik dibanding yang satu ini 😊.
"Akan kubesarkan ia bukan dengan dendam, tapi dengan cinta.
Akan kudidik dia dengan pengertian bahwa hidup tak selalu mudah, tak selalu adil. Tapi di setiap cerita yang kutiupkan di napasnya, dia akan belajar untuk bertahan, sesulit apa pun perjalanannya.
Akan kubantu ia berjuang mewujudkan keinginannya. Tak akan kubiarkan satu orang pun membunuh impiannya. Tak seorang pun."
"Supaya kau tahu, tak ada yang lebih berarti untuk seorang Ibu, kecuali melihat anaknya bahagia dan mencapai semua yang diinginkan dalam hidupnya."
by.stefaniesugia♥ .
 

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...