Saturday, August 5, 2023

Book Review: Hello by Tere Liye

.
BOOK review
Started on: 30 May 2023
Finished on: 3 June 2023
 
 
Title: Hello
Author: Tere Liye
Publisher: Sabak Grip
Pages: 320 pages
Year of Publication: 2023
Price: Rp 99,000 (https://www.gramedia.com/)

Rating: 5/5
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"...bagi Ana, rumah tidak pernah semata-mata tentang bangunan fisiknya. Bukan soal ubin, warna cat, genteng, kusen, melainkan emosi, perjalanan spiritual, dan jiwa-jiwa yang terlibat di dalam bangunan itu. Rumah adalah saksi bisu perjalanan manusia. Satu-dua membentuk kisah yang bahagia, satu-dua menyusun cerita yang menyakitkan serta penuh air mata, dan lebih menarik lagi, satu-dua menjadi kisah yang susah didefinisikan masuk kategori mana."
Ana adalah seorang tukang bangunan yang berbakat dan sangat antusias dalam pekerjaannya. Calon proyek barunya adalah merenovasi sebuah rumah tua yang dimiliki oleh keluarga penting di masa lalu. Sebelum memutuskan untuk menerima pekerjaan tersebut, Ana hendak melihat semua bagian rumah tersebut. Sembari menjelajahi ruangan demi ruangan, kliennya menceritakan kenangan masa lalunya saat tinggal di rumah itu. Dari sanalah Ana mulai menelusuri kehidupan orang-orang yang pernah tinggal di sana, dimulai dari kelahiran dua bayi yang lahir nyaris bersamaan dan pasang-surut hubungan mereka yang spesial.
"Jangan terlalu berharap banyak saat membaca kisah ini. Sungguh jangan. Karena ketahuilah, sumber ketidakbahagiaan besar di dunia adalah: berharap—lebih-lebih saat kita berharap terlalu banyak. Ketika hasilnya tidak sesuai, muncullah kecewa. Akan beda jadinya jika kita tidak berharap, apa pun hasilnya, kita tetap baik-baik saja. Apalagi saat akhirnya sangat spesial, kita akan lega sekali."
"Kontras sekali melihat mereka berdua di tengah keramaian tamu undangan. Satu adalah putri cantik dari keluarga terpandang. Satu lagi adalah anak muda rambut berantakan (rambut Tigor tidak pernah bisa dirapikan, selalu berantakan dengan sendirinya), kulit hitam gelap, anak pembantu."
Sudah cukup lama sejak terakhir kali aku membaca karya Tere Liye. Oleh karena itu saat tahu beliau menerbitkan buku baru, aku memutuskan untuk langsung  membeli dan membacanya. Desain sampul buku ini terlihat menarik bagiku karena terkesan hangat dan menyenangkan—dan aku berharap ceritanya akan menimbulkan perasaan itu. Sinopsis di bagian belakang bukunya tidak menjelaskan dengan detail alur ceritanya, sehingga aku memulai buku ini tanpa punya ekspektasi tertentu. Meski demikian, aku tidak khawatir karena gaya penulisan Tere Liye tidak pernah mengecewakanku. Penulis berhasil membuatku penasaran dengan kisahnya dari awal dan sekaligus membuatku terharu dengan akhir cerita yang menyentuh 🥹.
"Berjanjilah kamu akan meneruskan hidupmu dengan lapang. Berjanjilah kamu berdiri gagah menghadapi esok hari. Karena aku juga akan berjanji melewati esok dengan gagah. Aku tidak akan membenci siapa pun, aku tidak akan menyalahkan apa pun. Aku akan berdiri gagah. Berjanjilah kamu akan melakukan hal yang sama."
Ditulis dengan alur maju mundur, pembaca diperkenalkan dengan karakter Ana, seorang tukang bangunan yang dipercaya untuk merenovasi sebuah rumah tua yang dimiliki oleh keluarga penting di masa lalu. Sewaktu datang untuk menginspeksi calon proyek barunya, ia disambut oleh Hesty, nyonya pemilik rumah tersebut. Sembari mengajak Ana berkeliling melihat setiap ruangan yang ada, Hesty mengenang masa lalunya sewaktu tinggal di rumah itu. Pembaca dibawa kembali ke tahun 1975, ketika dua bayi lahir nyaris pada detik yang bersamaan: Hesty, anak ketiga seorang pejabat tinggi, dan juga Tigor, anak dari asisten rumah tangga mereka. Walaupun mereka memiliki status sosial yang berbeda, Hesty dan Tigor sudah akrab sejak mereka masih kecil dan banyak menghabiskan waktu bersama. Kisah ini membawa pembaca mengikuti kehidupan keduanya seiring mereka beranjak dewasa dan juga pasang surut hubungan mereka yang menjadi rumit. Tidak banyak yang bisa aku ceritakan dalam review ini tanpa memberikan spoiler, yang jelas penulis berhasil membuatku merasa dekat dengan kedua karakter utamanya dan ingin mereka mendapatkan happy ending yang pantas mereka dapatkan. Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, ending cerita ini terasa mengharukan karena pembaca tahu rintangan apa yang sudah mereka lalui selama bertahun-tahun.
 
Tema utama buku ini adalah star-crossed lovers atau cinta terlarang akibat perbedaan status sosial karena melibatkan seorang putri pejabat keturunan ningrat dan seorang anak pembantu. Perkembangan hubungan Hesty dan Tigor terasa begitu alami karena mereka melalui banyak hal bersama sejak kecil hingga keduanya beranjak dewasa. Aku selalu kagum dengan cara Tere Liye membuat pembaca merasa dekat dengan karakter-karakter yang ditulisnya. Entah bagaimana caranya, aku jadi bersimpati dengan pergolakan emosi yang dialami oleh setiap karakter dan menginginkan yang terbaik untuk terjadi pada mereka. Karakter Tigor meninggalkan kesan yang istimewa karena perjuangannya untuk mengubah nasib sungguh patut diacungi jempol 👍. Walaupun hanya seorang anak pembantu, ia memiliki kegigihan dan juga sifat pantang menyerah. Aku juga bisa bersimpati dengan karakter Hesty yang meskipun ingin sekali mengikuti kata hatinya, ia enggan menyakiti perasaan kedua orangtua yang ia sayangi demi cinta. Selain itu, kisah Hesty dan Tigor juga mengingatkan pembaca tentang pentingnya komunikasi dalam sebuah hubungan agar tidak terjadi kesalahpahaman akibat asumsi yang salah. Dan aku juga takjub dengan cara penulis membuat kesalahpahaman itu akhirnya berkaitan erat dengan Ana, yang pada awalnya hanyalah seorang kontraktor yang mendengarkan kenangan masa lalu Hesty 👏. Memuaskan sekali melihat berbagai detail cerita yang tersebar dalam buku ini dibawa menjadi satu kesatuan yang tidak terduga di bagian akhir.
"Ana sejak dulu tahu, rumah tidak pernah hanya sekadar bangunan fisik tanpa jiwa. Rumah selalu memiliki kenangan. Dinding-dindingnya saksi bisu, jendela-jendelanya, daun pintunya, menyaksikan interaksi penghuninya. Menyimpan semua cerita penghuninya. Tapi rumah ini... Rumah ini sungguh menyimpan banyak cerita."
"Iya, mungkin aku sedih. Tapi ketika kita tidak punya pilihan selain menerima apa pun yang telah terjadi, kita akan memiliki definisi kesedihan yang berbeda."
Secara keseluruhan, aku sangat menikmati kisah Hesty dan Tigor yang manis dan menghangatkan hati ini. Gaya bercerita Tere Liye selalu berhasil menarikku masuk ke dalam kisah yang ditulisnya dan membawaku mengikuti perjalanan emosi yang dialami oleh karakter-karakternya. Konflik yang disuguhkan juga tidak terlalu rumit sehingga cocok bagi pembaca yang sedang mencari bacaan ringan. Pada akhirnya, aku menutup buku ini dengan perasaan puas dan senyum yang mengembang di wajahku. Aku tidak sabar menantikan kisah seperti apa lagi yang akan dirangkai oleh Tere Liye selanjutnya, semoga tidak kalah menyenangkan untuk dibaca dibanding novel ini 😊.
"Dia telah menutup hatinya. Tidak ada lagi kesempatan. Dia berusaha melupakan—meski itu mustahil dilakukan. Dia berusaha berdamai, menerima kenyataan. Biarlah. Biarlah dia melanjutkan hidupnya."
"Itulah yang terjadi dua belas tahun lalu. Salah paham. Tigor salah paham. Hesty juga salah paham. Kisah cinta mereka seolah memang ditakdirkan tidak pernah bersatu. Tapi malam itu Ana berhasil mencungkil semua fakta. Kisah itu ternyata dekat sekali dengan kehidupannya."
by.stefaniesugia♥ .
 

No comments:

Post a Comment