.
BOOK review
Started on: 20 December 2022
Finished on: 31 December 2022
Finished on: 31 December 2022
Title: The Dating Game
Author: Nina Ardianti
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
Publisher: Gramedia Pustaka Utama
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Semua hal yang nggak pernah ada jawabannya, semua hal yang nggak pernah mendapatkan penjelasan dari Kemal, semua hal yang kupikir sudah aku ikhlaskan nggak akan pernah mendapatkan jawaban......ternyata masih ada di situ."
Lima tahun yang lalu, Kemal dan Emma berkenalan untuk pertama kalinya dan ketertarikan mereka terhadap satu sama lain tidak dapat disangkal. Tidak butuh waktu lama untuk keduanya menjadi akrab, semuanya seolah terjadi seperti yang diharapkan. Akan tetapi semuanya berubah saat Kemal mengucapkan sesuatu yang menggores harga diri Emma, membuat keduanya menjauh dari satu sama lain. Sejak saat itu, Emma yakin tidak ada alasan apa pun yang akan membuatnya memaafkan Kemal. Hingga akhirnya mereka dipertemukan kembali setelah lima tahun berhasil tidak saling berhubungan. Ditempatkan di situasi yang membuat Emma tidak bisa menghindari Kemal, perlahan-lahan tembok yang ia bangun mulai hancur, karena hatinya tidak mau mendengar apa yang logikanya katakan. Dan Emma harus siap jika hatinya dipatahkan sekali lagi oleh Kemal.
"Tapi yang pasti, lo nggak akan bisa move on kalau belum berdamai dengan apa pun yang terjadi di masa lalu lo."
Nama Nina Ardianti tidak asing bagiku karena sebelum ini aku sudah pernah membaca 4 novel lain yang ditulisnya. Meski aku sudah tidak ingat detail cerita dalam buku-buku tersebut, aku mempunyai kesan yang baik tentang gaya penulisannya sehingga aku tidak ragu untuk membeli buku ini saat penerbitannya diumumkan. Seperti yang sudah aku duga, penulisan dalam buku ini sangat mengalir dan mudah untuk dinikmati. Dialognya menyenangkan untuk dibaca dan berhasil membangun chemistry antara karakter utamanya—membuatku tidak sabar untuk segera melihat mereka berakhir bersama. Walaupun ada beberapa bagian yang terasa kurang memuaskan untukku, kisah cinta Kemal dan Emma yang penuh gejolak ini sukses membuatku ikut tersenyum saat membacanya 🥰.
"Dan gue menyadari bahwa ternyata perasaan itu nggak pernah hilang dari sejak pertama kali muncul, bahkan setelah sekian tahun kita nggak pernah bertemu."
"See, the thing about chemistry is it's either there or not."
Novel dengan tema second chance romance ini ditulis dari sudut pandang pertama karakter utamanya, Kemal dan Emma, secara bergantian. Dengan demikian, pembaca bisa ikut mengetahui pergulatan batin yang mereka alami dan perkembangan perasaan mereka seiring berjalannya waktu. Kisahnya diawali dengan pertemuan pertama Kemal dan Emma di pernikahan sahabat mereka. Sejak itu, mereka menghabiskan waktu bersama dan chemistry antara keduanya terlihat amat jelas. Hingga suatu kali, perkataan yang keluar dari mulut Kemal melukai harga diri Emma—sekaligus mengakhiri hubungan mereka berdua. Lima tahun kemudian, keduanya dipertemukan kembali di Portugal saat sedang berlibur dengan teman-teman mereka. Meskipun Emma berusaha membangun pertahanan yang kuat terhadap pesona Kemal, semakin lama Emma semakin tidak yakin hatinya akan mengikuti logikanya. Permintaan maaf yang tulus dari Kemal memang berhasil membuatnya luluh, namun yang sebenarnya Emma harapkan adalah kepastian bahwa hatinya tidak akan dipatahkan untuk yang kedua kalinya.
Sebagian besar buku ini berisi interaksi dan percekcokan antara Kemal dan Emma. Percakapan mereka awalnya menghibur, akan tetapi seiring berjalannya cerita, aku merasa ceritanya hanya berputar-putar di tempat yang sama tanpa ada perkembangan yang berarti. Saat akhirnya Kemal mengungkapkan alasan di balik perkataannya kepada Emma lima tahun yang lalu, entah mengapa aku merasa tidak puas dan merasa alasannya kurang berbobot 😆. Selain itu, kemunculan karakter lain dalam kehidupan Kemal dan Emma juga tidak memberikan konflik yang berarti—sehingga aku merasa keberadaan mereka jadi sia-sia. Oleh karena hal-hal itulah, aku mulai geregetan dengan Kemal dan Emma di pertengahan cerita 😂. Bagiku, mereka berdua membuat sesuatu yang seharusnya sederhana jadi rumit. Meski demikian, aku tetap menyukai karakter Kemal dan Emma. Kemal yang charming dan sikapnya yang berhasil membuatku ikut tersenyum saat membaca, dan juga Emma yang tahu dengan jelas bahwa ia pantas mendapatkan lelaki yang tidak lagi terbelenggu oleh masa lalunya.
"Jangan biarkan satu kesalahan seseorang menghilangkan kesempatan lo untuk bahagia. Sometimes good people make a bad choice, a terrible one. Tapi bukan berarti mereka harus dihukum seumur hidup atau niatnya selalu jahat ke elo."Secara keseluruhan, buku ini merupakan bacaan yang ringan karena alur ceritanya yang tidak kompleks dan cukup mudah untuk ditebak. Kisah cinta Kemal dan Emma juga mengajarkan tentang pentingnya berdamai dengan masa lalu sebelum melangkah ke dalam sebuah hubungan, agar tidak ada beban yang terus menghantui. Terkadang tidak ada salahnya memberikan kesempatan kedua kepada orang yang pernah menyakiti kita selama orang tersebut menyadari kesalahannya dan berniat untuk menjadi sosok yang lebih baik ke depannya. The Dating Game benar-benar memuaskan rasa kangenku terhadap novel romance yang santai dan tidak terlalu menguras pikiran atau emosi. Kalau Nina Ardianti menerbitkan buku lagi di lain kesempatan, sepertinya aku masih akan tetap tertarik untuk membaca karyanya 😊.
No comments:
Post a Comment