.
BOOK review
Started on: 10 September 2022
Finished on: 21 September 2022
Title: Tentang Kamu
Author: Tere Liye
Publisher: Penerbit Sabakgrip
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Apakah sabar memiliki batasan? Aku tahu jawabannya sekarang. Ketika kebencian, dendam kesumat sebesar apapun akan luruh oleh rasa sabar... Selemah apapun fisik seseorang, semiskin apapun dia, sekali di hatinya punya rasa sabar, dunia tidak bisa menyakitinya. Tidak bisa."
Zaman Zulkarnean adalah salah satu pengacara yang bekerja di firma hukum Thompson & Co. yang terletak di London. Secara tiba-tiba, Zaman ditugaskan untuk menyelesaikan harta warisan yang bernilai sangat besar milik seorang wanita bernama Sri Ningsih yang baru saja meninggal di Paris. Tanpa adanya surat wasiat yang sah, harta tersebut bisa menimbulkan perdebatan yang panjang dengan pengadilan untuk menyelesaikan kasusnya. Oleh karena itulah, bermodalkan buku diary milik Sri Ningsih, Zaman menelusuri perjalanan hidup wanita tersebut dari masa kecilnya di sebuah pulau terpencil di Indonesia hingga masa akhir kehidupannya di kota Paris.
"Aku tidak pernah melihat wanita sekokoh Sri, yang bisa memeluk kejadian semenyakitkan apapun. Tidak membenci, tidak mendendam... Hanya dia."
"Ada banyak hal-hal hebat yang tampil sederhana. Bahkan sejatinya,
banyak momen berharga dalam hidup datang dari hal-hal kecil yang luput
kita perhatikan, karena kita terlalu mengurus sebaliknya."
Sebagai penggemar tulisan Tere Liye yang sudah membaca hampir 20 karyanya, aku bingung kenapa aku bisa terlewat membaca buku yang satu ini.
Tentang Kamu pertama kali diterbitkan tahun 2016, hingga kemudian dicetak ulang dengan desain sampul yang baru tahun ini—karena itulah buku ini muncul dan menarik perhatianku. Aku punya ekspektasi yang cukup tinggi karena banyak pembaca memberikan
review yang positif di Goodreads. Meski demikian, aku tidak khawatir karena aku yakin gaya penulisan Tere Liye yang sudah sangat familier bagiku akan dengan mudah kunikmati. Sewaktu membaca bagian awalnya, aku sudah bisa menebak bahwa alur ceritanya akan mirip dengan buku Tere Liye yang berjudul
Janji, karena keduanya sama-sama tentang menelusuri kehidupan seseorang dan mempelajari banyak hal melalui kisah hidup orang tersebut.
Walaupun aku sedikit lebih menyukai alur cerita Janji, buku ini tetap berhasil membuatku penasaran dengan adanya misteri yang kebenarannya diungkap secara perlahan-lahan."Terima kasih atas pelajaran tentang keteguhan. Aku tahu sekarang, pertanyaan terpentingnya, bukan berapa kali kita gagal, melainkan berapa kali kita bangkit lagi, lagi, dan lagi setelah gagal tersebut.
Jika kita gagal 1000x, maka pastikan kita bangkit 1001x."
"Aku merasa, hantu masa lalu itu kapanpun bisa muncul lagi. Tidak ada yang benar-benar bisa kita lupakan, karena saat kita lupa, masih ada sisi-sisi yang mengingatnya."
Ditulis dari sudut pandang orang ketiga, kisah ini berpusat pada karakter utamanya Zaman Zulkarnean—seorang pengacara yang bekerja di firma hukum London, Thompson & Co.—yang mendapatkan tugas untuk menyelesaikan kasus harta warisan milik seorang wanita bernama Sri Ningsih. Hal yang membuat penasaran adalah bagaimana Sri Ningsih yang berasal dari Indonesia akhirnya meninggal di sebuah panti jompo di kota Paris, tanpa ada satupun anggota keluarga yang bersama dengannya. Satu-satunya petunjuk yang diperoleh Zaman adalah buku diary milik Sri Ningsih yang terbagi atas 5 bagian: tentang kesabaran, persahabatan, keteguhan hati, cinta, dan yang terakhir tentang memeluk semua rasa sakit. Sejak saat itulah dimulai perjalanan Zaman menelusuri kehidupan Sri dan usahanya menuntaskan amanat yang diterimanya. Sesungguhnya, karakter Sri Ningsih lebih terasa seperti karakter utama daripada Zaman karena sebagian besar buku ini menceritakan tentang kehidupannya. Selain misteri tentang Sri Ningsih, penulis juga menyelipkan adanya masa lalu Zaman yang berhasil membuatku penasaran. Agak disayangkan karena penjelasan tentang keluarga dan masa lalu Zaman cuma ada sedikit di bagian akhir, sehingga aku sebagai pembaca tidak merasa mengenal karakternya dengan baik.
Salah satu bagian yang paling berkesan bagiku adalah tentang masa kecil Sri Ningsih ketika tinggal di pulau Bungin, yang ternyata juga dikenal sebagai pulau terpadat di dunia. Aku tidak akan membahas terlalu dalam apa yang terjadi pada masa itu, tapi yang jelas penulis berhasil menggambarkan dengan baik penderitaan yang dialami oleh Sri—membuatku sangat iba dan tidak tega saat membaca. Bahkan di usianya yang masih muda, Sri adalah sosok yang kuat dan pantang menyerah meskipun ada banyak cobaan yang menimpanya dan tidak ada yang bisa dia andalkan selain diri sendiri. Melewati itu semua, aku sungguh salut Sri tidak menyimpan sedikit pun rasa benci dalam hatinya—ia bahkan rela mengorbankan nyawanya demi orang yang telah menyakitinya. Sepanjang hidupnya, Sri Ningsih mengalami banyak naik turunnya kehidupan; ada masanya ketika ia mencicipi kesuksesan, namun ada juga momen sewaktu ia dikhianati dan dikecewakan. Kisah Sri mengingatkan pembaca untuk mengarungi gejolak kehidupan dengan penuh sabar, teguh, dan berusaha berdamai dengan semua kepahitan yang pernah dilalui—sesuatu yang mudah untuk dikatakan tetapi sulit untuk dilakukan 😆.
"Aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena sesuatu itu pernah terjadi. Karena dicintai begitu dalam oleh orang lain akan memberikan kita kekuatan, sementara mencintai orang lain dengan sungguh-sungguh akan memberikan kita keberanian."
"Toh, dalam kehidupan, masa sekarang dan masa depan jauh lebih penting, karena masa lalu, sehebat apapun itu telah tertinggal di belakang."
Seperti biasa, aku sangat menikmati gaya penulisan Tere Liye dari awal sampai akhir. Aku selalu mengagumi kemampuan penulis yang sukses membuatku bersimpati dengan emosi yang dirasakan oleh karakter-karakternya. Kisah yang cukup panjang ini pun berakhir memuaskan dengan adanya sedikit kejutan yang tidak terduga. Pertanyaan-pertanyaan yang disuguhkan di awal cerita pun dijawab dengan baik, sehingga aku bisa menutup buku ini dengan rasa puas dan lega karena semua permasalahan telah terselesaikan. Walaupun ada beberapa bagian yang tidak memenuhi ekspektasiku, aku akan selalu menantikan karya Tere Liye yang berikutnya demi bisa membaca kisah-kisah lain yang tidak kalah bermakna dibanding yang satu ini 😊.
"Hatinya tidak terbuat dari baja, yang tidak bisa tergores. Dia tetaplah wanita biasa. Saat orang melihatnya begitu tegar menghadapi apapun, orang-orang tidak tahu seberapa besar perjuangannya untuk membujuk dirinya sendiri sabar, membujuk dirinya untuk melepaskan, melupakan, dan semua hal yang ringan dikatakan, tapi berat dilakukan. Karena bicara tentang penerimaan yang tulus, hanya yang bersangkutanlah yang tahu seberapa ikhlas dia telah berdamai dengan sesuatu."
"Hati manusia persis seperti lautan, penuh misteri. Kita tidak pernah tahu kejadian menyakitkan apa yang telah dilewati oleh seseorang."
by.stefaniesugia♥
.
No comments:
Post a Comment