Beberapa waktu yang lalu, aku mendapatkan tawaran dari sesama blogger buku yang sekarang bekerja di Grand Story Magazine untuk mengulas majalah yang mereka terbitkan. Grand Story Magazine sendiri berbasis di kota Surabaya dan setiap bulannya menerbitkan majalah dengan tema yang berbeda-beda. Setiap bulan, Grand Story Magazine mengulas sebuah isu secara mendalam, dilengkapi dengan wawancara dengan berbagai narasumber, tokoh, serta komunitas yang bergerak di bidang tersebut. Dalam kesempatan kali ini, aku akan mengulas salah satu majalah Grand Story Magazine yang mengusung tema: Liberating Literacy (Liberasi Literasi).
Dalam edisi ke-14 ini, Grand Story Magazine bertujuan untuk memperluas pandangan pembaca mengenai literasi dan implementasinya dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai seorang pembaca, aku sangat tertarik dengan isu ini. Meskipun sudah menjadi seorang penggemar buku selama bertahun-tahun, aku tidak pernah begitu mengerti makna dari literasi. Dan sejumlah artikel yang dimuat dalam edisi ini sangat membuka wawasanku yang terbatas sehubungan dengan isu tersebut. Setelah sekian lama tidak membaca majalah karena merasa isinya kebanyakan iklan saja, akhirnya aku menemukan majalah dengan isi yang berkualitas dan memperluas pemahaman.
Dalam edisi ke-14 ini, Grand Story Magazine bertujuan untuk memperluas pandangan pembaca mengenai literasi dan implementasinya dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai seorang pembaca, aku sangat tertarik dengan isu ini. Meskipun sudah menjadi seorang penggemar buku selama bertahun-tahun, aku tidak pernah begitu mengerti makna dari literasi. Dan sejumlah artikel yang dimuat dalam edisi ini sangat membuka wawasanku yang terbatas sehubungan dengan isu tersebut. Setelah sekian lama tidak membaca majalah karena merasa isinya kebanyakan iklan saja, akhirnya aku menemukan majalah dengan isi yang berkualitas dan memperluas pemahaman.
"Dewasa ini, kita bisa melihat bahwa masih ada tugas besar yang menunggu kita dalam upaya pengembangan literasi di Indonesia. Informasi masuk, tapi tidak dicerna dengan baik. Media sosial, seolah menjadi bukti bahwa masyarakan kita memang masih kurang memahami dan memaknai pentingnya literasi."
Konten majalah ini terbagi atas beberapa bagian, dimulai dari Cover Story, Flash Story, Main Story, Figure Story, Advertising Story, Community Story, Our Story, Event Story, dan diakhiri dengan After Story.
• COVER STORY mengulas sedikit secara umum tema yang dibahas dalam edisi ini.
• FLASH STORY berisi berita-berita singkat seputar dunia literasi yang menarik. Salah satu contohnya dalam edisi ini adalah berita Presiden Jokowi menggratiskan ongkos kirim buku pada Hari Buku Nasional.
• MAIN STORY menyuguhkan tiga artikel yang berpusat pada temanya, Liberating Literacy; dan aku sangat bangga karena kenal dengan dua orang penulisnya: Sekar Wulandari dan Hestia Istivani :) Artikel mereka membahas soal edukasi lewat literasi, pembaharuan perpustakaan, dan kejayaan industri buku (yang ditulis oleh Irwan Bajang—Founder Indie Book Corner).
• FIGURE STORY dikhususkan untuk artikel yang berhubungan dengan figur-figur literasi dalam format tanya jawab mengenai dunia literasi Indonesia. Figur-figur yang disorot dalam buku ini adalah Aan Mansyur (Pustakawan/Penyair/Sastrawan), Agustinus Wibowo (Travel Writer), Dewi Lestari (Penulis), dan Kathleen Azali (Pendiri C2O Library & Collabtive). Bisa dikatakan aku suka dengan semua artikel dalam bagian ini karena menurutku setiap wawancara memberikan informasi serta pandangan baru tentang literasi. Wawancara dengan Agustinus Wibowo bahkan membuatku penasaran ingin membaca bukunya :) Dan aku sangat senang membaca cerita tentang pendiri C2O Library & Collabtive, karena beberapa kali aku menyumbang buku ke perpustakaan tersebut. Antusiasme setiap mereka tentang literasi benar-benar menginspirasi untukku :)
• ADVERTISING STORY berisi informasi tentang periklanan yang tidak sepenuhnya berhubungan dengan tema utama majalah edisi Liberating Literacy ini.• EVENT STORY membawakan cerita mengenai berbagai macam acara terkini yang diselenggarakan di Surabaya.
• COMMUNITY STORY mendiskusikan peran komunitas yang aktif dan berkembang di kota Surabaya. Artikel ini diharap bisa membuat masyarakat menyadari keberadaan komunitas serta ikut terlibat dalam gerakan yang positif ini.
• OUR STORY sendiri terbagi atas beberapa bagian: Local Brand—mengenalkan brand @yajugaya yang sangat unik dan menarik untukku, serta beberapa brand lain. Automotive, Health—tentang menjaga kesehatan mata, terutama bagi yang suka membaca ;). Travel—keberadaan Kampung Ilmu yang selama ini tidak pernah aku ketahui padahal sudah tinggal di Surabaya seumur hidup. Hangout Place—C2O Library & Collabtive serta Libreria Eatery yang merupakan tempat hangout yang cocok bagi para pecinta buku. Fashion Updates; Book Review—yang berisi ulasan buku; dan Book Recommendation dari orang-orang yang bekerja di balik Grand Story Magazine. Yang terakhir dari bagian ini adalah Opinion—yaitu sebuah artikel berisi opini mengenai tema Liberating Literacy.
• AFTER STORY mengakhiri majalah ini dengan artikel berjudul Liberating Literacy. Tulisan terakhir ini menyimpulkan banyak hal dan memberi cara pandang yang baru terhadap literasi.
"Menutup ulasan kali ini, seorang master Sufi bernama Rumi pernah menulis, 'Kemarin aku jadi pintar, aku ingin mengubah dunia. Hari ini aku menjadi bijak, aku ingin mengubah diriku sendiri.'"
Selama bertahun-tahun aku selalu melihat majalah sebagai bacaan yang kurang bermanfaat karena selalu lebih banyak gambar dan iklannya dibandingkan artikel yang bisa dibaca. Kehadiran Grand Story Magazine benar-benar mengubah persepsiku soal majalah. Edisi Liberating Literacy ini benar-benar memberikan bacaan yang berkualitas dan membuatku tidak merasa sia-sia membaca artikel-artikelnya. Menariknya lagi, setiap artikel utama yang ada dalam majalah ini tersedia dalam dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Layout dan elemen desainnya juga sudah sangat bagus sehingga tataannya enak dipandang. Salah satu hal yang cukup disayangkan adalah penjilidannya yang cukup rapuh dan mudah lepas—semoga masalah ini sudah dibenahi di edisi-edisi selanjutnya :)
Akhir kata, terima kasih sekali lagi atas kesempatannya untuk mengulas majalah ini. Maaf sebelumnya karena butuh waktu yang cukup lama untuk aku bisa menyelesaikan review ini. Sukses terus untuk Grand Story Magazine, semoga bisa terus menyuguhkan konten yang berkualitas bagi pembaca—terutama kaum muda Indonesia ;)
I love your blog. I don't know since when but u and your blog inspire me to make blog about book. Tp blogku gak berfokus sama buku aja malah kesannya gak konsisten gak sih? Hehe malah curcol. Would u please gimme some advices? Thanks for being inspiring person
ReplyDelete