BOOK review
Started on: 29.August.2015
Finished on: 4.September.2015
Finished on: 4.September.2015
Judul Buku : Berlabuh di Lindøya
Penulis : Kusumastuti Fischer
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 280 Halaman
Tahun Terbit: 2015
Tahun Terbit: 2015
Harga: Rp 46,400 (http://www.pengenbuku.net/)
Rating: 4/5
Giveaway berhadiah 1 (satu) paket buku Gramedia di akhir review ini.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rating: 4/5
Giveaway berhadiah 1 (satu) paket buku Gramedia di akhir review ini.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Ia sudah bersusah payah menutup pintu masa lalunya, ia tidak akan membiarkan pintu itu dibuka lagi oleh orang lain."Lima tahun yang lalu, Sam memutuskan untuk pergi dari negara asalnya—Indonesia—memulai hidup yang baru di tempat terjauh yang terpikir olehnya, yaitu Norwegia. Setelah beberapa tahun bekerja di sebuah kota kecil bernama Harstad, ia dipindahtugaskan ke kantor pusat yang terletak di Oslo. Sam menyewa sebuah rumah milik senior yang ia kenal baik di sebuah pulau kecil bernama Lindøya; dan untuk mencapai tempat tersebut ia harus menaiki kapal feri dari Oslo. Di pulau tersebut, rumah yang Sam tinggali bersebelahan dengan rumah milik keluarga Knudsvigsson. Awalnya Sam menduga bahwa tetangganya adalah pasangan yang sudah berusia lanjut; oleh karena itulah ia sama sekali tidak menyangka akan berjumpa dengan lelaki muda bernama Rasmus—yang ternyata adalah anak lelaki keluarga Knudsvigsson. Dan keberadaan Rasmus seketika membuat Sam memasang tembok pertahanan yang tinggi di antara mereka; karena Sam tidak ingin apa yang terjadi di masa lalunya terulang kembali.
"Berbisik, ia mengulang dan mengulangi lagi kalimat itu pada dirinya sendiri. Seperti menenangkan anak kecil yang bersembunyi di bawah tempat tidur. Membungkam percik ingatan di dalam kepala, yang melintaskan hal yang mencabarkan hati, akar gelisahnya. Dan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan Rasmus. Masalahnya ada pada masa lalunya."Meskipun Sam berusaha keras untuk menghindari Rasmus, ia tidak berdaya saat terjadi masalah di rumah yang ia tinggali—dan satu-satunya orang yang bisa menolong Sam hanyalah Rasmus seorang di pulau tersebut. Dan walaupun Rasmus telah berusaha sebaik mungkin untuk bersikap ramah, Sam tetap mencurigainya dan telah memikirkan segala kemungkinan terburuk tentang lelaki itu. Tetapi setelah mengetahui pekerjaan Rasmus yang sesungguhnya, Sam perlahan-lahan mulai bisa memberikan kepercayaannya pada lelaki itu—dan Rasmus pun menjaga baik-baik kepercayaan tersebut. Akan tetapi sesuatu yang Sam kira sudah menjadi masa lalu, kini kembali menghantuinya; dan kali ini Sam akan cukup berani untuk menghadapinya.
"Yang kamu lihat di depanmu hanya perempuan yang menipu dirinya sendiri. Mencoba mengontrol hidupnya, yang sebenarnya sudah lama mati."
image source: here. edited by me. |
"Walau seluruh emosi yang saat itu bergemuruh di dadanya dapat membuatnya meledak berkeping-keping, tapi hatinya mati. Jiwanya mati. Raganya mati."Cerita yang ditulis dari sudut pandang ketiga ini mengambil setting yang unik, yaitu di sebuah pulau kecil di Oslo bernama Lindøya—yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Kisahnya berhasil membuatku penasaran saat karakter utamanya, Sam, berinteraksi untuk pertama kali dengan Rasmus. Sikapnya yang sangat berjaga-jaga dan penuh dengan kekhawatiran membuatku bertanya-tanya tentang masa lalu Sam dan apa yang pernah terjadi padanya. Seiring dengan berjalannya cerita, misteri tersebut perlahan-lahan diungkap lewat sejumlah kilas balik yang menceritakan kehidupan Sam sebelum ia pindah ke Norwegia. Paruh awal ceritanya digunakan untuk mengeksplorasi kedua karakter utamanya, Sam dan Rasmus—masa lalu mereka dan juga bagaimana mereka perlahan-lahan mengenal satu sama lain dengan lebih baik. Konflik utamanya muncul saat masa lalu yang berusaha Sam lupakan kembali menghantuinya. Tentu saja aku tidak akan memberi spoiler apa yang terjadi di masa lalu Sam, karena hal tersebut adalah salah satu hal yang membuatku penasaran dan mendorongku untuk terus membaca ceritanya :) Sayangnya, aku kurang begitu puas dengan bagaimana konfliknya diselesaikan. Penyelesaiannya terkesan agak terburu-buru padahal hal tersebut adalah sesuatu yang aku nantikan sejak awal. Meski demikian, aku masih tetap menyukai ending-nya yang menutup cerita ini dengan manis :))
"Kamu tahu, Sam, bekerja dengan anak-anak itu mengajariku untuk tidak langsung menilai orang atas apa yang mereka lakukan. Karena masing-masing punya alasan tersendiri, mengapa mereka bereaksi seperti itu. Trauma masa lalu membuat cara orang menyikapi sesuatu juga jadi beda."Ada cukup banyak karakter yang mendukung jalannya cerita ini; tetapi dari semua karakter yang ada dalam buku ini, karakter yang berhasil menjadi favoritku adalah Rasmus Knudsvigsson. Aku suka dengan pembawaannya yang tenang; dan aku rasa aku mulai memfavoritkan karakternya sejak pekerjaan Rasmus diungkap dalam cerita ini. Aku sangat terpukau dengan pemikirannya yang tidak suka langsung menghakimi orang hanya karena apa yang terlihat dari luar saja—karena setiap orang pasti punya alasan mereka tersendiri. Karakter Sam dalam buku ini juga cukup unik, karena ia adalah sosok tangguh yang menyimpan rapat-rapat masa lalunya dan berusaha untuk mencari jalan keluar sendiri. Pada akhirnya, Sam menyadari bahwa menyimpan masalah untuk dirinya sendiri tidak selalu membuat orang yang peduli padanya bahagia. Selain itu, aku juga menikmati chemistry antara Rasmus dan Sam yang dibangun secara perlahan-lahan lewat berbagai situasi dalam ceritanya. Kepercayaan yang sedikit demi sedikit tumbuh di antara mereka juga sangat manis :)
"Sebelum kamu hadir, aku berpikir hidupku sudah lama berlalu.
Ketika kamu menyeruak masuk, aku baru menyadari aku masih hidup."
Secara keseluruhan, aku sangat menikmati penulisannya yang mengalir dengan baik dan juga setting cerita yang sangat unik di pulau Lindøya. Kisahnya berhasil membuatku ingin terus membaca hingga akhir dan menikmati perjalanan emosi yang dilalui oleh para karakternya. Lewat Sam, aku belajar bahwa sepahit apapun masa lalu yang dimiliki, hidup tidak seketika berakhir. Akan selalu ada cara untuk berdamai dengan masa lalu tersebut dan memperoleh kembali kebahagiaan. Dan tentunya, aku ingin mengucapkan terima kasih pada penulisnya, Kusumastuti Fischer, yang telah memberiku kesempatan untuk mengikuti blog tour buku ini. Bagi kalian yang tertarik untuk mendapatkan paket buku Gramedia, silahkan ikuti giveaway di bawah :))
BOOK GIVEAWAY
12 - 18 Oct 2015 | AVAILABLE FOR SHIPPING IN INDONESIA ONLY.
1. Follow blog Bookie-Looker via Google Friend Connect (GFC) atau Bloglovin.3. Promosikan giveaway ini melalui tweet dan jangan lupa mention ke dua twitter di atas dengan hashtag #BerlabuhdiLindoya4. Tuliskan di bagian komentar: Nama, E-mail / akun Twitter (untuk menghubungi jika kalian menang), link tweet kalian, dan jawaban untuk pertanyaan: "Apa pendapatmu tentang tinggal di sebuah pulau terpencil seperti Lindøya?"
Pemenang akan diumumkan tanggal 19 Oktober 2015 :) Tersedia 1 (satu) paket buku Gramedia untuk giveaway ini :) Semoga beruntung!
Nama: Safitri Ariyanti
ReplyDeleteAkun Twitter: @safitriariyanti
Link tweet: https://twitter.com/safitriariyanti/status/653392417379454976
Pendapatku pribadi mengenai tinggal di pulai terpencil seperti Lindoya itu ada dua. Yang pertama menyenangkan dan yang kedua menyedihkan. Kalau di persentasekan adalah 70% menyenangkan dan 30% menyedihkan. Kenapa lebih besar persentase menyenangkannya? Karena bagiku tinggal di daerah terpencil seperti di Lindoya malah lebih nyaman, tenang, dan hati damai. Karena jauh dari hiruk pikuk keramaian kota, jauh dari berisiknya lalu lalang kendaraan, membaur dengan alam, bukan tetangga. :D Kalau Lindoya seperti yang digambarkan dalam novel ini, tentu aku akan lebih senang tinggal di Lindoya daripada di Oslo-nya. Dan untuk 30% menyedihkannya, ini mengenai permasahan kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan lainnya ya. Mau belanja sudah pasti susah karena berada di daerah terpencil. Lalu, kalau misalkan mau beli-beli barang online, apakah ada kurir yang bisa mengantarkan barang sampai ke lokasi? Kayak di rumahku ini, kurirnya pasti ngajak ketemuan, gak antar barang sampai ke rumah. Mungkin letak menyedihkannya di situ sih. Hehe.
Nama: pramestya
ReplyDeleteE- mail / akun Twitter: pramestya23@gmail.Com / @p_ambangsari
link tweet: https://mobile.twitter.com/p_ambangsari/status/653429123189112832?p=v
jadi inget serial doraemon yang Robin Hood sama game the sims haha *lupakan*
Jawabanku: horor! nakutin! bikin parno! Aku nggak siap kalau harus tinggal SENDIRI kayak Sam di pulau seperti Lindøya. Bikin mikir negatif, terus mikir positif yg dipaksain :3
Tapi setelah jalan-jalan, mungkin akan ngerasa "gila! Ini keren! Wah, belum pernah ada yg kayak gini. Unik nih! ..."
Maka timbulah rasa tertarik sama pulau itu, penasaran pengen menjelajah, mencari hal baru. Akhirnya mencoba beradaptasi lalu nyaman deh tinggal di situ.
Tinggal di pulau terpencil menurutku juga ngerepotin, banyak yang kurang bisa dipenuhi. Jadi, butuh doraemon :3
Nama: Deasy Arie Rosalina
ReplyDeleteEmail: deena.rosalina@gmail.com
Twitter: @DEENAmond
Link Tweet: https://twitter.com/DEENAmond/status/653462560709083136
"Apa pendapatmu tentang tinggal di sebuah pulau terpencil seperti Lindøya?"
Jawab: Aku mendapat pertanyaan ini tepat setelah menonton video musik Taeyeon yang terbaru yang berjudul I dan tanpa ragu aku akan menjawab, aku ingin sekali tinggal di dunia terpencil karena kurasa waktu seakan berhenti pada saat itu juga. Aku tidak perlu mengejar deadline, bisa menikmati keindalahan alam, dan pastinya tidak perlu khawatir merusak alam, karena toh yang dibawa kan hanya diri sendiri. 'Enjoy my life and have a good day' is not longer a sentences without meaning anymore.
Nama : Lita A.P
ReplyDeleteEmail : yangchen85@yahoo.com
Twitter : @Litaa_FAN
Link Tweet : https://twitter.com/Litaa_FAN/status/653686406745690112
Seneng sekaligus bingung..
Seneng bisa nikmati pulau itu sendiri tanpa ada yg ganggu, hati berasa tenteram karena ga ada masalah besar pas hidup di kota..
Tapi bingung juga pas butuh sesuatu yang ga bisa didapat sendiri..
Nama : Sofhy Haisyah
ReplyDeleteEmail : sofhyhaisyah28@gmail.com
Twitter : @Sofhy_Haisyah
Link : https://twitter.com/Sofhy_Haisyah/status/653725135640203264
Pendapatku jika tinggal di Pulau Terpencil (seperti, Lindoya)..
Aku rasa akan sangat menyenangkan, karena bisa menjauh dari hirup pikuk dan sesaknya perkotaan.
Akan sangat menyenangkan, karena bisa menjauh dari semua tokoh dalam kehidupanku yang selalu datang mengitervensi dan memberikan masalah untukku.
Akan sangat menyenangkan, karena bisa memanjakan pikiran dengan menenangkan serta berdiam diri di pulau terpencil yang "mungkin" memiliki keunikan dan keelokan tersendiri.
Akan sangat menyenangkan, karena bisa belajar hal baru, seperti survive untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri.
Pasti akan sangat menyenangkan ^_^
April Silalahi
ReplyDeletehilda.silalahi92@gmail,com
@aprlboanarges
Link share : https://twitter.com/aprlboanarges/status/653738142151909377
Pendapatku tentang tinggal di pulau terpencil seperti Lindoya ialah sederhana.
Tinggal di pulau terpencil pasti penduduknya hidup dengan kesederhanaan atau mungkin bisa dibilang miskin?
Tapi orang-orang yang hidup dipulau terpencil mereka menyuskuri hidupnya. Mereka tidak akan memikirkan hidup kemegahan atau mewah. Yang mereka pikirkan bagaimana cara mereka makan besok dan bertahan hidup dengan sumber daya alam yang terbatas di sekelilingnya.
Entahlah, tapi kata pulau terpencil dalam benakku lebih menyedihkan daripada tinggal didaerah terpencil. Karena daerah terpencil dapat pergi ke kota untuk mencari hiburan atau yang mereka butuhkan. Sedangkan di pulau terpencil? Mereka harus cermat memanfaatkan yang ada disekitar mereka.
Aku sudah pasti tidak akan membayangkan harus ikut hidup di pulau terpencil seperti itu~
Nama : Naning Pratiwi
ReplyDeleteEmail : chelsea_lovers83@yahoo.com
Twitter : @chelseas_lovers
Link Share : https://twitter.com/chelseas_lovers/status/653798466481598464
"Apa pendapatmu tentang tinggal di sebuah pulau terpencil seperti Lindøya?"
Sepi,, dalam artian nggak bising kayak di kota. masih berbau alam,. Dan rasanya akan sangat melegakan untuk menjadi tempat istirahat sepulang kerja..
Karena masih berbau alam, makhluk hidup di sekelilingnya kayknya bisa menjadi hiburan tersendiri untuk melepas penat. :D :D :D
Nama: Aulia
ReplyDeleteE-mail: auliyati.online@gmail.com
Twitter: @nunaalia
Link tweet: https://twitter.com/nunaalia/status/653748855616344064
Pertanyaan: "Apa pendapatmu tentang tinggal di sebuah pulau terpencil seperti Lindøya?"
Jawaban:
Tinggal di sebuah pulau terpencil seperti Lindøya pasti rasanya nano-nano.
Kalau pagi sampai sore pasti rasanya tenang, udaranya masih segar karena jauh dari polusi, jauh dari hiruk-pikuk kota, kemacetan.
Waktu kecil aku selalu berimajinasi tinggal di sebuah pulau dengan rumah seperti di pedesaan, banyak tanaman organik, lapangan rumput yang luas untuk menggembala hewan ternak peliharaan, kalau makan metik langsung dari pohon juga mancing di sungai, atau potong hewan peliharaan. Wah rasanya pasti damai dan tentram.
Cuma kalau malam mungkin serem juga ya karena lingkungan yg sepi dan jauh dari tetangga, khawatir aja kalau ada orang-orang jahat.
Karena itu kalau tinggal di pulau terpencil inginnya gak sendirian juga, harus ada orang lain terutama keluarga, fasilitas juga harus lengkap terutama untuk kesehatan dan komunikasi, karena kalau ada yg sakit dan keadaan darurat kita pasti sangat membutuhkannya.
Nama : Ardita Ardyanti
ReplyDeleteE-mail : ardyantiardita@gmail.com
Twitter : @ardyanti18
Link tweet : https://twitter.com/ardyanti18/status/653814653206720512
Pertanyaan : " Apa pendapatmu tinggal di sebuah pulau terpencil seperti Lindoya ?
Jawaban :
Tinggal di pulau terpencil seperti Lindoya, aku pikir sangat cocok denganku yang tidak begitu suka dengan keramaian. Tinggal di pulau terpencil membuatku tenang rileks, menjauh sebentar dari hiruk pikuk kota besar, serta membuatku menyatu dengan alam. Tinggal di pulau terpencil mungkin dapat membuatku berfikir kreatif dalam memenuhi kebutuhanku. Walaupun tidak semua kebutuhanku dapat kupenuhi sendiri, tapi setidaknya dapat memenuhi sedikit. Aku jadi berfikir andaikan aku benar bisa tinggal di tempat terpencil nan indah seperti Lindoya. ^_^
Nama: Anis Antika
ReplyDeleteTwitter: @AntikaAnis
Email: anis_antika@yahoo.com
Link tweet: https://twitter.com/AntikaAnis/status/653905251162943488?s=02
Jawaban:
Kalau tinggalnya hanya sementara untuk berlibur atau menenangkan diri, sih, mau saja. Tapi kalau untuk menetap kayaknya enggak, deh. Karena biasanya di pulau terpencil itu penghuninya hanya beberapa atau parahnya hanya kita sendiri. Dan aku adalah tipe orang yang nggak bisa jauh dari keramaian dan segala hal modern yang ada saat ini. Aku benci sunyi, aku benci sepi. Jadi lebih baik ke pulau terpencilnya untuk liburan saja.
Nama: Frida Kurniawati
ReplyDeleteE-mail: kimririn93@ymail.com
Twitter: @kimfricung
Link tweet: https://twitter.com/kimfricung/status/653897889819725825
Jawaban:
Wow, aku memimpikan tinggal di pulau terpencil seperti Lindoya, tapi utk retret saja, nggak selamanya, hehe. Menurutku, itu adalah waktu yg tepat utk 'pulang' ke dlm diriku, utk menjenguk dan bercengkerama dg diri sendiri. Akan sangat menyenangkan bisa sejenak berhenti dari derasnya aliran sungai rutinitas, yg sering bikin stres, cemas, dan akhirnya mudah tersulut emosi. Aku butuh 'menepi' utk melihat dan bermain-main di tepi sungai rutinitas itu, dan menemukan kembali indahnya alam semesta tnp terganggu oleh seabrek deadline. Tempat terpencil seperti itu pasti bisa membantuku utk menyelaraskan kembali frekuensi pikiran dan kesadaranku dg frekuensi hal2 yg ingin kucapai. Setelah meninggalkan pulau itu, kuharap aku bisa terlahir kembali, seperti seorang bocah yg selalu ceria menghadapi kehidupan. Tapi, aku nggak berani sih, kalau benar2 sendirian. Alangkah indahnya jika ditemani oleh orang terdekat.
Aku membayangkan pulau itu dikelilingi pantai luas nan biru dan berpasir lembut, dg pemandangan bawah laut yg indah, yg bisa kulihat tnp perlu menyelam (cos aku nggak bisa berenang). Ia juga bertebing-tebing yg menyimpan gua sejuk utk bermeditasi, dan menantang utk didaki.
Nama: Nadia Puspaningtyas A.
ReplyDeleteTwitter: @Nadia48nafla
Link tweet: https://twitter.com/Nadia48nafla/status/653911725545164801
Aku tidak bisa membayangkan hidup di sebuah pulau terpencil, soalnya rumahku pinggir jalan raya yang tiap hari tak lepas dengan yang namanya keramaian.
Pasti hidup jadi berubah 180 derajat, dulunya yang terbiasa hidup dalam keramaian menjadi hidup dalam ketenangan. Lagipula aku tipe yang pendiam dan suka ketenangan jadi pasti cocok buat aku.Tapi bagaimanapun juga sebagai makhluk sosial pasti butuh orang-orang di sekitar aku.
Selain itu, rasa untuk menikmati kebebasan dan dekat dengan alam sangat besar. Jadi ada kelebihan dan kekerungan jika tinggal di sebuah pulau terpencil. Tinggal bagaimana caranya menciptakan suasana kehidupan sebelumnya di tempat tinggal yang baru di pulau terpencil itu, agar tetap serasa di rumah.
Nama : Evi dwi Puspitasari
ReplyDeleteEmail : evi_asl@yahoo.com
Twitter : @littleephie
Link : https://twitter.com/littleephie/status/653929416041476096
Hidup di pulau terpencil? Pasti sunyi juga sepi. Jauh dari keramaian. Hening namun menenangkan.
Suasananya nyaman, damai, dan merasa bebas. Bisa menikmati keindahan, nggak ada polusi juga ngerasain lembutnya angin.
Cuma ya itu harus siap dengan keadaan. Nggak ada mall, kendraan bermotor, sinyal, juga lainnya. Asal bersama dengan keluarga dan orang yang dicinta, tinggal dimanapun bahkan di pulau terpencil pun oke-oke aja. Bersama, bahagia, selamanya.
Neneng Lestari
ReplyDelete@ntarienovrizal
Tinggal di pulau terpencil?
Itu impian aku banget!! *girang* aku membayangkan semua hal yang ada di pulau terpencil itu indah. Hutan yang indah, tanah yang subur dan bisa kita tanami sayur mayur, lalu di dekat pantai, bisa melihat matahari tenggelam dan terbit dengan puas, lalu (kalau ada) penduduk yang ramah-ramah dan masih peduli satu sama lain, dan yang terpenting adalah rumah panggung sederhana yang terbuat dari kayu. seperti di film-film hehe .....
tidak apa-apa hidup tanpa gadget, yang penting keindahan alam di pulau terpencil bisa menjadi obat lupa untuk ketagihan akan gadget. Menjauhi polusi dan hidup mandiri dengan menanam sayur yang kita makan sendiri.
Nama : Agatha Vonilia Marcellina
ReplyDeleteEmail : agathavonilia@gmail.com
Akun twitter : @Agatha_AVM
Link tweet : https://twitter.com/Agatha_AVM/status/653929350144724992
"Apa pendapatmu tentang tinggal di sebuah pulau terpencil seperti Lindøya?"
Menurut pendapatku dari baca novel atau cerita lainnya dan melihat alasan-alasan sang tokoh utama melakukan pelarian ke pulau terkecil, aku mau memberikan pendapat atau suara negatif dan positif (pengalaman pribadi juga sih, hehehehe) :
Negatif :
1. Tinggal di pulau terkecil sama saja dengan mengasingkan diri dari kehidupan nyata. Mungkin kalau aku bilang sikap yang pengecut.
2. Tidak akan menyelesaikan masalah malah akan semakin berlarut-larut.
3. Merugikan orang lain (termasuk keluarga dan orang yang kita sayangi), betapa khawatirnya mereka jika mereka mengetahui kita tinggal di pulau terkecil dengan tetangga yang bisa dihitung dengan jari dan bahkan minimnya akses komunikasi.
4. Membuat diri semakin tertutup dan tidak mau mengenal orang lain. Padahal kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
5. Tidak menutup kemungkinan kita akan menderita Neurosis atau bisa juga syndrom ketakutan pada hidup kita sendiri.
Positif :
1. Kita dapat bersantai dengan menghirup udara segar dan sedikit menjauh dari aktivitas kesibukan sehari-hari serta penat juga lelah.
2. Mungkin saja dapat menemukan hal-hal menarik yang sebelumnya tidak pernpah kita duga.
3. Mengenal alam dan menikmati keindahan alam yang diberikan Tuhan karena selama ini kita terlalu sibuk dengan kehidupan kota.
4. Kesempatan menghabiskan waktu bersama keluarga atau orang tersayang.
5. A place for inspiration, biasanya nih kita kalau mencari inspirasi pasti paling banyak dapetinnya dengan menyendiri terutama di pulau terpencil. Inspirasi selalu muncul dari pengaruh lingkungan sekitar bahkan mungkin akan tercipta sesuatu yang luar biasa.
Tergantung bagaimana kita bijak dalam mengambil sikap. Aku harus memikirkan beberapa kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi dan dilakukan. Suatu masalah pasti ada solusi. Kalau terlalu berat buatku mungkin memilih tinggal di pulau terpencil bisa dijadikan salah satu opsi tapi pasti ada dampak positive dan negative. Be positive thinking.
Nama: Putri Prama Ananta
ReplyDeleteAkun Twitter: @PutriPramaa
Link tweet: https://mobile.twitter.com/PutriPramaa/status/654014642147057664?p=v
Jawaban :
"Apa pendapatmu tentang tinggal di sebuah pulau terpencil seperti Lindøya?"
Tinggal di pulau terpencil berarti harus menerima konsekuensi bahwa lingkup bersosialisasinya lebih kecil. Kita hanya memiliki sedikit tetangga yang aku harapkan akan benar-benar solid agar saling tolong-menolong dengan baik, misalnya ketika atap sedang rusak kita bisa meminta tolong dengan mudah meskipun tetangganya hanya sedikit.
Tinggal di pulau terpencil berarti harus menerima konsekuensi bahwa akses pergi ke mana saja (kecuali di dalam pulau itu sendiri) menjadi lebih sulit. Namanya juga terpencil. Hal yang seharusnya bisa kita kunjungi dalam lima belas menit jika tinggal di kota bisa saja menjadi satu jam bila kita tinggal di pulau terpencil.
Tapi, tinggal di pulau terpencil juga berarti kita akan lebih mengikat kehidupan kita pada orang lain dengan lebih erat. Kita akan lebih membutuhkan orang lain karena orang yang berada di sekitar kita tidak banyak. Seperti di Lindoeya, hanya ada dua rumah, berarti tetangganya (sangat) sedikit. Jadi, akan lebih terasa sifat 'manusia tidak bsia hidup sendiri'nya.
Tinggal di pulau terpencil berarti kita bisa menikmati keadaan di sekitar kita dan orang lain belum tentu melihatnya juga. Di hadapan kita akan disajikan pemandangan lingkungan sekitar yang dijamah oleh tidak terlalu banyak orang.
Kesimpulannya, tinggal di sebuah pulau terpencil sama saja kita merelakan sebagian 'kehidupan' kita, namun, kita menerima apa yang disuguhkan oleh pulau kepada kita.
Nama: Didi Syaputra
ReplyDeleteTwitter: @DiddySyaputra
Link Share: https://twitter.com/DiddySyaputra/status/653483260077445120
Korelasi dengan sesama sangat dijunjung tinggi di sini. Selain sangat dibutuhkan karena penghuni pulau sangat sedikit, akses bepergian juga menjadi lebih sulit. Jadi, mau tidak mau korelasi dengan sesama harus sangat dikedepankan. Kita juga harus siap berkarib kerabat dengan kesepian. Tidak menutup kemungkinan, kita pun ikut terbawa dengan keadaan yang serba minim. Salah satu, dengan minimnya akses komunikasi, pengetahuan kita baik tentang keilmuan dan lain-lain drastis berbeda dengan tinggal di keramaian, sedikitnya tentang pola pikir. Tapi, kita juga setidaknya punya kreatifitas dalam menghadapi keadaan. Dengan terbiasa melalui hal demikian, kita biasanya akan jarang atau tidak pernah mengeluh, jika dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang berbeda dengan tempat tinggal saat ini. Meskipun sepi, hiruk-pikuk ketenangan menjadi khas tersendiri, dan tentunya keindahan alam asri yang ditawarkan juga sangat menuntun kebebasan. Tapi, bila untuk men-delete masa lalu, Saya rasa cukup pelik. Karena dihadapkan dengan alam yang memberi ketenangan sejati dan menyuguhkan lebih banyak waktu untuk menyendiri. Bukan mustahil, kita akan sesering mungkin mengingat atau tanpa sengaja teringat masa lalu. Terkecuali, kita sudah mengantisipasi dengan berbagai kesibukan, semisal aktivitas kemanusiaan; membantu korban bencana de el el. Singkatnya, korelasi positif dan negatif saling berkaitan, sekat tipis yang menjadi batas bisa dikatakan tidak ada. Walaupun begitu, Lagi-lagi kembali ke pribadi masing-masing. Semua telah memiliki daerah rotasi, ada penyuka keramaian, juga ada penyuka daerah terpencil. It's Ok. Never Mind.
Terima kasih q(+_+)p
Nama : Angelina Arum Wulandari
ReplyDeleteTwitter: @angeliaaw249
Email : angelina_arum@yahoo.com
Link share: Check out @angeliaaw249's Tweet: https://twitter.com/angeliaaw249/status/654120116083253248?s=09
"Apa pendapatmu tentang tinggal di sebuah pulau terpencil seperti Lindøya?"
Kalau aku orangnya kan panikan ya jadi yang pertama pasti panik dulu ehehehe. Aku itu orangnya paling susah deket sama orang baru, pasti bisa dibayangin kalo di tempat kayak gitu bakal gimana. Mungkin satu-satunya pilihanku cuma nangis. Yep, nangis, senjata andalanku hahaha. Tapi pasti tetep excited soalnya kta bakal tinggal di tempat baru, ketemu orang baru, rasanya kayak kita punya kesempatan kedua buat memperbaiki diri kita di tempat yang baru ini. Jadi pasti sebelum tinggal di tempat kayak Lindøya aku harus browsing dulu, nyiapin senter, lilin, korek, Alkitab, makanan, novel, pulsa dan masih banyak lagi. Tapi yang pasti aku harus nyiapin jiwa, raga, hati dan pikiran. Tapi semoga aja ditempat kayak Lindøya ada toko buku ya, biar bisa lebih betah sihh (gak nyambung) hahahahaha
Itu aja deh kak, makasih ya. Gbu😊
Nama: Eni Lestari
ReplyDeleteTwitter: @dust_pain
Link share: https://twitter.com/dust_pain/status/654124585915314176
"Apa pendapatmu tentang tinggal di sebuah pulau terpencil seperti Lindøya?"
wah aku bakalan seneng banget tinggal di sana. aku suka tempat yang gak ramai dan banyak orang. tempat seperti itu bikin aku relaks dan gak terbebani. di sini aku tinggal di desa yang masih ada sawah dan kebun. aku cocok tinggal di sini dibanding kota besar yang ramai dan banyak polusi. di sini suasananya adem dan udaranya sejuk. makanya kalo ditawarin tinggal di Lindoya, pasti langsung aku ambil. aku gak masalah di sana gak ada mall, bioskop, atau tempat senang2 lainnya. aku juga gak masalah sinyal hape atau koneksi internet susah didapet. menurutku malah bagus karena bisa menjauh sejenak dari gadget dan bisa baca buku. oh ya, itu yang paling penting sih, mesti ada buku. mau tempatnya sesepi apapun, kalo ada buku bakal tetap semarak bagiku :D
Nama: Lailatul Muizzah
ReplyDeleteE-mail: ila.madura@gmail.com
akun Twitter: @ila_elmu
"Apa pendapatmu tentang tinggal di sebuah pulau terpencil seperti Lindøya?"
karena aku orangnya lebih senang suasana sepi daripada keramaian, karena kadang-kadang dikeramaian ku merasa sepi (muter lagunya Maudi Ayunda), aku akan senang kalau bisa tinggal di pulau terpencil. Kondisi lingkungan masih fresh dan alami, tiap pagi dan sore aku bisa jalan-jalan di bibir pantai menikmati sunrise dan sunset, pasti menyenangkan. Penduduknya yang gak banyak, biasanya sifat kekeluargaannya masih sangat kental, kita bisa saling kirim masakan, bebas saling berkunjung tanpa ada batas pagar sebagai penghalang, pokoknya menganggap tetangga seperti keluarga sendiri. Dan aku pikir aku bisa lebih banyak menghabiskwa waktu membaca buku di suasana setenang dan sedamai itu.
Ikutaan :)
ReplyDelete1. Follow blog Bookie-Looker via Google Friend Connect (GFC) atau Bloglovin.
>>> DONE! (Widiani Widiani)
2. Follow akun Twitter @stefanie_sugia & @utiauthor dan Like Fan Page penulis.
>>> DONE! (Twitter : @wiiidiani - FB: Widiani)
3. Promosikan giveaway ini melalui tweet dan jangan lupa mention ke dua twitter di atas dengan hashtag #BerlabuhdiLindoya
>>> DONE! : https://twitter.com/wiiidiani/status/654164121101860864
===================================================
Nama : Widiani
E-mail : kotaksurat.widiani@gmail.com
Twitter : @wiiidiani
"Apa pendapatmu tentang tinggal di sebuah pulau terpencil seperti Lindøya?"
Tinggal disebuah pulau terpencil, buat aku gak masalah...selama di pulau terpencil itu tersedia :
1. kain atau bahan dan peralatan membuat kain untuk keperluan pakaian, ini jika memang ceritanya ya aku udah gak bisa kembali ke kehidupan normal saat ini, gak bisa shopping pakaian lagi, hehe..
2. tanaman makanan pokok, sayuran dan buah-buahan yang segar dan menyehatkan yang terus tumbuh subur, sebagai persediaan bahan makanan
3. tempat tinggal sederhana, bersih dan layak untuk ditinggali
4. perpustakaan yang besar dengan koleksi buku-buku yang lengkap
5. sekalipun membutuhkan waktu perjalanan yang jauh, ada akses untuk sesekali mengunjungi orang-orang yang aku sayang yang berada di luar pulau terpencil tersebut. Ini, jika di pulau terpencil itu aku harus hidup sendiri tanpa orang-orang yang aku sayang, :)
Terima kasih giveawaynya, semoga saya bisa beruntung dapat paket buku dari Gramedia :))
Nama : Eka Sulistiana
ReplyDeleteEmail/Twitter : ekasulistiana2412@yahoo.co.id / @ekasulistiana24
Link Tweet : https://twitter.com/ekasulistiana24/status/654205443644854272
Jawaban :
Pendapatku 50:50. Ada baiknya, ada juga buruknya. Baiknya yaitu, di daerah terpencil seperti Lindoya, pasti hari-hari kita lebih sering ditemani oleh kesunyian, yang akan membawa kita menuju ketenangan dan kenyamanan karena jauh dari hiruk pikuk kota yang terkadang cukup meresahkan. Dengan begitu, kita justru dapat lebih banyak bercengkrama dengan alam. Bisa mengurangi beban hidup juga karena pikiran akan lebih rileks. Wah! pas banget jika dijadikan tempat untuk mencari inspirasi. Apapun tujuannya, baik untuk menulis, melukis, dan lain-lain.
Sedangkan sisi buruknya yaitu, kita akan kurang bersosialisi dengan sesama. Selain itu, di daerah terpencil sudah barang tentu kita juga akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena distribusinya jarang sampai ke pelosok.
Rini Cipta Rahayu
ReplyDelete@rinicipta / rinspiration95@gmail.com
Lihat Tweet @RiniCipta: https://twitter.com/RiniCipta/status/654232993117028353
Seru! Aku tuh tipikal ambivert kak. Kadang kalau udah ngumpul sama banyak orang aku jadi supel dan cerewet. Tapi aku juga gak bisa menghilangkan sifat introvertku. Jadi kalau sifat itu kambuh, aku akan jadi orang yang tertutup, suka menyendiri, menghabiskan banyak waktuku dengan me time. Jadi kalau aku berkesempatan tinggal di pulau seperti Lindoya, pastinya seneng banget. Tempat terpencil akan membaea ketenangan dan kedamaian. Aku suka nyoba hal baru terutama tentang petualangan. Dengan kesendirian dan kemandirianku, eksplor Lindoya akan jadi hal yang tak terlupakan :)
Nama: Fitra Aulianty
ReplyDeleteEmail: fitra.aulianty@gmail.com
Twitter: @fira_yoopies
Link Tweet: https://twitter.com/fira_yoopies/status/654285383249719296
Jawaban:
Menurutku itu ide yang gak buruk-buruk amat. Sesekali orang-orang emang harus nyoba tinggal di pulau yang tidak terlalu banyak penduduknya karena kadang suasana sunyi itu membawa insprirasi tertentu. Tinggal di tempat terpencil seperti Lindoya juga bisa membuat seseorang berpikir banyak tentang arti hidupnya, gak jauh beda dengan refleksi diri sebenarnya. Dan yang paling seru lagi kalau di tempat terpencil itu punya suasana yang alami banget, kita juga semakin dekat dengan alam dan bisa merasakan sesuatu yang baru dan jauh dari polusi.
Nama : Veny
ReplyDeleteTwitter : @yutakaNoYuki
Link :https://twitter.com/yutakaNoYuki/status/654377933818101760
Tinggal di pulau terpencil asyik tuh, seru berkeliling pulau yang nggak terlalu luas dan pasti akan langsung ada spot favorit yang jadi tempat buat duduk-duduk, melamun atau merenung. Gak terlalu bising dan tenang. Sejauh mata memandang pasti terasa lapang karena gak ada bangunan yang membatasi pandangan. Mungin gak ada hiburan tapi kalau pulau terpencilnya itu indah, rasanya hiburan alam udah cukup buat hati senang. Hubungan sama orang lain juga pasti lebih dekat, secara terpencil dengan jumlah penghuni pulau yang pasti tidak terlalu banyak juga.
Nama: Yovano N.
ReplyDeleteAkun Twitter: @vaan_11
Link tweet: https://twitter.com/vaan_11/status/654471425420488704
Tinggal di Lindøya?
Hmm. Sounds fun. Saya ini tipe orang rumahan, penyendiri, nggak nyaman bertemu dengan orang-orang baru. Membayangkan tinggal di pulau terpencil dengan fasilitas lumayan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti di Lindøya, sepertinya ide bukan ide yang buruk. Mau baca novel dengan nyaman, bisa. Mau nulis novel, malah kayaknya perfect banget lokasinya. Mau jalan-jalan keliling pulau untuk menikmati keindahan alam, apalagi. :)
Nama : Erin
ReplyDeleteTwitter : @RinShoak
Link twitter : https://twitter.com/RinShoak/status/654546937270538240
Waww..... ini pertanyaan yang aku suka.Tinggal ditempat terpencil seperti Lindoya tentu saja aku tidak akan menolak mba, karena tempat lahir ku berada di desa terpencil yang keberadaannya belum diketahui banyak orang. Awalnya aku kira hidup dikota lebih menyenangkan, tetapi hatiku lebih menyukai dunia kecil dan berbaur dengan alam, mungkin inilah mba yang disebut naluri anak gunung. :D
Nama: Agnes B
ReplyDeleteEmail: prettyrhythm86@gmail.com
Twitter: @agnesb0702
Link tweet: https://twitter.com/agnesb0702/status/654638789243965440
Jawaban:
Asalkan ada makanan, internet, buku, dan manusia lainnya, aku mau pindah ke sana. Selain karena bisa pindah ke tempat baru, bisa dapet teman juga, dan pasti akan lebih seru kalau punya tetangga kayak Rasmus Knudsvigsson, pasti bisa langsung lupain masa lalu, karena namanya (astaga) panjang banget, jadinya waktu kita digunakan untuk menghafal namanya yang panjang tersebut, sampai-sampai trauma udah jadi urusan terbelakang.
Nama : Ridzki Putri
ReplyDeleteAkun Twitter : kikikiki_R
Link : https://twitter.com/kikikiki_R/status/654725260009345024
"Apa pendapatmu tentang tinggal di sebuah pulau terpencil seperti Lindøya?"
Jawaban :
Tidak masalah untuk saya tinggal di pulau terpencil seperti Lindøya. Selama di sana ada manusia dan saya memahami bahasa mereka maka saya tidak mempemasalahkannya. Saya bisa mengajak mereka berkomunikasi dan memperkenalkan diri saya dengan sopan lalu mengundang mereka ke rumah saya untuk mengakrabkan saya dengan lingkungan dan orang-orang baru. Dengan begtu saya tidak akan merasa tinggal sendirian di sana karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Begitu pula dengan saya. Saya membutuhkan mereka untuk beradaptasi.
Saya juga bisa meminta bantuan jika saya sedang dalam kesulitan yang tak mungkin bisa saya selesaikan sendirian dll. Tinggal di pulau terpencil seperti Lindøya akan menjadi sebuah pengalaman yang menarik karena ketika saya pergi ke luar pulau maka saya dengan bangga memperkenalkan tempat di mana saya tinggal yang belum tentu orang lain tahu dan menceritakan apa saja yang membuat orang lain iri yang akhirnya mereka ingin mengunjungi tempat tinggal saya di Lindøya.
nama: Rany Dwi Tanti
ReplyDeletetwitter: @Rany_Dwi004
link share: https://mobile.twitter.com/Rany_Dwi004/status/654410285428555777?p=v
Hidup di pulau terpencil itu menurut saya sangatlah menyenangkan. Tidak ada orang yg memperhatikan apa yg kita lakukan. Tidak ada yg mengomentari kita dg kata-kata yang tidak pantas. Tidak ada yang memandang kita dengan tatapan penasaran jika ingin melakukan sesuatu. Suasananya pasti tentram dan damai. Jauh dari hiruk-pikuk kota dengan sejuta aktivitasnya. Pastinya udara disana masih segar dan tidak ada polusi beda dengan kota-kota metropolitan yang selalu berasap knalpot setiap hari. Karena saya termasuk orang yang tidak menyukai keramaian, hidup di tempat terpencil ini pasti seperti surga bagi saya. Saya bisa melakukan hal-hal yang saya suka tanpa ada yang mengganggu. Paling tidak saya juga bisa lupa dengan masalah-masalah yang menimpa saya jika tinggal di pulau terpencil. Udara yang masih fresh dengan pemandangan yang indah setidaknya dapat membuat saya melupakan masalah meskipun hanya untuk sementara. Nggak jarang kan tempat terpencil yang masih asri jadi pilihan yang tepat untuk melepas penat dan stress yang biasa kita hadapi sehari-hari. Serasa bebas dan lepas, tidak punya beban apa-apa. Berada di pulau terpencil layaknya berada di tempat yang seringkali digambarkan dalam buku cerita anak-anak pengantar tidur.
Saya pribadi tidak mau tinggal di kota kecil yang terpencil karena sedari kecil saya selalu memimpikan hidup di kota-kota besar dengan gedung-gedung pencakar langit seperti Jakarta & New York. Jadi kalo ditawari tinggal di Lindoya, dengan lantanng saya jawab: NO, THANKS.
ReplyDeleteNama: Dian Maya
Twitter: @dianbookshelf
Share: https://twitter.com/dianbookshelf/status/654948614825881600
Nama: Aya Murning
ReplyDeleteTwitter: @murniaya
Email: ayamurning@gmail.com
Link share: https://twitter.com/murniaya/status/654954475006750720
Pendapatku tentang tinggal di pulau terpencil seperti Lindoya yaitu... exciting! ;)
Maksudnya gini, tinggal di pulau terpencil itu pastinya sepi dari penduduk lainnya, bukan? Nah, kalau untukku sih cocok saja buat tinggal di tempat seperti itu. Walau hidup sendiri dan fasilitas tidak sebaik di kota, tapi dari situ aku bisa belajar untuk survive dan hidup mandiri. Karena sekali pun selama ini aku tinggal di komplek perumahan, tapi nyatanya aku nggak begitu (bisa) berbaur dengan orang-orang sekitar karena kesibukan sekolah/kuliah/kerja dan kuis yang sering kuikuti akhir-akhir ini. :D
Kalau tinggal di komplek saja aku masih lebih memilih sendiri, apalagi kalau bisa tinggal di pulau seperti di Lindoya yang emang sepi dari sananya. Kayaknya aku bakal betah banget. Back to nature dan lebih bisa akrab dengan sekitar karena orang yang ditemui yang itu-itu saja, tidak seperti di sini yang kalau ketemu cuma bilang "hi, hey, halo, hello" sebagai formalitas trus berlalu gitu aja.
Pada dasarnya ya karena aku lebih suka tempat yang tenang dan nggak suka berada di tengah keramaian. Sepi itu bisa membuatku nyaman untuk sendiri. Dapat menyelami pikiranku semakin dalam dengan bantuan alam yang teduh, cicitan burung yang menghipnotis, dan suara kucuran air yang menenangkan.
Nama: Titim Nuraini
ReplyDeleteEmail: titim.dear@gmail.com
Twitter: @titim_nuraini
Link: https://twitter.com/titim_nuraini/status/654892718435373057
Jawabam: Kalau tempat terpencilnya sekeren Lindoya aku sih mau-mau aja tinggal di sana. Tiap hari bisa menikmati pemandangan indah dan tenang
Terus akses ke daerah Kotanya di Oslo juga mudah dijangkau dengan kapal very
Seru kan naik very tiap hari :)
Nama: Titim Nuraini
ReplyDeleteEmail: titim.dear@gmail.com
Twitter: @titim_nuraini
Link: https://twitter.com/titim_nuraini/status/654892718435373057
Jawabam: Kalau tempat terpencilnya sekeren Lindoya aku sih mau-mau aja tinggal di sana. Tiap hari bisa menikmati pemandangan indah dan tenang
Terus akses ke daerah Kotanya di Oslo juga mudah dijangkau dengan kapal very
Seru kan naik very tiap hari :)
Nama: Noer Anggadila
ReplyDeleteAkun Twitter: @noeranggadila
Link tweet: https://twitter.com/NoerAnggadila/status/654319587077455872
Pulau terpencil umumnya jauh dari segala bentuk perkembangan teknologi, pasti susah buat berhubungan dengan masyarakat di luar pulau tsb, sulit dijangkau sama kendaraan bermotor karena medan yang sulit untuk mencapai pulai terpencil tsb.
Tapi biasanya pulau terpencil itu masih terjaga keasriannya, sumber daya alam juga kadang masih melimpah, mungkin bahan pokok malah lebih murah, suasana sosial juga terjangkau masih kental dengan budaya setempat dan menjaga kerukunan.
Masih banyak pula budaya-budaya setempat yang blm kita kenal dan harus tetap kita jaga, nah dari pulau terpencil itu kita bisa belajar hidup menerima kedaan dan pintar bersyukur, karena keterbatasan dalam kekeluargaan yang harmonis, bikin tenang jiwa.
Nama: Thia Amelia
ReplyDeleteE-mail: thiameliasn@gmail.com
Twitter: @Thia1498
Link share: https://twitter.com/Thia1498/status/655534398759038976?s=01
Apa pendapatmu tentang tinggal disebuah pulau terpencil seperti Lindoya?
Aku pernah membaca sebuah penelitian tentang bagaimana jika seseorang tinggal di sebuah pulau terpencil, seperti Lindoya contohnya, dan jawabannya adalah kau akan merasakan kebahagiaan setiap hari, memiliki umur yang panjang karena tidak harus menghirup udara yang kotor setiap hari dan yang terpenting adalah hidup mu tidak akan terlalu sulit karena pastinya orang-orang yang ada disana sangat sedikit. Jadi, apa pendapat saya? Apalagi selain kata keren yang mampu mewakili. Walaupun kata awalnya adalah 'pulau terpencil' bukan berarti disana tidak ada kebutuhan untuk hidup kan? Justru disana kau akan merasakan bagaimana kebahagiaan dunia yang sebenarnya. Tinggal dengan orang-orang yang sangat baik karena masih menjunjung tinggi kekeluargaan, merasakan kebahagiaan bersama orang-orang yang juga bahagia dan berteman dengan orang-orang yang selalu ada disisimu setiap hari. Banyak orang yang menginginkan masa tua mereka dilalui dengan tinggal di perdesaan. Kenapa? Karena seperti pulau terpencil, desa juga merupakan wujud lain dari mendapatkan kebahagiaan dunia. Di pulau terpencil atau desa kau tidak perlu repot memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup atau mendapat pekerjaan, karena kita bisa mengeksploitasi semua kekayaan yang ada disana, kembali seperti orang di zaman dahulu yang membuat segala nya sendiri, tapi juga mendapat nilai plusnya karena orang zaman dahulu berumur panjang. Disebuah penelitian, orang yang memiliki umur panjang adalah ia yang selaku bahagia setuap harinya. Dan Kau juga tidak perlu repot mencari pasangan, karena disana sudah tersedia banyak lawan jenis dengan semua tipe yang kau inginkan. Jadi menurutku, hidup di pulau terpencil seperti Lindoya, pasti menyenangkan.
Nama: Leny Hermi
ReplyDeleteemail: leny.hermi@yahoo.com
twitter: @Lenny66677291
link share: https://mobile.twitter.com/Lenny66677291/status/655773567112491009?p=v
jawaban:
L = Lindoya sebuah pulau yang terpencil dan sepi.
I = Indah tapi sepi dan sunyi.
N = Namun sangat cocok untuk menyendiri.
D= Dari pada tinggal di kota yang rame lebih baik sepi tapi tetap hepi.
O= Orang yang tdk suka keramaian sangat cocok tinggal di sini.
Y= Ya, sangat cocok sekali.
A= Aku sangat tertarik dengan pulau Lindoya ini.