BOOK review
Started on: 1.June.2015
Finished on: 7.June.2015
Finished on: 7.June.2015
Judul Buku : Stolen Songbird (Negeri Troll yang Hilang) (The Malediction Trilogy, #1)
Penulis : Danielle L. Jensen
Penerbit : Fantasious
Tebal : 493 Halaman
Tahun Terbit: 2014
Tahun Terbit: 2014
Harga: Rp 66,725 (http://www.pengenbuku.net)
Rating: 3.5/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rating: 3.5/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Sekarang, aku tak hanya kehilangan segalanya—keluarga, teman, dan impianku—tapi juga baru saja diberitahu bahwa sisa hidupku akan kulalui dalam mimpi buruk tanpa akhir."Cécile de Troyes memiliki impian untuk pergi dari Goshawk's Hollow dan menyanyi di panggung-panggung besar Trianon. Akan tetapi saat Cécile dalam perjalanan untuk merayakan kepergiannya, ia tiba-tiba disergap dan diculik oleh seorang lelaki bernama Luc. Dan Cécile tidak menyangka bahwa Luc akan membawanya ke negeri Troll yang seharusnya sudah hilang sejak lama. Namun ternyata negeri tersebut masih ada dan terkubur di bawah gunung, tempat Luc berniat menjual Cécile kepada Raja Troll. Sang Raja percaya bahwa Cécile dapat mematahkan kutukan yang ada atas para Troll; dan untuk mematahkan kutukan itu, Cécile akan dipertalikan dengan pangeran Troll yang bernama Tristan de Montigny.
"Aku akan menjadi juara mereka, memimpin revolusi untuk menghancurkan otokrasi yang hanya menghargai kekuatan dan garis keturunan, bahkan jika itu berarti memulai perang melawan ayahku. Aku mempertaruhkan nyawaku dan nyawa teman-temanku sendiri untuk mencapai tujuan ini, tapi ada satu hal yang tidak akan pernah kulakukan: mematahkan kutukan itu.Hubungan Cécile dan Tristan tidak berawal baik, karena Cécile merasa bahwa sang pangeran Troll itu sangat membenci dan merendahkannya. Cécile pun merasa bahwa ia lebih baik mati daripada harus menjalani kehidupannya di negeri Troll yang asing. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, Cécile semakin mengetahui kisah di balik negeri Troll dan bangsanya yang terkutuk. Ia pun kemudian mengetahui apa yang sebenarnya direncanakan oleh Tristan; rencananya yang bertentangan dengan keinginan sang Raja Troll. Segalanya menjadi rumit bagi Cécile. Dan ia pun diperhadapkan dengan pilihan untuk kembali ke tempat asalnya atau tetap tinggal di negeri Troll tersebut bersama dengan Tristan.
Beberapa makhluk sebaiknya tetap berada di kurungan mereka."
"Aku mulai menyadari betapa rumitnya politik Trollus, dan betapa sedikit yang kumengerti soal itu. Tidak hanya ada dua sisi, melainkan tak terhitung banyaknya. Tidak semua darah-campuran merupakan simpatisan yang bermaksud menggulingkan penindas mereka. Tidak juga bahwa semua darah-murni bersatu melawan darah-campuran—banyak yang lebih tertarik dalam percekcokan di antara kedua pihak. Tadinya kupikir aku tahu siapa lawanku, dan siapa kawanku, tapi sekarang aku tak yakin lagi."
image source: here. edited by me. |
"Ada faksi kecil di dalam Trollus yang mendesak perlakuan lebih baik bagi para darah campuran—kesetaraan, bahkan. Sekarang ini, anak mana pun yang tidak berdarah murni terlahir untuk menjadi budak. . . Mereka diperdagangkan layaknya binatang sampai terlalu tua untuk bisa berguna, kemudian ditinggalkan dalam labirin sebagai umpan sluag."
"Tapi sebagian diriku yang lain tertarik oleh dilema yang dialami darah-campuran. Dilema itu tampaknya tak dapat terpecahkan: di satu pihak, mereka terkungkung perbudakan; dan di pihak lain, menghadapi kematian yang hampir pasti. Apa yang akan kupilih jika aku diberi pilihan itu?"Berbicara soal karakternya, image yang aku punya tentang troll adalah sosok besar buruk rupa yang jahat. Akan tetapi cerita ini berhasil mengubah konsep tersebut, karena meskipun ada beberapa troll yang memiliki kerusakan wajah, sang pangeran Troll—Tristan de Montigny—memiliki wajah yang amat sangat tampan. Sama sekali di luar bayangan Cécile yang sudah merasa ngeri karena akan dipertalikan dengan monster. Pada awalnya Tristan memang terkesan menyebalkan dan kata-katanya selalu sinis. Tetapi lewat sudut pandang Tristan dalam ceritanya, pembaca akan melihat bahwa ternyata Tristan tidak sekejam yang tampak di permukaan—dan sikap kasarnya terhadap Cécile memiliki alasan. Sedangkan Cécile de Troyes adalah seorang perempuan yang pantang menyerah dalam segala usahanya. Pada awalnya aku mengira bahwa kemampuan menyanyinya akan memiliki peran yang besar dalam ceritanya, namun ternyata aku salah. Memang ada hal lain tentang Cécile yang diungkapkan kemudian, tetapi aku tidak akan memberi spoiler apapun dalam review ini ;)
Chemistry antara Tristan dan Cécile baru terasa di paruh kedua bukunya; karena pada bagian awal keduanya terus-menerus berselisih dan bertengkar. Yang paling unik dari pasangan ini adalah mereka bisa merasakan perasaan satu sama lain setelah dipertalikan. Salah satu adegan favoritku dari pasangan ini adalah saat Tristan sekarat dan Cécile merasakan kehilangan yang hebat sehingga ia rela dirinya dibunuh. Dan aku juga suka adegan saat Tristan memberi Cécile pilihan untuk pergi atau menetap meskipun dengan hati yang tidak rela. Yang jelas saat ini aku sangat penasaran dengan nasib kedua karakter ini di buku selanjutnya x))
"Aku berharap bukan seperti siapa diriku. Aku berharap kita bertemu dalam situasi yang berbeda, di suatu tempat yang sangat jauh, tempat tak ada sihir, politik, dan muslihat. Di mana segala hal di antara kita bisa jadi berbeda. Aku berharap aku adalah orang lain."
Masih ada sejumlah karakter lain yang berperan cukup besar dalam ceritanya, antara lain adalah: Marc—sepupu Tristan, Anaïs—sahabat Tristan yang juga menyukai lelaki itu, dan troll kembar Vincent dan Victoria—yang juga adalah sahabat Tristan. Dari karakter-karakter pendukung ini, aku rasa aku paling tertarik dengan kisah di balik kehidupan Marc dan Anaïs; keduanya memiliki latar belakang kelam yang sama sekali tidak aku duga. Sedangkan troll kembar lebih berperan sebagai penggembira yang mampu mencairkan suasana.
Overall, aku cukup menikmati buku pertama dari The Malediction Trilogy ini; konfliknya yang berhubungan dengan sihir, kutukan, serta politik kerajaan berhasil membuatku ingin membacanya hingga akhir. Meskipun ada bagian-bagian yang sedikit mengecewakan, hal tersebut tidak mengurangi rasa penasaranku atas buku selanjutnya. Hasil terjemahan Nadya Andwiani untuk buku ini cukup memuaskan dan mengalir dengan baik—walau aku rasa ada beberapa bagian yang agak kaku/membuatku bingung. Tetapi secara keseluruhan ceritanya masih bisa aku mengerti dengan baik :)) Dan yang terakhir, aku ingin mengucapkan terima kasih untuk penerbit Fantasious dan Mery Riansyah yang sudah memberiku kesempatan untuk membaca serta me-review buku ini :*
pengen baca
ReplyDeleteDibikin penasaran xD xD
ReplyDelete