BOOK review
Started on: 4.July.2015
Finished on: 6.July.2015
Finished on: 6.July.2015
Judul Buku : Take Off My Red Shoes
Penulis : Nay Sharaya
Penerbit : Grasindo
Tebal : 240 Halaman
Tahun Terbit: 2015
Tahun Terbit: 2015
Harga: Rp 44,000 (http://www.pengenbuku.net/)
Rating: 3.5/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rating: 3.5/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Mereka berdua berbagi cerita dan kesepian yang sama, sampai keluarga ini datang. Kesepian tidak lagi menjadi milik mereka berdua. Alia berhasil melepaskan diri dan meninggalkan Atha sendirian di belakang."Atha dan Alia adalah sepasang saudara kembar yang tinggal di panti asuhan sejak kecil. Di panti tersebut keduanya juga mendapatkan hadiah: Alia memperoleh sebuah sepatu merah yang cantik, sedangkan Atha mendapatkan sebuah buku dongeng. Dalam buku tersebut Atha mendapati kisah tentang seorang gadis bersepatu merah yang amat beruntung karena ada seorang ibu yang bersedia merawatnya. Sejak saat itulah Atha memiliki kecintaan tersendiri terhadap sepatu berwarna merah dan ingin memilikinya sendiri suatu hari nanti. Dan suatu kali datang sebuah keluarga yang baru saja kehilangan anak perempuan mereka yang mirip dengan Alia, dan keluarga tersebut ingin sekali mengadopsi Alia sebagai pengganti adik bagi anak mereka, Ares. Di saat Atha dilanda kesedihan karena akan berpisah dengan saudara kembarnya, keluarga tersebut pada akhirnya memutuskan untuk juga mengadopsi Atha—namun entah mengapa Atha merasa asing di tengah keluarga yang telah lama ia impikan.
"Gadis kecil itu benar-benar tak pernah menceritakan hal itu pada siapa pun. Tentang hukuman-hukuman yang diterimanya atau perlakuan anak-anak panti lainnya.... Seakan tidak ada hal buruk yang pernah terjadi pada dirinya. Beberapa tahun berlalu, Alia baru menyadari bahwa seharusnya ia mencegah Atha menyembunyikan dan menyimpan semuanya, tapi ternyata ia sudah terlambat."Rasa asing itu terus ada hingga mereka beranjak dewasa. Kakak mereka, Ares, selalu lebih senang menghabiskan waktu dengan Alia. Dan kecintaan Atha terhadap sepatu merah mendorongnya untuk berjuang agar ia bisa bergabung dengan klub cheerleaders, yang mengenakan sepatu merah sebagai bagian dari seragam mereka. Sahabat Ares, Kegan, mendukung perjuangan Atha dan melakukan banyak hal untuk membantu gadis itu. Namun semakin mengenal Atha, Kegan mulai menyadari bahwa tidak banyak yang peduli tentang gadis itu. Dan Kegan pun mulai bertanya-tanya mengapa seolah hanya ia yang peduli terhadap Atha? Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Atha dan keluarganya?
"Atha selalu bisa meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja, lalu benar saja, semua berubah menjadi baik-baik saja entah bagaimana caranya. Namun ternyata cara itu tidak selamanya berhasil. Bahkan mungkin, sebenarnya semuanya tidak pernah baik-baik saja. Semua masalah yang dilupakan dan dikubur Atha rapat-rapat hanya bersembunyi untuk sementara, dan menunggu waktu yang tepat untuk menunjukkan diri."
image source: here. edited by me. |
Novel ini terinspirasi dari sebuah dongeng berjudul The Red Shoes karya Hans Christian Andersen; dan jujur saja aku belum pernah mengetahui dongeng itu sebelumnya. Elemen dari dongeng tersebut yang diadaptasi ke novel ini adalah sepatu merah yang menjadi obsesi salah satu karakter utamanya, Atha. Sejak awal buku ini berhasil membuatku bersimpati dengan karakter Atha yang kesepian dan penuh luka batin yang tersembunyi. Aku bisa merasakan betapa sedihnya Atha karena keluarga yang mengadopsinya sepertinya lebih menyukai saudara kembarnya, Alia. Oleh karena itulah pada bagian awal ceritanya aku seringkali merasa kasihan dengan karakter ini dan berharap sesuatu yang baik akan terjadi padanya kemudian. Namun perlahan-lahan, ceritanya mengungkap sesuatu yang mengejutkan dan sama sekali tidak aku duga. Selama membaca, aku beberapa kali memang merasa ada sesuatu yang 'aneh' namun aku tidak memiliki dugaan apa pun tentang apa yang terjadi. Dan setelah misterinya terungkap, aku semakin bersemangat membaca karena ingin tahu lebih banyak tentang apa yang telah terjadi di masa lalu dan juga apa yang akan terjadi kemudian. Aku cukup puas dengan bagaimana setiap konflik diselesaikan—meskipun aku merasa ending-nya sedikit terburu-buru. Penyelesaian ceritanya membuatku lega dan juga turut bahagia untuk setiap karakter di dalamnya :)
Dari empat karakter utama yang berperan dalam buku ini, aku rasa karakter Atha dan Kegan adalah yang paling mencolok untukku. Meskipun buku ini ditulis dari sudut pandang ketiga, tetapi ceritanya lebih banyak membahas tentang perasaan dan pikiran Atha; sehingga karakter Alia dan Ares jadi terkesan jahat karena seringkali tidak menghiraukan keberadaan Atha. Padahal setelah semuanya terungkap, aku menyadari bahwa semua yang terjadi tidak seperti apa yang terlihat dari sudut pandang Atha. Jika harus memilih karakter utama, mungkin aku akan memfavoritkan Kegan karena menurutku ia sosok yang menyenangkan. Perhatiannya pada Atha terasa menghangatkan hati di saat seolah tidak ada siapa pun yang peduli pada gadis itu. Dan aku rasa hadiah terakhir dari Kegan adalah salah satu hal yang membantu Atha dalam hidupnya kemudian :))
Secara keseluruhan, aku menikmati kisah tentang Atha dan obsesinya terhadap sepatu warna merah—terutama plot twist-nya yang benar-benar tidak terduga untukku. Dan aku juga senang karena penulisnya mengangkat sebuah tema yang cukup jarang aku temui dalam buku remaja sebelumnya. Take Off My Red Shoes berhasil menjadi sebuah kisah yang mengkombinasikan elemen dongeng The Red Shoes dan isu mental illness yang cukup kelam. Pada akhirnya, aku ingin mengucapkan terima kasih untuk Nay Sharaya yang sudah mengirimkan buku ini untuk aku baca dan review. Sukses selalu dalam karir menulisnya, semoga di buku selanjutnya juga bisa mengangkat kisah yang tidak kalah menarik dari yang satu ini ;))
Dari empat karakter utama yang berperan dalam buku ini, aku rasa karakter Atha dan Kegan adalah yang paling mencolok untukku. Meskipun buku ini ditulis dari sudut pandang ketiga, tetapi ceritanya lebih banyak membahas tentang perasaan dan pikiran Atha; sehingga karakter Alia dan Ares jadi terkesan jahat karena seringkali tidak menghiraukan keberadaan Atha. Padahal setelah semuanya terungkap, aku menyadari bahwa semua yang terjadi tidak seperti apa yang terlihat dari sudut pandang Atha. Jika harus memilih karakter utama, mungkin aku akan memfavoritkan Kegan karena menurutku ia sosok yang menyenangkan. Perhatiannya pada Atha terasa menghangatkan hati di saat seolah tidak ada siapa pun yang peduli pada gadis itu. Dan aku rasa hadiah terakhir dari Kegan adalah salah satu hal yang membantu Atha dalam hidupnya kemudian :))
Secara keseluruhan, aku menikmati kisah tentang Atha dan obsesinya terhadap sepatu warna merah—terutama plot twist-nya yang benar-benar tidak terduga untukku. Dan aku juga senang karena penulisnya mengangkat sebuah tema yang cukup jarang aku temui dalam buku remaja sebelumnya. Take Off My Red Shoes berhasil menjadi sebuah kisah yang mengkombinasikan elemen dongeng The Red Shoes dan isu mental illness yang cukup kelam. Pada akhirnya, aku ingin mengucapkan terima kasih untuk Nay Sharaya yang sudah mengirimkan buku ini untuk aku baca dan review. Sukses selalu dalam karir menulisnya, semoga di buku selanjutnya juga bisa mengangkat kisah yang tidak kalah menarik dari yang satu ini ;))
Kedengarannya menarik, apalagi dengan kombinasi dongeng sepatu merah dan isu mental illness-nya itu. Aku pernah baca dongeng sepatu merah, versi buku cerita anak-anak waktu masih TK-SD dulu. Ceritanya seru dan "membekas"...
ReplyDeleteHabis baca buku ini aku juga jadi tertarik sama dongeng Sepatu Merah itu, kayaknya beda dari dongeng2 biasanya :D
Delete