BOOK review
Started on: 18.April.2015
Finished on: 19.April.2015
Finished on: 19.April.2015
Judul Buku : Pay It Forward
Penulis : Emma Grace
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 256 Halaman
Tahun Terbit: 2015
Tahun Terbit: 2015
Harga: Rp 40,000 (http://www.pengenbuku.net)
Rating: 3/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rating: 3/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Setiap manusia memiliki hantunya masing-masing.Semuanya diawali dengan sebuah permainan bernama Pay It Forward yang dilihat oleh Gitta di Facebook temannya yang bernama Yunike. Yunike akan memilih tiga pengomentar pertama di status-nya, dan akan memberikan hadiah untuk masing-masing orang yang ia rasa akan membuat mereka bahagia. Dan seterusnya, Gitta akan memilih tiga orang juga untuk ia beri hadiah. Hal yang paling membuat Gitta terkejut adalah pengomentar pertama di statusnya, seseorang bernama Tedjas—lelaki yang telah meninggalkan kesan buruk di benak Gitta.
Pada sebagian orang, hantu itu bisa berupa ketakutan. Sebagian yang lain, hantu itu berupa kekhawatiran akan masa depan atau mungkin kenangan buruk akan peristiwa masa lalu yang tak pernah bisa mereka enyahkan dari ingatan."
"Yah, every cloud has a silver lining. Tidak seharusnya ia merasa tertekan seperti ini, karena bahkan saat yang paling akan menuntun seseorang menuju hari-hari yang lebih baik."Gitta pertama kali bertemu dengan Tedjas tiga tahun lalu saat orientasi mahasiswa; dan keberadaan Tedjas membuat kelompoknya terancam tidak lulus. Belum lagi berita-berita miring yang beredar seputar lelaki itu membuatnya berpikir bahwa Tedjas adalah seorang preman dan tidak bertanggungjawab. Akan tetapi lewat permainan Pay It Forward itu, Gitta perlahan-lahan mengenal Tedjas lebih jauh—yang ternyata tidak seburuk dugaannya. Di samping itu, Gitta juga harus menghadapi rasa kesepian yang mulai menggerogoti hatinya. Dan hati Gitta pun semakin terluka saat ia mendapati bahwa Ayahnya menyembunyikan sesuatu yang teramat penting baginya.
"... Karena kesepian bisa ngebunuh lo. Karena rasa sepi akan buat lo jadi manusia paling pahit di bumi ini. Dan kalau lo nggak datang sekarang, maka lo nggak akan punya keberanian untuk menginjakkan kaki di sana sama sekali. Kalau itu sampai terjadi... maka yang akan membayangi lo bukan hanya kesepian, tapi juga penyesalan."
image source: here. edited by me. |
Tepat seperti yang disebutkan di awal bukunya, yang terpikir pertama kali olehku sewaktu membaca judul buku ini adalah film keluaran tahun 2000 yang berjudul sama. Buku yang dilabeli young adult ini menyuguhkan kisah yang hangat tentang keluarga, persahabatan, dan juga cinta. Ceritanya berpusat pada karakter utamanya, Gitta, dan berbagai macam masalah yang harus ia hadapi. Aku suka dengan konsep pay it forward yang digunakan sebagai pemicu pertemuan kembali antara Gitta dan Tedjas. Dan keduanya memiliki rasa kesepian yang sama; sehingga Gitta dan Tedjas bisa mengerti satu sama lain dengan baik. Konflik keluarga yang ada dalam buku ini lebih mendominasi ceritanya—tentang bagaimana Gitta mendapati rahasia yang disembunyikan Ayahnya, hingga perseteruan antara keduanya. Sedangkan bagian percintaannya lebih terfokus di bagian menjelang akhir. Aku menyukai gaya penulisan Emma Grace di buku ini; tetapi sayangnya aku kurang begitu menikmati alur ceritanya yang menurutku berjalan sedikit lambat. Meskipun demikian, aku suka dengan ending-nya yang kembali pada poin utama ceritanya yaitu permainan pay it forward.
Sayangnya aku tidak menemukan karakter yang menjadi favoritku dari buku ini. Aku tidak bisa bersimpati dengan apa yang dirasakan oleh Gitta. Selain itu aku juga jadi sebal dengan karakter Tedjas menjelang akhir cerita karena reaksinya yang menurutku terlalu berlebihan. Tentu saja aku tidak akan spoil adegannya bagi yang belum baca, yang jelas aku jadi agak ilfil dengan karakternya—padahal di awal aku cukup suka dengan karakter Tedjas yang agak cool dan misterius. Namun aku cukup suka karakter Kartika, sahabat baik Gitta, yang menurutku banyak membantu konflik yang dihadapi oleh Gitta dan Tedjas :))
Secara keseluruhan, meskipun aku tidak sepenuhnya puas dengan alur cerita yang disuguhkan, aku masih berhasil menikmati buku ini dari awal hingga akhir. Selama membaca buku ini, aku dibuat cukup penasaran tentang bagaimana ceritanya akan berkembang—sehingga aku terdorong untuk terus membacanya hingga akhir. Dan sebagai penutup, aku ingin mengucapkan terima kasih untuk penulisnya, Emma Grace, yang mengirimkan buku ini untuk aku baca :) Semoga dapat terus berkarya dan menciptakan tulisan yang menginspirasi pembaca ;)
Sayangnya aku tidak menemukan karakter yang menjadi favoritku dari buku ini. Aku tidak bisa bersimpati dengan apa yang dirasakan oleh Gitta. Selain itu aku juga jadi sebal dengan karakter Tedjas menjelang akhir cerita karena reaksinya yang menurutku terlalu berlebihan. Tentu saja aku tidak akan spoil adegannya bagi yang belum baca, yang jelas aku jadi agak ilfil dengan karakternya—padahal di awal aku cukup suka dengan karakter Tedjas yang agak cool dan misterius. Namun aku cukup suka karakter Kartika, sahabat baik Gitta, yang menurutku banyak membantu konflik yang dihadapi oleh Gitta dan Tedjas :))
Secara keseluruhan, meskipun aku tidak sepenuhnya puas dengan alur cerita yang disuguhkan, aku masih berhasil menikmati buku ini dari awal hingga akhir. Selama membaca buku ini, aku dibuat cukup penasaran tentang bagaimana ceritanya akan berkembang—sehingga aku terdorong untuk terus membacanya hingga akhir. Dan sebagai penutup, aku ingin mengucapkan terima kasih untuk penulisnya, Emma Grace, yang mengirimkan buku ini untuk aku baca :) Semoga dapat terus berkarya dan menciptakan tulisan yang menginspirasi pembaca ;)
No comments:
Post a Comment