image source: here. edited by me. |
Setelah sekian lama tidak ikut posting bareng BBI karena buku yang aku baca nggak pernah cocok dengan tema-nya, akhirnya sebagai pembuka tahun ini aku ikut salah satu event baru BBI: yaitu Opini Bareng. Bagi yang belum familiar dengan opini bareng, setiap bulannya BBI memilih satu topik tertentu untuk dibahas oleh member BBI—dan cara penulisannya pun bebas dalam bentuk apa saja. Sudah ada beberapa member BBI yang membuat post ini dan tentu saja menjadi inspirasiku, karena awalnya aku tidak tahu mau mulai dari mana. Untuk mengawali post ini, aku akan membahas beberapa bacaanku bulan ini yang berhubungan dengan ekspektasi.
(klik cover buku untuk membaca review buku)
Empat buku ini adalah bacaanku pada bulan Januari yang ditulis oleh pengarang yang sudah berkali-kali aku baca karyanya. Setelah beberapa kali membaca tulisan mereka dan menikmatinya, setiap kali mereka menerbitkan buku baru, aku pasti akan membelinya dengan ekspektasi tinggi. Aku sudah sangat terbiasa dengan tulisan Christian Simamora yang blak-blakan, dan juga sudah jatuh hati dengan gaya penulisan Winna Efendi dan Windry Ramadhina yang selalu manis—jadi aku selalu berpikir bahwa mereka tidak akan mengecewakanku. Sebagian besar buku yang aku baca termasuk dalam kategori ini, karena aku termasuk safe reader, yang memilih aman dengan membaca buku-buku penulis favoritku (aku rasa karena itu jugalah lebih banyak buku dengan rating tinggi di blog ini).
Sedikit kasus yang berbeda adalah buku terbaru Raditya Dika yang berjudul Koala Kumal. Dalam review yang aku tulis, aku menulis bahwa buku ini tidak memenuhi ekspektasiku. Bukan karena ceritanya tidak bagus. Tetapi selama bertahun-tahun membaca karya Raditya Dika, aku mengenalnya sebagai penulis humor—dan tentu saja aku berharap akan membaca cerita yang bisa membuatku tertawa. Saat mendapati buku ini ternyata agak lebih sendu, aku jadi sedikit kecewa. Oleh karena itu aku rasa terkadang lebih baik untuk tidak memiliki ekspektasi tertentu terhadap sebuah buku; karena mungkin penulis favorit kita juga ingin mencoba hal-hal yang baru.
Buku-buku berikutnya yang akan aku bahas adalah ekspektasi yang aku punya terhadap buku yang diadaptasi jadi film/serial TV. Ada dua bacaanku bulan ini yang masuk dalam kategori itu, yang pertama adalah Hannibal Rising. Sejak lama aku sudah mengenal nama Hannibal Lecter, entah bagaimana caranya, mungkin sejak film The Silence of the Lambs terkenal. Karena popularitas film adaptasinya-lah aku memberanikan diri untuk membeli seri Hannibal Lecter—meskipun sebenarnya buku ini bukan genre favoritku. Aku hanya penasaran apa yang membuat seri ini populer (karena aku tidak berani nonton filmnya). Dan sepertinya aku berharap terlalu tinggi, karena ternyata bukunya tidak sesuai dengan ekspektasiku. Tapi setidaknya sekarang aku tahu apa yang membuat karakter Hannibal Lecter begitu populer :))
Buku yang kedua dalam kategori yang sama adalah Single Ville, yang baru saja diadaptasikan jadi serial TV Mandarin. Single Ville sendiri sebenarnya adalah buku yang ditulis oleh penulis Korea, dan aku selalu suka membaca buku-buku terjemahan Korea. Kedua hal ini membuat ekspektasiku meningkat, apalagi aku cukup tertarik dengan premis ceritanya. Tetapi sayangnya ekspektasikuk yang tinggi itu tidak sepenuhnya terpenuhi setelah membaca buku ini. *Tapi perlu aku tekankan juga, bahwa aku menilai buku-buku ini berdasarkan buku terjemahannya; jadi mungkin ada beberapa faktor yang tidak tersampaikan dengan baik karena lost in translation.
Sedikit kasus yang berbeda adalah buku terbaru Raditya Dika yang berjudul Koala Kumal. Dalam review yang aku tulis, aku menulis bahwa buku ini tidak memenuhi ekspektasiku. Bukan karena ceritanya tidak bagus. Tetapi selama bertahun-tahun membaca karya Raditya Dika, aku mengenalnya sebagai penulis humor—dan tentu saja aku berharap akan membaca cerita yang bisa membuatku tertawa. Saat mendapati buku ini ternyata agak lebih sendu, aku jadi sedikit kecewa. Oleh karena itu aku rasa terkadang lebih baik untuk tidak memiliki ekspektasi tertentu terhadap sebuah buku; karena mungkin penulis favorit kita juga ingin mencoba hal-hal yang baru.
Buku-buku berikutnya yang akan aku bahas adalah ekspektasi yang aku punya terhadap buku yang diadaptasi jadi film/serial TV. Ada dua bacaanku bulan ini yang masuk dalam kategori itu, yang pertama adalah Hannibal Rising. Sejak lama aku sudah mengenal nama Hannibal Lecter, entah bagaimana caranya, mungkin sejak film The Silence of the Lambs terkenal. Karena popularitas film adaptasinya-lah aku memberanikan diri untuk membeli seri Hannibal Lecter—meskipun sebenarnya buku ini bukan genre favoritku. Aku hanya penasaran apa yang membuat seri ini populer (karena aku tidak berani nonton filmnya). Dan sepertinya aku berharap terlalu tinggi, karena ternyata bukunya tidak sesuai dengan ekspektasiku. Tapi setidaknya sekarang aku tahu apa yang membuat karakter Hannibal Lecter begitu populer :))
Buku yang kedua dalam kategori yang sama adalah Single Ville, yang baru saja diadaptasikan jadi serial TV Mandarin. Single Ville sendiri sebenarnya adalah buku yang ditulis oleh penulis Korea, dan aku selalu suka membaca buku-buku terjemahan Korea. Kedua hal ini membuat ekspektasiku meningkat, apalagi aku cukup tertarik dengan premis ceritanya. Tetapi sayangnya ekspektasikuk yang tinggi itu tidak sepenuhnya terpenuhi setelah membaca buku ini. *Tapi perlu aku tekankan juga, bahwa aku menilai buku-buku ini berdasarkan buku terjemahannya; jadi mungkin ada beberapa faktor yang tidak tersampaikan dengan baik karena lost in translation.
Yang selanjutnya, aku memilih bacaanku dari tahun sebelumnya untuk ekspektasiku terhadap buku dengan hype/popularitas yang tinggi. Ada dua hal yang bisa terjadi setelah membaca buku dengan hype tinggi: pertama, kita merasa buku itu overhyped karena tidak terlalu suka/tidak cocok dengan bukunya; dan yang kedua, kita merasa memang bukunya pantas mendapatkan popularitasnya yang tinggi itu. Aku membaca Where Things Come Back dan The Night Circus karena buku ini cukup populer dan mayoritas orang menyukainya. Meskipun aku cukup menikmati keduanya, tetapi ceritanya tidak berhasil memenuhi ekspektasiku.
Sedangkan untuk The Book Thief dan Gone Girl—yang juga punya hype yang sangat tinggi—aku berakhir sangat menyukai keduanya. Bahkan bisa dikatakan dua buku ini melebihi ekspektasiku pada awalnya. Sebenarnya menurutku hype ini merupakan sesuatu yang agak rancu karena tidak semua orang memiliki selera yang sama. Hanya karena mayoritas pembaca menyukai sebuah buku, belum tentu pada akhirnya kita akan menyukai buku itu juga. Tapi jujur saja, setiap kali melihat buku yang populer dan disukai banyak orang, rasa penasaran yang timbul sepertinya tidak bisa aku hindari.
Dan yang terakhir yang akan aku bahas adalah buku-buku yang tidak aku sangka akan aku sukai. Tiga buku di atas adalah beberapa contoh buku tidak terduga tersebut. Saat akan membaca The Giver, aku cukup skeptis karena bukunya tipis jadi aku tidak berharap banyak. Tapi ternyata lewat jumlah halaman yang sedikit pun, penulisnya berhasil membuatku terpukau dengan jalan ceritanya. Demikian juga dengan seri Ther Melian; karena aku hampir tidak pernah membaca buku fantasi lokal, aku tidak menaruh ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap serial ini. Dan lagi-lagi aku dikejutkan dengan ceritanya yang fast-paced dan action-packed; salah satu seri lokal favoritku.
Contoh terakhir adalah A Game of Thrones, yang sebenarnya juga bisa masuk ke kategori hyped books; tetapi jujur saja pada awalnya aku tidak yakin apakah aku akan menyukai buku ini. Untungnya aku memberanikan diri dan mulai membaca seri ini tahun lalu, and I love it. Terkadang menyenangkan juga membaca buku-buku seperti ini; rasanya seperti mendapat surprise yang tidak terduga :))
Ekspektasi sendiri bisa muncul disebabkan oleh banyak faktor, dan beberapa di antaranya aku sebutkan di atas; seperti penulis favorit, adaptasi film/serial TV, hype, atau mungkin juga tidak punya ekspektasi karena kita tidak tahu apa-apa tentang buku tersebut. Sebenarnya sinopsis sebuah buku juga bisa mempengaruhi ekspektasi, tapi karena aku tipe orang yang jarang baca sinopsis, jadi aku tidak membahas bagian ini :) Walaupun aku merasa ekspektasi kadang bisa mempengaruhi pendapat kita tentang sebuah buku, aku sendiri tidak bisa mengontrol ekspektasi yang aku punya. Aku hanya bisa berusaha menghindari opini/review tentang buku yang belum/akan aku baca, supaya aku tidak punya pemikiran subjektif/bias terhadap buku tersebut. Tetapi bagaimanapun juga, terkadang ekspektasi memang tidak terelakkan, kan? :))
Sedangkan untuk The Book Thief dan Gone Girl—yang juga punya hype yang sangat tinggi—aku berakhir sangat menyukai keduanya. Bahkan bisa dikatakan dua buku ini melebihi ekspektasiku pada awalnya. Sebenarnya menurutku hype ini merupakan sesuatu yang agak rancu karena tidak semua orang memiliki selera yang sama. Hanya karena mayoritas pembaca menyukai sebuah buku, belum tentu pada akhirnya kita akan menyukai buku itu juga. Tapi jujur saja, setiap kali melihat buku yang populer dan disukai banyak orang, rasa penasaran yang timbul sepertinya tidak bisa aku hindari.
Dan yang terakhir yang akan aku bahas adalah buku-buku yang tidak aku sangka akan aku sukai. Tiga buku di atas adalah beberapa contoh buku tidak terduga tersebut. Saat akan membaca The Giver, aku cukup skeptis karena bukunya tipis jadi aku tidak berharap banyak. Tapi ternyata lewat jumlah halaman yang sedikit pun, penulisnya berhasil membuatku terpukau dengan jalan ceritanya. Demikian juga dengan seri Ther Melian; karena aku hampir tidak pernah membaca buku fantasi lokal, aku tidak menaruh ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap serial ini. Dan lagi-lagi aku dikejutkan dengan ceritanya yang fast-paced dan action-packed; salah satu seri lokal favoritku.
Contoh terakhir adalah A Game of Thrones, yang sebenarnya juga bisa masuk ke kategori hyped books; tetapi jujur saja pada awalnya aku tidak yakin apakah aku akan menyukai buku ini. Untungnya aku memberanikan diri dan mulai membaca seri ini tahun lalu, and I love it. Terkadang menyenangkan juga membaca buku-buku seperti ini; rasanya seperti mendapat surprise yang tidak terduga :))
Ekspektasi sendiri bisa muncul disebabkan oleh banyak faktor, dan beberapa di antaranya aku sebutkan di atas; seperti penulis favorit, adaptasi film/serial TV, hype, atau mungkin juga tidak punya ekspektasi karena kita tidak tahu apa-apa tentang buku tersebut. Sebenarnya sinopsis sebuah buku juga bisa mempengaruhi ekspektasi, tapi karena aku tipe orang yang jarang baca sinopsis, jadi aku tidak membahas bagian ini :) Walaupun aku merasa ekspektasi kadang bisa mempengaruhi pendapat kita tentang sebuah buku, aku sendiri tidak bisa mengontrol ekspektasi yang aku punya. Aku hanya bisa berusaha menghindari opini/review tentang buku yang belum/akan aku baca, supaya aku tidak punya pemikiran subjektif/bias terhadap buku tersebut. Tetapi bagaimanapun juga, terkadang ekspektasi memang tidak terelakkan, kan? :))
Demikianlah opini-ku tentang topik Ekspektasi di bulan Januari ini; semoga post-nya tidak terlalu panjang. Apa pendapatmu tentang 'ekspektasi'? Apakah biasanya kamu juga punya ekspektasi tertentu saat akan membaca sebuah buku? Kalau kamu ikut posting Opini Bareng untuk bulan ini, boleh juga share link-nya di bagian komentar supaya aku bisa baca pendapatmu :))) Semoga aku bisa ikut posting di bulan selanjutnya :D
Aku ikutan Opini Bareng BBI - Ekspektasi juga stef.. ^^
ReplyDeleteIni link postinganku http://bookish-roomie.blogspot.com/2015/01/bbi-opini-bareng-ekspektasi.html
yuk, mampir :)
Sdh mampirr ;))
DeleteThe Giver juga masuk daftar buku di luar prediksi memenuhi ekspektasiku :)
ReplyDeleteiya bukunya emg unexpected banget XD
DeleteAku penasaran sama Hannibal Rising gara-gara film seriannya yg nggak berani kutonton juga hehe... Tapi rating bukunya kurang bagus, jd kepengaruh hehe....
ReplyDeleteHahaha iya sekarang ada seriannya jg yah :D kayaknya sih cerita seriannya agak lain sm yg di buku :D
Delete