BOOK review
Started on: 2.January.2015
Finished on: 5.January.2015
Finished on: 5.January.2015
Judul Buku : Walking After You
Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 328 Halaman
Tahun Terbit: 2014
Tahun Terbit: 2014
Harga: Rp 42,500 (http://www.pengenbuku.net/)
Rating: 5/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rating: 5/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Barangkali, kenyataan tersebut—bahwa aku belajar membuat masakan Italia sejak kecil, tetapi kini justru menjadi asisten koki kue—terdengar tidak masuk akal bagi Om Gondo dan Julian. Namun, aku punya alasan untuk bekerja di Afternoon Tea. Ada yang harus kuwujudkan. Sesuatu yang sangat penting.Sejak kecil, sepasang kembar Anise dan Arlet memiliki kesukaan yang berbeda; Arlet dengan kecintaannya pada kue-kue Prancis, dan Anise yang menyukai masakan Italia. Namun kini semuanya berubah, dan saat ini, Anise mulai bekerja di Afternoon Tea, sebuah toko kue milik sepupunya, Galuh. Ia buta sama sekali tentang membuat kue, akan tetapi ia telah bertekad untuk menjalani semuanya—berjuang meraih impian, sekalipun itu bukanlah impiannya. Sekalipun dengan tekad yang kuat, perjuangan Anise tidaklah mudah. Apalagi semenjak ia harus bekerja dengan Julian, koki kue Afternoon Tea yang kaku dan terlalu serius.
Sesuatu yang... menghantuiku selama dua tahun."
"Kalau saja bisa, aku ingin masuk ke foto dan kembali ke masa itu. Aku ingin mengubah apa yang terjadi berikutnya seperti yang diperbuat oleh Ashton Kutcher dalam The Butterfly Effect, karena di titik itulah aku melakukan kesalahan terbesar dalam hidupku."Seorang gadis bernama Ayu adalah pengunjung setia Afternoon Tea. Ia selalu datang bersama hujan, memesan soufflé cokelat yang tak pernah disentuhnya sambil menatap ke jendela. Akibat rasa penasarannya, Anise mencari tahu tentang kehidupan Ayu lewat tulisannya. Dan tak lama kemudian ia menyadari, bahwa apa yang Ayu alami tidak jauh berbeda dengan apa yang sedang ia alami sendiri. Keduanya terjebak dalam masa lalu, dan mereka membutuhkan orang lain untuk menyadari hal tersebut.
"Penyesalan. Itu perasaan yang menghantui Ayu selama ini, persis sama dengan apa yang menghantuiku.
Ternyata, kami benar-benar mirip."
image source: here. edited by me. |
Sewaktu menyelesaikan buku ini, aku bingung antara memberikan rating 4.5 atau 5 untuk buku ini; tetapi pada akhirnya buku yang manis ini berhasil memperoleh nilai 5/5 dariku. Tahun lalu, buku Windry Ramadhina yang berjudul Interlude berhasil menjadi salah satu buku favoritku, dan kali ini ia pun tidak mengecewakanku. Cerita yang sendu ini mengusung tema kehilangan dan penyesalan; dan dituliskan dengan sangat manis seperti kue-kue yang terlibat di dalam kisahnya. Padahal baru beberapa hari aku menjalani tahun yang baru, tetapi lagi-lagi aku menemukan buku yang berhasil melibatkan emosiku sewaktu membacanya (yah, atau mungkin juga perpindahan tahun ini membuatku jadi lebih melankolis dan sentimental).
Walking After You diceritakan dari sudut pandang Anise, yang memulai semuanya dengan memperkenalkan pembaca pada dirinya dan kembarannya, Arlet. Sejak kecil keduanya tertarik pada hal yang berbeda, Arlet selalu mencintai kue-kue Prancis, sedangkan An lebih berminat pada masakan Italia. Dan kemudian kisah berpindah ke beberapa tahun kemudian, saat An akan memulai masa kerjanya di Afternoon Tea, sebuah toko kue yang dimiliki oleh sepupunya, Galuh. Dan seiring berjalannya cerita, perlahan-lahan An mengungkap masa lalunya bersama Arlet lewat sejumlah kilas balik; hingga alasan yang mendorongnya untuk bekerja di Afternoon Tea, meskipun ia tidak tahu apapun tentang membuat kue. Separuh awal buku ini berhasil membuatku penasaran tentang keberadaan Arlet dan apa yang terjadi antara saudara kembar ini. Dan yang terjadi berikutnya adalah sederet kejadian yang membawa An berdamai dengan masa lalunya. Bagian favoritku dari buku ini adalah momen-momen manis antara An dengan Julian. Aku juga dibuat cukup penasaran dengan peran Ayu, si gadis pembawa hujan, dalam kisah ini—dan tentu saja aku tidak akan memberikan spoiler bagi kalian yang belum membaca :)) (Dan aku baru sadar bahwa karakter Ayu ini pernah muncul dalam buku Windry Ramadhina yang berjudul London: Angel. Apakah Ayu akan mendapat porsi ceritanya sendiri di buku yang lain?) Ending-nya cukup memuaskan untukku, meskipun memang bukan penyelesaian yang dapat membuat semua orang bahagia. Dan aku juga tahu bahwa berusaha menerima atau bahkan melupakan sebuah penyesalan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sehingga aku merasa buku ini diakhiri dengan cara yang paling realistis :) Buku ini juga berkali-kali membuatku lapar sambil membayangkan semua kue-kue yang disantap oleh An. Tidak lupa juga karakter Julian yang masih berhasil membuatku mesem-mesem sendiri bahkan hingga akhir ceritanya :)))
Walking After You diceritakan dari sudut pandang Anise, yang memulai semuanya dengan memperkenalkan pembaca pada dirinya dan kembarannya, Arlet. Sejak kecil keduanya tertarik pada hal yang berbeda, Arlet selalu mencintai kue-kue Prancis, sedangkan An lebih berminat pada masakan Italia. Dan kemudian kisah berpindah ke beberapa tahun kemudian, saat An akan memulai masa kerjanya di Afternoon Tea, sebuah toko kue yang dimiliki oleh sepupunya, Galuh. Dan seiring berjalannya cerita, perlahan-lahan An mengungkap masa lalunya bersama Arlet lewat sejumlah kilas balik; hingga alasan yang mendorongnya untuk bekerja di Afternoon Tea, meskipun ia tidak tahu apapun tentang membuat kue. Separuh awal buku ini berhasil membuatku penasaran tentang keberadaan Arlet dan apa yang terjadi antara saudara kembar ini. Dan yang terjadi berikutnya adalah sederet kejadian yang membawa An berdamai dengan masa lalunya. Bagian favoritku dari buku ini adalah momen-momen manis antara An dengan Julian. Aku juga dibuat cukup penasaran dengan peran Ayu, si gadis pembawa hujan, dalam kisah ini—dan tentu saja aku tidak akan memberikan spoiler bagi kalian yang belum membaca :)) (Dan aku baru sadar bahwa karakter Ayu ini pernah muncul dalam buku Windry Ramadhina yang berjudul London: Angel. Apakah Ayu akan mendapat porsi ceritanya sendiri di buku yang lain?) Ending-nya cukup memuaskan untukku, meskipun memang bukan penyelesaian yang dapat membuat semua orang bahagia. Dan aku juga tahu bahwa berusaha menerima atau bahkan melupakan sebuah penyesalan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sehingga aku merasa buku ini diakhiri dengan cara yang paling realistis :) Buku ini juga berkali-kali membuatku lapar sambil membayangkan semua kue-kue yang disantap oleh An. Tidak lupa juga karakter Julian yang masih berhasil membuatku mesem-mesem sendiri bahkan hingga akhir ceritanya :)))
"Kau bertolak belakang dengan kue-kue buatanmu, ya. Kau tidak manis sama sekali."Tidak perlu ditanya lebih dari sekali, jawabanku untuk karakter favorit dari buku ini adalah Julian—koki kue kita yang amat-terlalu-kelewat-serius (dan agak terobsesi dengan kerapian/kebersihan)! Mengesampingkan fakta bahwa ia merokok beberapa kali dalam buku ini, aku merasa karakter Julian sangat imut! Apalagi dengan ledekan Anise yang selalu berhasil membuatnya tersipu. Ia bisa menjadi karakter paling dingin dan paling kaku, sekaligus menjadi karakter yang super manis pada momen-momen tertentu. Memang terkadang sikapnya bisa jadi kekanak-kanakan, tetapi aku sangat suka sikapnya yang berani mengungkap kenyataan pahit demi kebaikan orang lain. Dan siapa yang tidak suka lelaki yang bisa membuat berbagai macam kue setiap hari? ♥♥♥♥ Dan aku memasang gambar-gambar di bawah ini ↓↓↓↓ untuk memberi bayangan bagaimana Julian bisa jadi sangat dingin dan kejam, dan menjadi super sweet dengan seulas senyum di wajahnya :')) Oke, kita akan berhenti membicarakan karakter ini sekarang.
Tentu saja karakter lain juga tidak kalah penting, seperti Jinendra—mantan bos/rekan kerja Anise yang memiliki restoran bernama La Spezia. Ada juga Galuh, sepupu Anise yang berperan cukup banyak dalam cerita ini. Dan aku juga sangat suka hubungan antara Anise dan Arlet sebagai saudara kembar; mereka seperti melengkapi satu sama lain :) Aku rasa tidak ada karakter yang tidak aku sukai dari buku ini. Karakter-karakternya terasa realistis, sehingga aku merasa mengenal mereka dengan akrab; hal tersebut juga membuatku bersimpati dengan keadaan yang ada dan terhanyut dalam ceritanya :)
"Galuh benar. Untuk melepaskan masa lalu, yang harus kulakukan bukan melupakannya, melainkan menerimanya. Dengan menerima, aku punya kesempatan untuk belajar memaafkan diri sendiri. Aku tidak berkata ini mudah. Dan, ini akan butuh waktu."Secara keseluruhan, buku ini cukup berhasil menggugah emosiku dan membuatku sangat menikmati buku ini dari awal hingga akhir—dengan segala pahit dan manisnya. Pada bagian belakang buku, dituliskan bahwa mungkin pembaca memiliki kisah yang sama seperti An. Dan aku juga berharap para pembaca yang memiliki kegalauan yang serupa dengan An, dapat melewatinya juga bersama dengan karakter utama cerita ini :)) Seperti biasa, aku akan selalu menantikan karya-karya Windry Ramadhina yang selanjutnya; karena aku selalu suka dengan caranya menuliskan sebuah kisah :))
waaah kalau kak Stefanie bilang buku ini bagus, berarti worth to buy (& worth to read) dong! :D *brb ke toko buku
ReplyDeletehehehe mudah2an suka juga yaa ;))
DeleteNah, ini dia yg bikin penasaran. Sebenarnya si Arlet ini gimana sih? Nyata atau cuma kenangan? hihi, jadi pengen baca
ReplyDeleteHahaha aku juga waktu awal penasaran sm itu juga, nyata apa gk nyata sih Arlet ini XD ayo coba dibaca aja ky ;))
DeleteBukunya memang manis ^^
ReplyDeleteyuupp setujuu ;D
Delete