Monday, October 6, 2014

Book Review: Best Rival by Naima Knisa

.
BOOK review
Started on: 27.September.2014
Finished on: 29.September.2014


Judul Buku : Best Rival
Penulis : Naima Knisa
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 252 Halaman
Tahun Terbit: 2014
Harga: Rp 39,950 (http://www.pengenbuku.net/)

Rating: 3/5
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 
"Kuncoro tidak bisa menerima Estu lebih unggul darinya, dia tidak ingin Estu menyamai pekerjaannya, tidak mau Estu membuka restoran dengan konsep yang sama dengannya, tidak bisa. Ini tidak bisa dibiarkan, Kuncoro sangat marah kepada sahabat masa lalunya itu."
Kuncoro adalah seorang chef yang bekerja di sebuah restoran khas masakan Solo, Omah Jawa, bersama dengan kekasihnya Gendis - yang mengelola restoran tersebut. Restoran Omah Jawa yang telah berdiri selama 4 tahun itu perlahan-laha mulai kehilangan pengunjung. Kemarahan Kuncoro timbul saat mengetahui penyebabnya adalah Estu, yang telah kembali ke Solo dan membuka sebuah restoran baru bahkan telah menerbitkan buku. Estu adalah sahabat Kuncoro dulu, namun tidak lagi semenjak Kuncoro merasa telah dikhianati dan ditusuk dari belakang oleh lelaki itu.

"Aku tidak pernah kalah. Jangan pikir karena aku hanya seorang anak dari abdi dalem, lantas aku tidak bisa membuat tengkleng dengan rasa yang sama!"
Estu yang berusaha memperbaiki persahabatan mereka mengundang Kuncoro ke acara pembukaan restorannya. Akan tetapi Kuncoro sama sekali tidak berniat untuk bertemu lagi dengan Estu; dan ia malah memiliki rencana lain dalam pikirannya. Kuncoro meminta Gendis untuk datang ke acara yang diadakan oleh Estu dan mendekati lelaki itu sebagai seorang penggemar buku tulisannya. Kuncoro meyakinkan Gendis bahwa dengan mengetahui rahasia masakan Estu, mereka berdua bisa membangkitkan kembali restoran Omah Jawa yang mulai meredup.
"Suatu pernyataan konyol menurut Kuncoro karena tidak mungkin sahabat sejati menusuknya dari belakang, tidak tahu terima kasih dan kemudian tertawa di atas penderitaan orang lain. Kuncoro tahu Estu hanya omong kosong."
Keinginan dan nafsu Kuncoro untuk mengalahkan Estu semakin tidak terbendung - bahkan mulai menyakiti perasaan orang-orang di sekitarnya. Kuncoro menghalalkan segala cara untuk bisa membalas dendam pada mantan sahabatnya itu. Tidak ada siapapun yang dapat menghentikan nafsu Kuncoro untuk menang hingga ia berhasil mencapai tujuannya.

Baca kisah selengkapnya di Best Rival.
image source: here. edited by me.
Aku sangat menantikan buku-buku seri #7DeadlySins ini, karena aku menulis artikel promosinya untuk GagasMedia dan mendapat kesempatan untuk mewawancarai pemenang kompetisi menulis 7 Deadly Sins. Oleh karena itu saat GagasMedia mengirimkan tiga buku pertama dari seri #7DeadlySins ini, aku sangat bersemangat untuk mulai membacanya. Sayangnya, aku sedikit merasa kecewa dengan buku pertama yang aku baca ini, Best Rival. Meskipun aku merasa ide ceritanya cukup menarik, cara ceritanya disampaikan kurang dapat kunikmati.

Buku ini ditulis dari sudut pandang ketiga; dan ceritanya dimulai dengan memperkenalkan karakter utamanya: Kuncoro, Gendis, dan Estu. Konflik yang menjadi fokus utamanya hanya satu: keinginan Kuncoro untuk mengalahkan masakan dan restoran Estu. Sepanjang cerita, Kuncoro banyak melakukan usaha-usaha untuk mencari tahu rahasia Estu - sebagian besar dengan menyuruh Gendis untuk menyelidiki; dan sejujurnya terasa tidak ada perkembangan apapun dalam ceritanya. Aku merasa alurnya berjalan dengan sangat lambat karena tidak adanya kemajuan; dan ada beberapa adegan yang diulang-ulang sehingga membuat kisahnya cenderung datar. Sebenarnya menuju akhir buku Best Rival ini aku memutuskan untuk memberi rating 2.5/5. Tetapi pada beberapa halaman terakhir, plot twist yang sangat tidak terduga menjadi penutup yang menurutku cukup epik. Ending tersebut mendorongku untuk akhirnya memberi rating 3/5 untuk buku ini :)

Satu hal lagi yang membuatku kurang bisa menikmati buku ini adalah banyaknya typo. Selain salah ketik, ada beberapa kalimat yang terasa aneh, sehingga kurang nyaman untuk dibaca. Entah apakah ini terjadi karena proses penerbitannya terburu-buru, atau memang tidak teliti sewaktu diperiksa. Tetapi aku harap buku-buku #7DeadlySins yang lain tidak seperti ini; karena meskipun faktor yang cukup kecil, kalimat yang efektif dan pengejaan yang tepat berperan sangat penting dalam kenikmatan membaca.

Sedangkan untuk karakternya, tidak ada yang menjadi favoritku dalam buku ini - tetapi aku rasa karakter Kuncoro mewakili salah satu dari #7DeadlySins, yaitu Lust. Meskipun Kuncoro adalah karakter utama cerita ini, justru ialah yang paling jahat dan menyebalkan. Sayangnya alasan dibalik nafsu/keinginan Kuncoro yang besar itu terasa kurang dalam. Alasan Kuncoro membenci Estu rasanya sedikit kurang pas dengan kebencian lelaki itu terhadap mantan sahabatnya. Seandainya apa yang dilakukan Estu di masa lalu jauh lebih buruk, aku mungkin bisa lebih berempati dengan perasaan dan tindakan Kuncoro.

Secara keseluruhan, meskipun tidak sepenuhnya memuaskan, buku ini cukup berkesan untukku - terutama karena ending-nya. Semoga Naima Knisa bisa terus berkarya dan menciptakan tulisan yang lebih baik untuk ke depannya :) Ditunggu karya selanjutnya, semoga ending untuk buku selanjutnya tidak kalah mengejutkan dibanding buku ini ;))
by.stefaniesugia♥ .
 

3 comments:

  1. Wah aku justru paling penasaran dengan buku ini Stef, karena unsur kulinernya. Btw, kamu bakal baca tiga-tiganya kan? Nungguin review Dangerously Perfect nih. hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Unsur kulinernya ngga terlalu banyak sih, tp emg jadi laper jg kalo nama2 makanannya disebut2 xD Iya, aku udh baca Beautiful Liar, tinggal yang Dangerously Perfect aja ;D mudah-mudahan coming soon xD

      Delete
  2. Kabar gembira untuk pengusaha rumah makan. Kini hadir Greenpack Box Makanan food grade yang cocok digunakan untuk segala macam jenis makanan.

    ReplyDelete