BOOK review
Started on: 19.September.2013
Finished on: 21.September.2013
Finished on: 21.September.2013
Judul Buku : Murjangkung
Penulis : A.S. Laksana
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 214 Halaman
Tahun Terbit: 2013
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tahun Terbit: 2013
Murjangkung adalah kumpulan cerita yang berisi 20 kisah pendek yang ditulis oleh A.S. Laksana. Kumpulan cerita sastra yang ada di dalam buku ini tidak mengusung tema tertentu, bahkan mungkin beberapa kisah mampu membuat pembaca berpikir keras saat membacanya. Seperti yang tertulis pada bagian sampul depan, buku ini berisi cerita-cerita tentang cinta - bahkan juga hal-hal yang berbau supernatural seperti hantu. Untuk mempermudahku menulis ringkasan untuk buku ini, aku akan menceritakan beberapa cerita pendek yang cukup berkesan untukku :)
"Kusampaikan cerita ini karena beberapa tahun belakangan orang-orang mulai menganggap nenekku gila. Kau tahu, ia sangat waras; ia hanya melakukan apa yang harus dilakukan demi sesuatu sangat berharga yang didambakannya. Kupikir mereka bahkan harus mencontoh kegigihannya."Kisah pertama yang berkesan untukku berjudul Otobiografi Gloria, yang diawali dengan kisah tentang sepasang suami istri yang terus menanti kehadiran seorang cucu di keluarga mereka. Akan tetapi cucu yang mereka harapkan tidak kunjung datang dari anak mereka yang telah menikah. Dan mereka dikejutkan dengan kehamilan anak mereka yang bahkan belum menikah. Di satu sisi, mereka malu dengan adanya cucu yang tidak diketahui siapa Ayahnya itu, akan tetapi anak itu adalah cucu pertama yang telah mereka impikan.
Dongeng Cinta yang Dungu adalah sebuah kisah supernatural yang bercerita tentang Fira dan Pak Abu (atau lebih sering Fira sebut belatung), yang adalah orang tertinggi di perusahaan tempatnya bekerja. Si belatung jelas-jelas menaruh perhatian lebih pada Fira, namun Fira tidak menyukai hal itu. Akan tetapi semuanya tidak sama lagi saat jiwa mereka tertukar ke dalam tubuh satu sama lain.
"Tentara setengah tua itu beberapa kali mendengar ucapan temannya bahwa seorang lelaki, jika tidak menjadi raja di rumah sendiri, niscaya akan menjadi setan di jalanan. Itu kalimat yang patut pula kau camkan demi kebaikanmu sendiri. Bukankah nasihat yang baik tetaplah baik sekalipun keluar dari mulut seekor beruk?"Cerita selanjutnya adalah salah satu yang berjudul Seto Menulis Peri, Pelangi dan Para Putri. Meskipun aku tidak tahu jelas apa relevansi antara judul dengan ceritanya, kisah ini terpusat pada hubungan sang Mayor dan anaknya. Pramono, anak Pak Mayor, adalah seorang berandal yang suka pergi ke tempat pelacuran dengan alasan pergi belajar. Kebohongan terus-menerus ia ucapkan pada Ayahnya, namun Pak Mayor tidak bisa berbuat apa-apa karena suatu hal yang diketahui oleh anaknya.
Dua Perempuan di Satu Rumah juga adalah salah satu kisah yang menarik. Berkisah tentang Seto, yang Ayahnya suatu hari mengubah dirinya - sehingga Seto tidak tahu lagi harus memanggilnya dengan sebutan apa. Perubahan Ayahnya juga turut merubah Seto. Sehari-hari ia sering diolok dan hal itu menumbuhkan benci dalam hatinya. Perbuatan Seto kemudian, semuanya bertujuan agar Ayahnya pun juga membencinya.
"Kenangan pahit, kau tahu, akan melekat lebih kuat di dalam pikiran ketimbang kenangan manis. Jika kau berpasangan dengan orang yang penuh kenangan pahit, kau harus selalu bisa membuat hatinya tenteram, sebab hal-hal kecil bisa membuat pasanganmu meradang-menerjang dan ia akan menyamakanmu dengan orang-orang yang pernah mengecewakannya."Masih banyak kisah lain dalam buku ini yang juga tidak kalah menarik, namun akan lebih baik jika dinikmati sendiri :) Meskipun beberapa kisah terkesan absurd, namun setiap ceritanya membawa pesan tersendiri yang hendak disampaikan kepada pembaca. Banyak pula kisah yang menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-hari dan juga permasalahan yang ada di dalamnya - sehingga tidak akan sulit bagi pembaca untuk mengerti situasinya :)
image source: here. edited by me. |
Jujur saja, aku merasa sangat kesulitan saat menuliskan review ini. Sehingga meskipun aku sudah menyelesaikannya hampir seminggu yang lalu, aku baru mengumpulkan pikiran dan waktu untuk menulis review ini. Kesan pertamaku saat memulai membaca kisah pertama (berjudul Bagaimana Murjangkung Mendirikan Kota dan Mati Sakit Perut) adalah aku tidak mengerti sama sekali ceritanya dan merasa ceritanya benar-benar absurd. Meskipun demikian, aku tetap memutuskan untuk lanjut membaca kisah berikutnya; yang sangat berkesan untukku karena twist di dalamnya. Perbedaan yang cukup jauh dari kisah pertama dan kedua membuatku menaruh harapan pada cerita-cerita selanjutnya. Pada akhirnya, saat aku menyelesaikan buku ini aku merasa ada beberapa kisah yang sangat mengesankan dan menarik; namun ada pula yang terlalu sulit untuk dicerna oleh otakku. Sepertinya membaca buku ini tidak boleh diburu-buru oleh waktu, harus diresapi kata-perkata sehingga bisa memperoleh makna dari kisahnya.
Salah satu hal yang masih membuatku bertanya-tanya tentang kumpulan cerpen ini adalah adanya beberapa karakter dengan nama serupa dalam cerita yang berbeda. Nama Seto adalah salah satu yang paling banyak muncul. Ia ada dalam kisah Perempuan Dari Masa Lalu, Seto Menulis Peri, Pelangi, dan Para Putri, Teknik Mendapatkan Cinta Sejati, Dua Perempuan di Satu Rumah, dan Seorang Utusan Memotong Telinga Raja Jawa. Karena buku ini adalah kumpulan cerpen, sebenarnya aku tidak terlalu ambil pusing tentang karakternya sehingga aku tidak mengingat banyak. Akan tetapi karena nama Seto terus muncul, aku bingung apakah karakternya sama dengan cerita sebelumnya atau tidak. Apakah mungkin penulisnya mempunyai maksud tertentu dengan menggunakan nama karakter yang sama?
Walaupun ada beberapa cerita absurd yang tidak begitu aku mengerti, ada beberapa yang juga sangat berkesan untukku. Terlebih lagi karena penulisan A.S. Laksana yang sangat baik dalam menyampaikan ceritanya. Seperti yang aku sebutkan di atas, ada beberapa kisah yang menggambarkan permasalahan sehari-hari; antara lain adalah perselingkuhan, transgender, agama, dan lain sebagainya. Tema cerita seperti ini berhasil membuatku berpikir tentang persoalan itu dalam kehidupan nyata.
Overall, meskipun aku hanya memberikan rating 3 untuk buku ini bukan berarti buku ini tidak bagus. Ada banyak cerita yang aku sukai dalam buku ini, dan aku juga sangat menikmati gaya penulisan A.S. Laksana. Hanya saja mungkin aku yang memang kurang cocok dengan jenis cerita yang agak absurd - sama halnya saat aku membaca Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa karya Maggie Tiojakin. Aku rasa buku ini bukanlah bacaan yang ringan; dan mungkin akan lebih baik jika dinikmati dengan perlahan-lahan :)
Walaupun ada beberapa cerita absurd yang tidak begitu aku mengerti, ada beberapa yang juga sangat berkesan untukku. Terlebih lagi karena penulisan A.S. Laksana yang sangat baik dalam menyampaikan ceritanya. Seperti yang aku sebutkan di atas, ada beberapa kisah yang menggambarkan permasalahan sehari-hari; antara lain adalah perselingkuhan, transgender, agama, dan lain sebagainya. Tema cerita seperti ini berhasil membuatku berpikir tentang persoalan itu dalam kehidupan nyata.
Overall, meskipun aku hanya memberikan rating 3 untuk buku ini bukan berarti buku ini tidak bagus. Ada banyak cerita yang aku sukai dalam buku ini, dan aku juga sangat menikmati gaya penulisan A.S. Laksana. Hanya saja mungkin aku yang memang kurang cocok dengan jenis cerita yang agak absurd - sama halnya saat aku membaca Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa karya Maggie Tiojakin. Aku rasa buku ini bukanlah bacaan yang ringan; dan mungkin akan lebih baik jika dinikmati dengan perlahan-lahan :)
Wah sepertinya bukunya menarik >.< penggunaan nama Seto yang terus menerus mungkin dikarenakan si pengarang menyukai nama tersebut? Seperti Djenar yang sering menggunakan nama Nayla pada setiap tokoh di bukunya? ^^
ReplyDeleteIya mungkin juga sih ^^ soalnya penulisnya ngga bahas di bukunya ttg masalah itu ;D
DeleteHalo... ^.^
ReplyDeleteBanyak baca review sana-sini, aku kira buku ini oke punya. Dan sepertinya tertantang membaca buku ini. Harus disesap perlahan terlebih dahulu, agar terasa sempurna, seperti kopi. Nice. Buku tipikal ini memang harus dibaca ekstra keras.
Semoga berkesempatan membaca buku ini ^.^
Salam hangat,
Nanda Febri
@milo389
febrifebruary03@gmail.com
Yap emang buku ini lebih pas kalo dibaca pelan2 ;))
Delete