Wednesday, August 28, 2013

Book Review: Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa by Maggie Tiojakin

.
BOOK review
Started on: 24.August.2013
Finished on: 26.August.2013

Judul Buku : Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa
Penulis : Maggie Tiojakin
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 241 Halaman
Tahun Terbit: 2013
Harga: Rp 46,750 (http://www.pengenbuku.net/)

Rating: 3/5
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 

Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa adalah sebuah kumpulan cerita absurd yang terdiri dari 14 cerita pendek dan bonus 5 cerita pendek yang tertulis dalam bahasa Inggris. Pada bagian awal buku, tertulis definisi kata absurd yang berarti tidak masuk akal, bodoh, konyol, atau tidak layak. Mungkin kata-kata itulah yang akan terlintas dalam pikiran saat menyusuri cerita-cerita pendek yang ada dalam buku ini. Dalam perjalanan yang absurd ini, sang penulis akan membawa pembaca melewati potongan-potongan kehidupan yang mungkin pula akan terasa absurd.

Dari 14 cerita pendek yang ada dalam buku ini, aku akan menceritakan cuplikan dari beberapa yang berhasil menarik perhatianku - untuk memberikan sedikit bayangan tentang isi buku yang absurd ini. Yang pertama adalah sebuah cerita berjudul Fatima. Diawali dengan ketegangan dan intensitas yang selevel dengan peperangan, Pinot sedang menjalankan sebuah misi dengan suara Fatima - Sekertaris Eksekutif yang memberikan data padanya dari markas - yang memandunya. Kisah ini secara detail menjelaskan gerak-gerik Pinot, senjata apa yang digunakannya, dan suara Fatima yang menemaninya. Pinot melewati baku tembak yang menegangkan, dan mencapai akhir misi yang berakhir mengenaskan.
"Masih terngiang suara Fatima di telinganya. Ada debar aneh yang melanda setiap kali ia mengingat suara itu, menjalar sekujur tubuhnya, seperti sengatan lembut arus listrik yang membangkitkan bulu kuduk. Setidaknya seminggu sekali ia terbujur kaku di lantai virtual rumah tahanan itu. Mati dengan luka tembak di kepala. Darah imajiner menggenang di sekeliling tubuhnya. Lagi dan lagi. Dan lagi.
Tak apa. Dia rela."
Ada pula kisah dengan judul Panduan Umum Bagi Pendaki Hutan Liar, yang mengisahkan seorang Ayah, Leven, dengan anak gadisnya yang bertubuh gempal bernama Bitya. Keduanya sedang menjalani pendakian yang terasa amat berat bagi Bitya. Dalam pendakian itu, Leven mendapati hal-hal baru yang tidak ia ketahui tentang Bitya sebelumnya. Perjalanan itu seharusnya berakhir dengan menyenangkan, namun sepertinya tidak demikian.

Selanjutnya adalah Dia, Pemberani, kisah tentang seorang lelaki bernama Masaai yang sangat menyukai tantangan. Ia pernah melakukan base jumping - menjatuhkan diri dari atap sebuah gedung tinggi (110 tingkat) menggunakan parasut; cave diving, heli-skiing, dan berbagai aktivitas berbahaya lainnya. Masaai bahkan mengikuti aktivitas massal, encierro, yang melibatkan sejumlah besar orang berlari sekuat tenaga dengan belasan ekor banteng secara bebas menyusuri jalan. Meskipun terluka parah, Masaai beruntung masih bisa hidup; dan yang paling menderita melihat cara hidup Masaai adalah istrinya, Zaleb.
"Menurut Masaai, pengalaman itu lebih berharga dari semua harta kekayaan di dunia - dan jika ia diberi kesempatan untuk mengulang kejadian tersebut, ia takkan mengubah apa pun. Di apartemen kecil tempat tinggal mereka, ribuan kilometer jauhnya, Zaleb terduduk lemas dengan tangis yang mulai mereda. Cinta adalah sebuah pengertian, pikirnya. Maka, sekali lagi, ia mengalah."
Kisah terakhir yang akan kubahas dalam ringkasan ini adalah Jam Kerja. Cerita ini cukup singkat, namun kisahnya menggambarkan sesuatu yang mungkin seringkali terjadi dalam dunia nyata. Berlatar di sebuah ruang meeting perkantoran saat sebuah rapat sedang berlangsung. Akan tetapi pikiran sang karakter utama tidak berada di tempat itu, melainkan memainkan sebuah imajinasi liar dalam pikirannya sendiri.

Selain 4 kisah tersebut, masih ada banyak kisah lain yang tidak kalah menarik dalam buku ini. Setiap ceritanya mengusung tema yang berbeda dan menimbulkan perasaan yang juga beragam bagi para pembaca. Pada akhir buku ini, Maggie Tiojakin juga menuliskan Catatan Penulis yang bercerita tentang perjalanannya sebagai seorang penulis; dan membahas secara singkat tentang buku ini beserta beberapa cerita absurdnya.

Baca kisah-kisah lainnya di Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa.
image source: here. edited by me.
Ini adalah kali kedua aku membaca kumpulan cerpen Maggie Tiojakin setelah sebelumnya pernah membaca Balada Ching-Ching. Jujur saja, seperti yang terjadi saat aku membeli Balada Ching-Ching, aku membeli buku ini karena judulnya yang benar-benar membuatku tertarik. Terlebih lagi didukung sampul buku yang luar biasa secara visual (karya Staven Andersen, yang juga membuat ilustrasi sampul Just So Stories terbitan Gramedia), aku sama sekali tidak bisa menolaknya. Awalnya aku cukup penasaran, dan terselip juga rasa takut, karena caption Kumpulan Cerita Absurd yang tertulis pada sampul depannya. Aku rasa buku semacam ini akan selalu menimbulkan pro dan kontra di antara pembaca; akan ada kubu yang menikmatinya, ada juga kubu yang kurang menyukainya. Aku rasa aku berada di antara kedua kubu itu, karena ada beberapa cerita yang aku nikmati dari buku ini dan ada juga yang tidak aku mengerti.

Saat akan mulai membaca buku ini, aku kira cerita-ceritanya akan mempunyai tema yang mungkin berhubungan dengan luar angkasa. Ternyata Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa adalah salah satu judul cerita yang ada dalam buku ini. Tema yang terdapat dalam kisahnya antara lain adalah cinta, pengorbanan, persahabatan, perang, dan lain sebagainya. Meskipun demikian, sebagian besar berakhir ceritanya berakhir serupa: yaitu dengan tidak jelas; atau bahkan ada sebuah twist yang mengejutkan. Ada juga cerita yang terasa seperti dipotong tiba-tiba saat sebelum memasuki klimaks - sehingga terkadang aku merasa kecewa karena berharap dapat membaca kelanjutan kisahnya. Namun aku rasa itulah pesona dari buku ini; cerita-ceritanya yang membuat kita berpikir dan jadi penasaran.
"Maksudku ketika kita kecil semua tampak begitu cerah dan cemerlang. Tak ada yang tak mungkin. Seperti rumah kokoh yang sanggup menahan badai dan angin panas. Lantas ketika kita semakin tua, semua berubah."
"Dunia yang mereka tinggali cenderung lebih baik, lebih pengertian terhadap gadis-gadis cantik, ramping, genit. Dan untuk gadis-gadis lain yang berbeda, sedikit lebih besar, sedikit lebih serius, sedikit lebih tomboy, sedikit lebih bawel, sedikit lebih ini, kurang itu - dunia adalah tempat yang diskriminatif, tidak adil."
Aku cukup menikmati buku ini dan menyelesaikannya hingga akhir - meskipun kerap kali merasa bingung dengan cerita yang sedang aku baca. Maggie Tiojakin jelas memiliki ciri khas tersendiri dalam caranya menuliskan cerita. Pada bagian akhir, ia juga menjelaskan mengapa ia menuliskan buku ini, mengapa ia menggunakan nama karakter yang tidak biasa dalam ceritanya, dan lain sebagainya. Ending cerita yang tidak jelas memberi kesempatan bagi pembaca untuk mereka-reka sendiri apa yang akan terjadi selanjutnya; dan itulah yang aku lakukan saat membaca kumpulan cerita ini :)

by.stefaniesugia♥ .

No comments:

Post a Comment