Monday, June 17, 2013

Book Review: Roma: Con Amore by Robin Wijaya

.
BOOK review
Started on: 10.June.2013
Finished on: 13.June.2013

Judul Buku : Roma: Con Amore
Penulis : Robin Wijaya
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 384 Halaman
Tahun Terbit: 2013
Harga: Rp 45,050 (http://www.pengenbuku.net/)

Rating: 3.5/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Dia? Leo menyeringai kecil ketika mengenangnya. Kalau pun takdir mengharuskan mereka bertemu lagi, suatu hari nanti, Leo berharap semoga ada cara lebih baik untuk mempertemukan mereka, bukan karena masalah lukisan yang tertukar."
Leonardo Halim adalah seorang seniman muda Indonesia yang mempunyai masterpiece seperti jajaran pelukis kelas dunia. Ia kemudian mendapat kesempatan untuk ikut proyek pameran seni di Roma, Italia. Kemampuan melukisnya bahkan diakui di Roma, dan salah satu lukisannya yang berjudul Tedak Siten terjual di pameran tersebut. Akan tetapi masalah datang saat si pembeli mengatakan bahwa lukisan tersebut tidak sampai ke tangannya - padahal kurir sudah sampai di alamat pengiriman. Masalah itulah yang mempertemukan Leo dengan seorang perempuan Indonesia di Roma bernama Felice Patricia.

"Bayangan dan tingkah polah perempuan itu masih melekat jelas dalam kepalanya. Aneh, mestinya sesuatu yang menyebalkan harus segera diusir pergi, bukan malah berdiam dan mengambil tempat dalam memori.... Kejadian hari ini... Mungkin ia akan ingat selamanya."
Pertemuan pertama Leo dan Felice tidak berjalan menyenangkan; karena meskipun sebenarnya Felice yang bersalah, perempuan itu sama sekali tidak mau mengakuinya. Keduanya pun berpisah dengan kesan pertama yang tidak begitu baik. Setelah menyelesaikan pameran tersebut, Leo berpulang kembali ke Indonesia. Kehidupannya di Indonesia ia habiskan bersama dengan Marla, kekasihnya, yang selalu merawat Leo saat ia terlalu sibuk mengerjakan lukisan. Tak lama kemudian, sahabat Leo bernama Dewa menawarkan lelaki itu untuk ikut sebuah pameran seni di Bali. Setelah mendapat persetujuan dari Marla, akhirnya Leo berangkat untuk menghadiri pameran itu.

Sedangkan kehidupan Felice di Italia ia habiskan dengan sahabatnya, Tenny, dan kekasihnya yang bernama Franco - yang adalah seorang pemain sepakbola. Bagi Felice, Franco adalah sosok kekasih yang begitu mencintainya dan seringkali menghujaninya dengan gombalan-gombalan yang manis. Meskipun Franco selalu sibuk, Felice selalu berusaha bertemu dengan lelaki itu - terlebih lagi ia akan segera berpulang ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan kakaknya, Anna. Awalnya Felice sempat ragu soal kepulangannya, karena ia tidak ingin bertemu Mama. Sejak Mama-nya berpacaran dengan seorang lelaki beristri, hubungan Felice dengannya semakin memburuk. Namun Felice tetap memantapkan hati, dan berangkat ke Bali.
"Suatu hari. Suatu waktu. Ketika kita dipertemukan kembali, tanyakan pada hati; apakah kita akan mengulang cerita lalu atau mengisinya dengan yang baru?"
"Kita menggantung kata perpisahan. Diam-diam menaruh harapan dan keinginan untuk dipertemukan lagi kelak."
Leo dan Felice pun dipertemukan kembali di Bali. Felice mengalami pertengkaran hebat dengan Mamanya, membuat ia pergi keluar begitu saja dari penginapan. Tidak mempunyai arah tujuan, Felice menemukan brosur pameran seni yang diadakan di Taman Budaya - dan memutuskan untuk pergi ke sana. Nama Leonardo Halim adalah satu-satunya yang ia kenal, dan Felice memutuskan untuk menemui lelaki itu. Tanpa mereka rencanakan, secara alami pembicaraan pun mengalir, kebersamaan keduanya pun berlangsung lama. Leo menceritakan banyak tentang lukisan dan idolanya, Michelangelo. Satu waktu itu menjadi momen yang berkesan untuk keduanya.
"Tak pernah Felice merasa hatinya demikian hangat, seperti disinari matahari musim semi yang selalu mampu memberi kehidupan baru.
Dan lebih dari itu semua, lelaki itu tahu, bagaimana cara untuk membuat Felice merasa dihargai."
Meskipun keduanya harus berpisah sekali lagi, Leo dan Felice dipertemukan kembali di Roma - tempat mereka pertama kali bertemu. Perlahan-lahan tanpa disadari, perasaan yang lebih mulai muncul dalam hati masing-masing. Meskipun demikian, ada banyak sekali masalah yang ada di sekitar mereka. Fakta tentang Franco, masalah keluarga Felice yang tak kunjung selesai, dan juga fakta tentang kekasih Leo yang sama sekali tidak pernah diketahui oleh Felice. Kisah cinta mereka yang bermula di Roma, lukisan The Lady yang amat berharga bagi keduanya, akankah berakhir dengan bahagia?
"Cinta? Tenny menyebutnya begitu. Terdengar aneh dan naif, bahkan keduanya tak punya status spesial. Tapi bukankah cinta memang datang perlahan? Menghuni hati tanpa perencanaan lebih dulu? Bahkan, sebelum perasaan terungkap, manusia sudah lebih dulu menyimpannya."
Baca kisah selengkapnya di Roma: Con Amore.
image source: here. edited by me.
Ini adalah buku ketiga Robin Wijaya yang aku baca setelah Before Us dan Menunggu; dan lewat Roma: Con Amore aku masih sangat terkesan dengan penulisannya yang manis dan mengalir dengan baik. Membaca buku ini seperti membawaku ke Roma dan melihat berbagai macam tempat yang indah. Terlebih lagi dengan kisah cinta yang manis, dan latar belakang karakter yang dalam, cerita ini menjadi semakin mudah untuk kunikmati.

Buku ini ditulis dari sudut pandang orang ketiga, dan tema yang diangkat adalah tentang romance (tentunya), dan juga terselip tentang keluarga. Alurnya tentu saja dimulai dengan perkenalan dua karakter utama kisah ini: Leo dan Felice. Ceritanya dimulai dengan pertemuan keduanya yang tidak berjalan dengan baik. Kemunculan pertama Felice dalam cerita ini membuat karakternya terkesan angkuh, sombong, dan sama sekali tidak mau mengakui kesalahannya. Sedangkan Leo adalah karakter yang amat cool dan tenang menghadapi segala sesuatu. Meskipun awalnya aku sedikit sebal dengan karakter Felice, pada akhirnya aku merasa itu adalah karakteristik yang terbentuk oleh latar belakangnya - sehingga aku bisa memaklumi. Setelah perpisahan di Roma, cerita tentang Leo dan Felice berjalan sendiri-sendiri. Sehingga aku merasa gatal dan ingin terus membalik halaman karena ingin melihat lebih banyak interaksi antara Leo-Felice. Seiring dengan perkembangan hubungan Leo-Felice, banyak terselip penjelasan yang lebih mendalam tentang keluarga Felice, hubungan Leo dan Felice dengan kekasih mereka, dan lain sebagainya. Salah satu hal yang sedikit aku sayangkan adalah saat Leo-Felice berkeliling Roma dan mengunjungi tempat-tempat populernya. Meskipun aku senang karena ada banyak nama-nama tempat di Roma yang bisa aku ketahui, tetapi aku berharap akan terjadi lebih banyak hal saat mereka berwisata - dibandingkan hanya penjelasan dan fakta tentang tempatnya :) Akan tetapi setelah bagian itu, konflik semakin muncul ke permukaan dan alurnya mencapai klimaks - sehingga aku sama sekali tidak ada waktu untuk merasa bosan. Aku juga cukup puas dengan ending-nya yang menyelesaikan semua masalah dengan baik pada akhirnya.

Dari seluruh karakter yang ada, aku rasa karakter Felice yang paling terasa dalam karena pembaca juga mengetahui latar belakang keluarganya. Akan tetapi karakter yang menjadi favoritku dalam cerita ini adalah Marla. Meskipun aku tidak akan menceritakan konfliknya secara detil (no-spoiler), tetapi aku sangat kagum dengan tindakan dan pilihan yang diambil oleh Marla. Jika aku dalam posisi yang sama sepertinya, mungkin aku akan melakukan hal yang serupa. Kemunculan Marla dalam cerita ini memang tidak banyak, tetapi ia adalah karakter yang meninggalkan kesan paling dalam untukku :)

Secara keseluruhan, aku sangat menikmati kisah cinta manis yang dituliskan oleh Robin Wijaya ini. Gaya penulisannya yang mengalir dilengkapi dengan deskripsi detil membuatku merasakan suasana Roma yang terasa romantis. Beberapa penggunaan bahasa Italia dalam ceritanya membuatku sedikit belajar :) Aku selalu menikmati karya tulisan Robin Wijaya dan akan menantikan karya yang selanjutnya :))

by.stefaniesugia♥ .

1 comment:

  1. Ratingnya terbilang kecil tapi reviewnya tetap positif. Beda sama punya aku :p
    http://dhynhanarun.blogspot.com/2013/05/roma-con-amore.html?spref=tw

    ReplyDelete