Thursday, June 13, 2013

Book Review: Crying 100 Times by Nakamura Kou

.

BOOK review
Started on: 7.June.2013
Finished on: 9.June.2013

Judul Buku : Crying 100 Times
Penulis : Nakamura Kou
Penerbit : Penerbit Haru
Tebal : 256 Halaman
Tahun Terbit: 2013
Harga: Rp 41,650 (http://www.pengenbuku.net/)

Rating: 2.5/5
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------  
"Pengetahuan bercerita kepadaku. Dalam semua hal, akhir adalah hal yang paling penting. Tak terkecuali kehidupan dan cinta, semuanya ada akhirnya. Itulah kenyataannya... Pada dasarnya, dunia yang diberkahi ini adalah perasaan, hasrat biologis, hak, dan kewajiban yang telah dijanjikan hingga akhir kebahagiaan tersebut."
Seorang lelaki bernama Fujii baru saja mendapat kabar tentang anjing kesayangannya - Book - yang sakit keras di kampung halamannya. Ia mengenang saat ketika ia memungut anjing itu pertama kali di perpustakaan dan membawanya naik sepeda motor. Sejak saat itu Book selalu senang saat mendengar bunyi mesin sepeda motor 2 tak miliknya. Pacar Fujii yang bernama Yoshimi kemudian membujuknya untuk memperbaiki sepeda motor itu untuk pulang dan menemui Book. Saat Yoshimi membantu Fujii membenahi motornya, lelaki itu menyatakan lamarannya.

"Di luar masih terus turun salju.
Aku ingin kehidupan seperti ini terus berlanjut, pikirku. Aku pikir semuanya akan terus berlanjut."
Fujii menyatakan lamarannya secara spontan saat mereka sedang bekerja memperbaiki sepeda motor. Dan setelah hari itu, mereka menjalani kehidupan dengan penuh kebahagiaan. Fujii pun menyempatkan diri menjenguk Book di kampung halamannya dengan mengendari sepeda motor. Dan dalam proses menuju pernikahan mereka berdua, Yoshimi memutuskan untuk tinggal di apartemen Fujii dalam rangka latihan pernikahan yang akan mereka jalani selama 1 tahun. Mereka masing-masing mengucapkan ikrar pernikahan untuk satu sama lain, berjanji untuk tetap bersama baik dalam sehat maupun sakit, dalam suka maupun duka.
"Suatu hal yang bisa kulakukan. Sesuatu yang bisa kulakukan untuknya adalah tetap ada untuknya. Hanya itu yang kugenggam dan kupeluk...."
"Namun, sangat sulit memungut harapan dari hal-hal yang aku mengerti. Harapan yang ada di situ hanyalah harapan negatif. Seandainya berjalan lancar pun, tempat yang akan dicapai adalah suatu tempat yang lebih besar dari nol, tetapi minus."
Fujii dan Yoshimi menjalani kehidupan mereka layaknya pasangan yang sudah menikah meskipun mereka belum menikah secara resmi. 3 bulan setelah Yoshimi pindah ke apartemen Fujii, tepatnya pada bulan Desember-lah masalah mulai bermunculan. Perlahan-lahan kebahagiaan yang memuncak dalam hubungan mereka mulai pudar. Dan saat itulah perasaan sejati mereka diuji, lewat kesulitan yang mungkin tidak memiliki jalan keluar.
"Aku tak tahu bagaimana caraku hidup hingga saat ini, padahal ada hal yang tidak bisa dicapai dan tidak bisa diterima sebesar ini. Bagaimana sebaiknya manusia menjalani kehidupannya kalau hidup adalah tentang mengharapkan sesuatu yang tidak bisa dicapai dan menerima sesuatu yang tidak bisa diterima?"
Baca kisah selengkapnya di Crying 100 Times.
image source: here. edited by me.
Siapapun yang membaca judul buku ini tentunya sudah akan menebak-nebak cerita macam apa yang ada di dalamnya. Judul Crying 100 Times yang amat melankolis ini tentunya hendak menyampaikan sebuah cerita yang sedih dan emosional. Kisah ini menceritakan tentang sebuah kisah cinta yang sederhana; dan menggambarkan bahwa kisah cinta yang bahagia bisa saja berakhir dengan tragis. Aku rasa ini adalah kali kedua aku membaca buku terjemahan Jepang, setelah sebelumnya membaca Her Sunny Side. Meskipun buku ini ternyata tidak seemosional yang aku bayangkan (atau harapkan), aku tetap dapat menyelesaikannya dari awal hingga akhir.

Cerita ini dituliskan dari sudut pandang Fujii, yang memulai ceritanya dengan memperkenalkan pertemuannya dengan Book dan sepeda motornya. Kemudian dilanjutkan dengan kemunculan Yoshimi, yang adalah pacar Fujii. Sebenarnya aku merasa cukup bingung, karena di awal cerita nama keduanya sama sekali tidak disebutkan. Sehingga entah mengapa aku merasa tidak bisa mengenal lebih dalam kedua karakter ini. Nama keduanya baru muncul saat disebutkan oleh orangtua Yoshimi di paruh kedua ceritanya. Dan dari awal hingga pertengahan, dapat dikatakan tidak ada konflik yang muncul dan semuanya terasa datar. Pembicaraannya adalah seputar perbaikan motor, dan juga pembicaraan sehari-hari yang dilakukan oleh Fujii-Yoshimi. Aku rasa buku ini hanya memiliki satu konflik (yang juga tidak aku sebutkan di ringkasan cerita, supaya tidak spoiler) sehingga ceritanya menjadi amat sederhana. Jujur saja, di awal saat aku mulai membaca buku ini aku berharap ada koneksi yang lebih dalam antara Book-Sepeda Motor-Yoshimi. Tetapi kisah tentang Book yang awalnya aku pikir penting, ternyata hanya seperti side story yang sama sekali tidak mendukung perkembangan alurnya. Selain itu perasaan dan emosi yang seharusnya membuncah, aku rasa kurang begitu tersampaikan dalam ceritanya - entah itu karena proses terjemahan, atau memang karya aslinya begitu :)

Secara keseluruhan, meskipun aku merasa sedikit kecewa dengan buku ini, ceritanya dari awal sampai akhir tetap dapat kunikmati dengan baik. Dan cerita ini akan dijadikan film dengan judul To Cry 100 Times (100回泣くこと/ 100 Kai Naku Koto), dengan Tadayoshi Okura dan Mirei Kiratani sebagai pemeran utamanya. Setelah melihat sinopsis film dan juga trailernya, aku rasa filmnya banyak mengubah alur cerita novelnya. Dikisahkan bahwa Fujii mengalami kecelakaan motor dan hilang ingatan, kemudian ia bertemu dengan Yoshimi di sebuah pernikahan. Konflik utamanya tetap sama, tetapi aku rasa pembawaan ceritanya akan jauh lebih menarik dan emosional di filmnya :) Aku berharap semoga novel terjemahan Jepang berikutnya akan lebih menarik lagi ^^.

Here's the movie trailer!
 
 
by.stefaniesugia♥ .

No comments:

Post a Comment