Friday, January 18, 2013

Book Review: Hatimu by Salsa Oktifa

.
BOOK review
Started on: 12.January.2012
Finished on: 13.January.2012

Judul Buku : Hatimu: Cinta yang Selalu Meragu
Penulis : Salsa Oktifa
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 358 Halaman
Tahun Terbit: 2012
Harga: Rp 41,650 (http://www.pengenbuku.net/)

Rating: 3/5

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Bukan Agia yang aku benci.
Bukan Rain yang aku benci, tentu saja.
Aku membenci kebersamaan mereka.
Apakah itu salah?
Aku tidak pernah percaya, ada sebuah persahabatan yang tulus antara seorang laki-laki dan perempuan tanpa adanya embel-embel perasaan lain yang mengikutinya. Laki-laki dan perempuan tidak akan pernah bisa bersahabat. Mereka diciptakan untuk saling tertarik satu sama lain."
Kisah ini adalah tentang Agia, Rain, dan Bari. Agia dan Rain sudah bersahabat sejak lama; bahkan karena masa lalu keluarga Rain yang kelam - hingga ia berakhir sebatang kara - membuat perempuan itu tinggal di rumah Agia. Rain sudah menjalani hubungan dengan atasannya yang bernama Bari selama 6 bulan; dan Bari selalu merasa keberatan dan terluka saat Rain selalu lebih memilih Agia dibandingkan dirinya. Semuanya terlihat semakin jelas, saat sebuah kecelakaan menimpa Agia dan Bari.

Kecelakaan yang dialami Agia dan Bari membuat keduanya harus dirawat di rumah sakit; dan tentu saja Rain mau tidak mau harus memberikan perhatiannya pada dua orang penting dalam hidupnya. Meskipun Rain juga memberikan perhatian yang serupa kepada Bari, kekasihnya; di mata Bari, Rain berlaku tidak adil padanya. Bari selalu merasa dinomor-duakan jika dibanding dengan Agia; membuatnya seringkali bertindak kasar dan marah dengan perhatian Rain padanya.
"Mengapa Bari dan Agia begitu berbeda? Sangat berbeda. Agia tidak akan membuatku kesepian dan mengasihani diri sendiri karena duduk tanpa teman, seperti sekarang... Agia tidak akan melakukan semua yang Bari lakukan sekarang."
Kondisi Bari yang tidak dapat menggunakan tangannya dengan baik membuatnya membutuhkan bantuan Rain - terlebih lagi karena ia tinggal seorang diri. Rain memutuskan untuk tinggal sementara bersama dengan Bari, untuk membantu Bari melakukan banyak hal di rumah. Saat Rain berada sangat dekat dengan kekasihnya itu, ia baru menyadari betapa Bari dan dirinya begitu berbeda - tidak seperti ia dan Agia yang mempunyai kesamaan dalam banyak hal. Akan tetapi hal yang membuat Rain sedih adalah kemunculan Eve - seorang perempuan dari masa lalu Bari yang telah menghabiskan waktu yang lama bersama sebagai sahabat. Suatu malam, Bari meninggalkan Rain sendirian demi menjemput Eve tanpa memberi kabar sama sekali - membuat Rain yang sudah memasakkan makan malam spesial untuk Bari, terlantar sendirian.

Berbagai macam kejadian menimbulkan berbagai masalah antara mereka berempat. Kesalahpahaman seringkali muncul; dan Bari yang mengetahui perasaan Agia terhadap Rain merasa semakin tersaingi. Rain sendiri selalu ragu dengan perasaannya; karena ia merasa selama ini Agia adalah sahabatnya, yang bahkan bisa ia anggap sebagai saudaranya sendiri. Akan tetapi ia juga menyayangi Bari dan merasakan banyak hal bersamanya. Bagaimanakah akhir kisah percintaan antara dua pasang sahabat ini?
"Persahabatan selalu mempunyai caranya sendiri, Bar. Kita punya cara sendiri untuk bersahabat. Orang lain punya cara sendiri untuk bersahabat. Dan mungkin itu cara mereka bersahabat."
Baca kisah selengkapnya di Hatimu.

Sejak membaca bab pertama dari buku ini, aku langsung dapat menebak bahwa ceritanya adalah sebuah tema yang klasik - yang tema ceritanya tentu saja sudah sangat sering diangkat oleh banyak penulis sebelumnya. Tema yang menjadi fokus buku ini adalah perasaan cinta tersembunyi yang ada antara dua orang sahabat, dan pacar salah satunya tentu saja sangat keberatan dengan persahabatan tersebut. Hatimu ditulis dengan tiga sudut pandang yang berbeda; sudut pandang Agia, Rain, dan Bari. Lewat tiga sudut pandang ini, pembaca akan seolah melihat secara pribadi perasaan karakter-karakter yang ada dalam ceritanya. Menurutku, dengan adanya sudut pandang pribadi dari setiap karakter utamanya membuat buku ini terasa seperti sebuah buku harian yang berisi curahan hati mereka.

Meskipun ini adalah pertama kalinya aku membaca karya Salsa Oktifa, aku cukup menikmati gaya penulisannya. Namun cukup disayangkan, karena alur ceritanya kurang begitu memuaskan untukku - apalagi dengan tema "i-love-my-bestfriend' yang tergolong populer, ending-nya pun dengan mudah tertebak sehingga tidak dapat menimbulkan rasa penasaran dan euforia berlebih saat membacanya. Ada pula beberapa hal yang membuat buku ini menjadi terasa tidak sempurna, antara lain adalah typo atau kesalahan ketik yang cukup banyak. Selain itu, cukup banyak penggunaan bahasa Inggris dalam percakapannya; tetapi aku merasa penataan kalimat bahasa Inggris-nya terasa sedikit kacau (entahlah, ini penilaianku dari pengguna bahasa Inggris yang tidak terlalu fasih juga). Dan aku rasa, penggunaan bahasa Inggris yang meleset seringkali malah akan merusak mood baik yang ada dalam ceritanya.

Berbicara mengenai alur ceritanya sendiri, sepanjang membaca buku ini aku jarang melihat adanya perkembangan berarti antar-karakternya. Permasalahannya seolah berputar-putar di tempat, hanya mempermasalahkan kecemburuan Bari terhadap Agia dan juga munculnya perempuan dari masa lalu Bari. Karakter yang ada dalam buku ini pun tidak begitu berhasil membuatku terkesan; padahal aku berharap karakter Agia dan Bari dibuat semenarik mungkin supaya bisa mengerti perasaan Rain yang galau harus memilih siapa. Dalam kisah ini, Bari malah terdengar menjengkelkan sekali dan menurutku sih Bari cukup munafik (meskipun dia mengaku sendiri kemudian....) - karena ia menilai persahabatan Agia-Rain tidak pantas, sedangkan ia sendiri malah berbuat apa dengan Eve yang ia sebut sebagai 'sahabatnya' juga. *Maaf, kalau review-nya terkesan sedikit emosional, karena aku sama sekali nggak mengerti jalan pikir Bari dalam cerita iniIntinya, karakter Bari dalam cerita ini terlalu egois; dan penjelasan masa lalu Bari yang membentuknya jadi pribadi yang seperti itu terasa kurang cukup untuk membuat tingkah lakunya itu acceptable. Selain itu, karakter Rain yang galau juga tentu saja membuatku gemas - karena ia selalu membandingkan Bari dengan Agia. Pacar mana sih, yang senang dibanding-bandingkan begitu? Dan lagi, menurutku chemistry antara Agia dan Rain kurang begitu terasa; sehingga aku tidak punya dorongan atau keinginan yang tinggi agar mereka dapat jadian pada akhirnya. Satu hal lain yang juga amat sangat membuatku geregetan, sebenarnya apa relevansi Agia harus jadi buta warna dalam cerita ini? Sampai sekarang aku masih belum menemukan jawabannya.

Meskipun banyak hal yang kurasa mengganjal dalam buku ini, secara keseluruhan aku dapat menikmatinya dengan baik. Kisah ini juga sedikit-banyak menggambarkan bagaimana manusia dalam kehidupan nyata; bahwa kita semua mempunyai sisi egois, saat kita menginginkan segala sesuatu berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Aku rasa hal itulah yang aku dapatkan dari kisah ini. Dan semoga di karya yang selanjutnya Salsa Oktifa dapat lebih berkembang dan menuliskan buku yang lebih baik lagi. Aku akan menantikan buku Salsa Oktifa yang selanjutnya :))
 
by.stefaniesugia♥ .

No comments:

Post a Comment