Wednesday, December 5, 2012

Book Review: Silang Hati by Sanie B. Kuncoro & Widyawati Oktavia

.
BOOK review
Started on: 29.November.2012
Finished on: 1.December.2012

Judul Buku : Silang Hati
Penulis : Sanie B. Kuncoro & Widyawati Oktavia
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 324 Halaman
Tahun Terbit: 2012
Harga: Rp 41,650 (http://www.pengenbuku.net)

Rating: 2.5/5
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari kedua penulis yang bergabung untuk menulis GagasDuet kali ini, aku hanya pernah membaca karya Sanie B. Kuncoro, dalam karyanya yang berjudul Memilikimu (review: here). Sejujurnya, melihat nama pengarang yang tidak pernah kudengar sebelumnya membuatku ragu untuk membeli buku ini; akan tetapi karena sejak awal aku belum pernah sekalipun absen membaca GagasDuet, akhirnya aku memberanikan diri untuk membeli dan membacanya. Tema GagasDuet kali ini ada pada judulnya: Silang Hati; tentang orang-orang yang pernah memiliki cinta di masa lalu, cinta yang sebelumnya - dan kemudian hati mereka bersilangan dengan orang yang dipertemukan oleh takdir. Meskipun buku ini terdiri dari dua cerita yang berbeda, karakter utama dalam setiap ceritanya saling berhubungan dan cukup banyak interaksi yang terjadi antara mereka.

Berikut ringkasan cerita & personal review dariku.
image source: here. edited by me.
 // S E N A N D U N G  H U J A N //
by Sanie B. Kuncoro
"Hidup acapkali menghadapkan seseorang pada berbagai arah. Ada kalanya beberapa orang akan memilih arah yang sama, menjadikan mereka berjalan beriringan dan saling mendukung satu sama lain demi menuju pada sesuatu. Beberapa yang lain, oleh karena berbagai sebab dan alasan, sangat mungkin memilih berpisah demi arah yang berbeda. Mereka menjadi dua orang yang saling meninggalkan."
Kisah ini berawal dari seorang lelaki bernama Rajesh, yang mengingat pertemuan pertamanya dengan seorang perempuan di kala hujan. Ia juga mengenang pertemuan pertamanya dengan Magnolia - atau lebih akrab dipanggil Magni, yang sempat menjadi orang yang istimewa dalam hatinya. Rajesh, yang sering disebut sebagai anak gunung, sangat bertolak belakang dengan Magni yang seperti sebuah bunga yang indah. Awalnya keduanya saling tertarik karena perbedaan tersebut; namun kemudian Magni mengatakan bahwa mereka berdua berbeda arah; mirip seperti dua orang asing dari planet yang jauh. Saat itulah Rajesh memutuskan untuk melupakan Magni yang tak terlupakan tanpa perlawanan apa pun.
"Kehilangan. Rajesh mengulang kata itu bagi dirinya sendiri. Bukan aku yang menghilang darimu, sayangku, melainkan kau yang menyuruhku pergi."
Perempuan yang ia temu di kala hujan ternyata muncul untuk kedua kalinya, yang kali ini Rajesh ingat sebagai Gadis Korek Api yang tidak dapat ia lupakan. Pertemuannya dengan gadis itu tidak berhenti sampai di sana; Rajesh kembali menemukannya saat menjadi instruktur pendakian. Gadis Korek Api itu bernama Lotus, yang entah mengapa selalu menghindar dan menutup diri darinya. Lotus adalah seorang gadis yang dingin, tenang, dan seolah tanpa emosi - hal-hal yang membuat Rajesh semakin penasaran dengan gadis itu. Akan tetapi di saat yang bersamaan, entah bagaimana Magni tiba-tiba saja kembali muncul di hadapannya - meminta cintanya kembali seolah tidak terjadi apa-apa. Lewat Magni pula, Rajesh mengetahui banyak hal tentang Lotus - dan masa lalu gadis itu yang kelam. Bagaimanakah akhir kisah cinta Rajesh?
"Jangan membiarkan dirimu tenggelam. Kehidupan tidak akan berhenti hanya karena satu atau berulang penghinaan. Betapa pun menyakitkannya penghinaan itu, akan selalu tersedia peluang untuk menemukan sisi lain kehidupan yang lebih berharga... Maka janganlah menyerah."
image source: here. edited by me.
 // P E R S I M P A N G A N //
by Widyawati Oktavia
"Apakah aku mencintainya? Aku tak tahu. Jika cinta adalah sebentuk perasaan bahagia, mungkin bisa dibilang, aku mencintainya."
Rubina, seorang gadis yang sama sekali tidak mempunyai pengalaman mendaki gunung memberanikan dirinya mendaki Gunung Ciremai demi seorang lelaki bernama Aria. Dalam pengalamannya mendaki pertama kali, Rubina tidak mengetahui banyak hal dan Aria-lah yang selalu membantu dan memperhatikan gadis itu. Kekaguman Rubina pada Aria semakin meluap-luap seiring dengan hubungan mereka yang menjadi lebih akrab selama perjalanan tersebut. Keduanya bahkan saling membagikan cerita masa lalu: Rubina bahkan menceritakan tentang Ayahnya yang sudah tiada, dan bintang jatuh yang menjadi kenangan tersendiri baginya. Namun kebahagiaan Rubina seolah hancur berkeping-keping saat keduanya bersama-sama mengucapkan permintaan kepada bintang jatuh; karena permohonan Aria adalah 'dia' - seseorang yang ternyata sudah menempati hatinya.
"Ia tak menyiapkan diri untuk hari ini. Ketakutan menguasainya, takut laki-laki ini hanya singgah untuk membawakan luka yang disimpannya dalam ransel di punggungnya itu. Lalu, ia akan kembali menghilang dalam kelam malam. Meninggalkan satu lagi jejak luka di hati Rubina yang rapuh."
Akhirnya Rubina mengetahui kenyataan bahwa Aria sudah mempunyai seorang yang ia cintai, gadis impiannya yang mengingatkan Aria pada Ibunya yang sudah meninggal. Hal ini seketika membuat sikap Rubina kepada Aria berubah total, membuat Aria kebingungan dengan perubahan drastis pada perlakuan gadis itu. Dan saat Rubina tidak lagi mengacuhkan Aria, justru Aria-lah yang selalu mencari-carinya. Saat itu, Aria pun mulai bingung dengan perasaannya sendiri; gadis yang selama ini ia sukai kini sudah ada di dekatnya, akan tetapi ia terus memikirkan dan merindukan Rubina; meskipun ia tidak tahu kapan atau mengapa tepatnya ia merasa demikian..
"Kamu tahu, sepertinya takdir kita bersilangan..."
 Baca kisah selengkapnya di Silang Hati.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Rating-ku yang tergolong cukup rendah untuk buku ini bukan berarti buku ini bukan buku yang bagus. Jika dilihat dari beberapa review yang ditulis di goodreads, cukup banyak yang memberikan rating 4 untuk buku ini. Buku ini diceritakan dengan gaya yang amat puitis dan mendayu-dayu, menguarkan aura romantis lewat setiap kata-katanya yang sendu. Mungkin buku ini lebih baik dinikmati secara perlahan-lahan, diresapi maknanya satu-persatu dengan dalam. Dan hal tersebutlah yang mungkin menjadi alasan mengapa aku kurang begitu menikmati buku ini - karena saat membacanya aku sedang dalam mood yang kurang "sesuai" dan merasa sedikit tidak sabaran, sekaligus terburu-buru saat membaca ceritanya. Bukannya menikmati gaya penulisannya, aku hanya terfokus pada alur ceritanya saja; dan sayangnya alur cerita dua kisah dalam buku ini tidak cukup memuaskan untukku.

Sebenarnya aku cukup senang dengan tema-nya yaitu orang-orang yang hatinya saling bersilangan. Akan tetapi jalannya cerita dalam dua kisah ini terlalu datar dan terasa diulur-ulur. Pada kisah pertama yang berjudul Senandung Hujan, pembawaan ceritanya dibawa maju-mundur; di masa sekarang dan masa lalu saat Rajesh mengenang pertemuan-pertemuannya dengan Magni. Cukup disayangkan karena tidak ada konflik yang membuat alur ceritanya naik; bahkan alasan Magni memutuskan hubungan dengan Rajesh pun tidak membawa emosi yang kuat. Selain itu, menurutku terlalu banyak hal tidak relevan yang ikut diceritakan di dalamnya - yang aku rasa sebenarnya bisa jadi peluang untuk mengembangkan hubungan antar-karakter lebih dalam lagi. Interaksi antara Rajesh-Lotus pun menurutku terlalu sedikit dalam cerita ini, hingga pada akhirnya aku merasa datar dan tidak merasakan simpati terhadap perasaan mereka. Hal yang sama juga aku rasakan pada kisah kedua yang berjudul Persimpangan; meskipun pada cerita yang ini banyak sekali interaksi yang terjadi antar dua-karakter utamanya, lagi-lagi konfliknya tidak mampu membuat perasaanku ikut menggebu-gebu.

Secara keseluruhan, meskipun aku tidak begitu puas dengan alur ceritanya, pembawaan ceritanya tetap mengalir dengan sangat baik - mungkin cocok bagi orang-orang yang sedang mencari bacaan sendu yang puitis dan romantis (dan juga bagi orang yang menyukai cerita dengan setting pegunungan). Aku merasa sedikit bersalah karena tidak dapat menikmati buku ini secara maksimal - karena sedang berada dalam masa penuh tekanan ujian :(( Rating 2.5 kuberikan karena aku mengapresiasi gaya penulisan kedua penulis yang indah dan puitis. Semoga di lain kesempatan aku bisa menikmati buku sejenis ini dengan lebih baik lagi :)

by.stefaniesugia♥ .

2 comments:

  1. Mungkin besok-besok bisa diulang baca Stef. Ehehe.
    Aku juga suka begitu kok.
    Selamat ujian Stef.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa, mudah2an klo ntar dbaca ulang kesanny beda xD

      Delete