BOOK review
Started on: 16.Oktober.2012
Finished on: 16.Oktober.2012
Started on: 16.Oktober.2012
Finished on: 16.Oktober.2012
Judul Buku : [un]affair
Penulis : Yudhi Herwibowo
Penerbit : Penerbit Buku Katta
Tebal : 172 Halaman
Tahun Terbit: 2012
Rating: 3/5
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Aku tahu ini tak salah. Aku hanya seorang manusia di antara bentangan perasaan. Terlalu kecil. Terlalu lemah. Jadi bagaimana bisa aku memilih, bila hati yang kemudian memutuskan? Bagaimana pula aku mengelak, bila otakku tak mau menuruti? Toh, untuk saat ini, aku kembali membela diri, aku hanya berpikir tentang kehadirannya di dekatku. Tak lebih dari itu."Seorang lelaki bernama Bajja. Sebuah kota yang sendu. Sebuah pertemuan singkat tanpa kata di palang pemberhentian kereta - di sanalah Bajja melihat sosok seorang perempuan yang menarik perhatiannya. Pertemuan singkat itu tentu saja dapat mudah terlupakan, karena keduanya sama sekali tak bertukar sapa. Tetapi apa daya jika takdir mempertemukan Bajja kembali dengan perempuan itu di kantornya. Perempuan itu bernama Arra; datang ke kantor percetakan tempat Bajja bekerja untuk membuat sebuah buku yang akan dijadikan hadiah untuk kekasihnya. Pertemuannya kembali dengan Arra, membuat Bajja tidak bisa lagi melupakan perempuan itu.
Bajja tak berharap banyak pada Arra, karena ia tahu perempuan itu sudah mempunyai pujaan hatinya sendiri. Akan tetapi, keduanya terus bertemu kembali. Awalnya di sebuah kafe; dan kali berikutnya, Arra datang saat hujan turun. Waktu itu tengah malam saat Arra datang ke rumahnya; tanpa penjelasan apa-apa duduk begitu saja di atas sofa usang di ruang tengah. Tak lama kemudian, Arra tertidur di atas sofa rumah Bajja; lelaki itu menatap wajah Arra yang tampak rapuh - meninggalkan banyak pertanyaan yang tak terucap dalam hati Bajja. Namun Bajja harus puas dengan pertemuan singkat itu, karena keesokan harinya Arra sudah hilang, lenyap - tanpa kabar. Saat Bajja sudah berusaha melupakan, perempuan itu selalu kembali datang di saat yang tak terduga dalam keadaan sedih; seolah menjadikan sofa Bajja dan lelaki itu, sebagai tempat pelarian hatinya.
"Aku tahu aku seharusnya memang begitu. Terlebih saat aku tahu ia membuatkan buku untuk kekasihnya! Tapi itu tentu tak mudah. Siapa yang bisa menahan hati untuk tak menemukan? Siapa yang bisa menahan hati untuk tak memilih? Karena kadang mereka bergerak sendiri tanpa kita menyadari!"Namun apa yang terjadi jika Arra akhirnya benar-benar pergi dan tidak kembali lagi? Bagaimana jika Bajja dihadapkan dengan pilihan lain - kekasih hatinya di masa lalu yang kembali lagi dalam kehidupannya?
Baca kisah selengkapnya di [un]affair.
image source: here. edited by me. |
Kesan pertamaku saat menyelesaikan buku ini adalah menyimpulkan bahwa ini adalah sebuah buku dengan cerita galau. Setiap kalimat yang dituliskan, karakternya, bahkan jalan ceritanya sendiri, semuanya menyiratkan kegalauan - bahkan berhasil membuatku ikut-ikutan galau saat membacanya. Tentu saja ini adalah pertama kalinya bagiku membaca karya Yudhi Herwibowo, dan aku cukup terkesan dengan gaya penulisannya yang sangat puitis dan benar-benar sendu; berhasil mendukung mood ceritanya yang juga mellow dan galau.
Sayangnya, entah mengapa aku kurang bisa begitu relate dengan alur ceritanya dan karakternya. Alur ceritanya dari awal datar; kemungkinan besar karena pembawaannya yang selalu sendu. Masalahnya sendiri hanya berkisar antara Bajja, Arra, dan Canta - perempuan dari masa lalu Bajja. Jujur saja, tidak ada konflik yang terlalu emosional terjadi. Karakter-karakter yang ada dalam cerita ini pun tidak begitu mencolok; semuanya adalah tokoh-tokoh biasa, yang mungkin akan sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Karakter Bajja akan selalu aku ingat sebagai cowok yang pikirannya rumit dan galau - mungkin tipikal pemikiran orang yang sedang jatuh cinta. Akan tetapi aku berhasil bertahan membaca kisah ini hingga akhir karena rasa penasaranku tentang apa yang akan terjadi pada kisah cinta Bajja.
Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, salah satu kelebihan buku ini adalah penulisan ceritanya dan gaya bahasanya yang mendayu-dayu sekaligus puitis. Ada beberapa bagian yang begitu puitis dan galau, membuatku termenung dan membaca kalimat tersebut berulang-ulang. Kisah ini bahkan menggunakan kata 'engkau' dalam sebuah percakapan - yang sejujurnya adalah sesuatu yang baru pertama kali aku temui. Meskipun begitu, penggunaan tersebut tidak terasa terlalu aneh karena sepanjang cerita mood-nya memang sesuai.
Overall, meskipun aku kurang merasa begitu terikat dengan jalannya cerita buku ini, aku tetap bisa menikmatinya dengan sangat baik - bahkan menghabiskannya dalam jangka waktu kurang dari satu hari. :) *In the end, terima kasih untuk Oky yang telah berbaik hati meminjamkan buku ini untukku ^^ Quote favoritku dari buku ini sebagai penutup:
Sayangnya, entah mengapa aku kurang bisa begitu relate dengan alur ceritanya dan karakternya. Alur ceritanya dari awal datar; kemungkinan besar karena pembawaannya yang selalu sendu. Masalahnya sendiri hanya berkisar antara Bajja, Arra, dan Canta - perempuan dari masa lalu Bajja. Jujur saja, tidak ada konflik yang terlalu emosional terjadi. Karakter-karakter yang ada dalam cerita ini pun tidak begitu mencolok; semuanya adalah tokoh-tokoh biasa, yang mungkin akan sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Karakter Bajja akan selalu aku ingat sebagai cowok yang pikirannya rumit dan galau - mungkin tipikal pemikiran orang yang sedang jatuh cinta. Akan tetapi aku berhasil bertahan membaca kisah ini hingga akhir karena rasa penasaranku tentang apa yang akan terjadi pada kisah cinta Bajja.
Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, salah satu kelebihan buku ini adalah penulisan ceritanya dan gaya bahasanya yang mendayu-dayu sekaligus puitis. Ada beberapa bagian yang begitu puitis dan galau, membuatku termenung dan membaca kalimat tersebut berulang-ulang. Kisah ini bahkan menggunakan kata 'engkau' dalam sebuah percakapan - yang sejujurnya adalah sesuatu yang baru pertama kali aku temui. Meskipun begitu, penggunaan tersebut tidak terasa terlalu aneh karena sepanjang cerita mood-nya memang sesuai.
Overall, meskipun aku kurang merasa begitu terikat dengan jalannya cerita buku ini, aku tetap bisa menikmatinya dengan sangat baik - bahkan menghabiskannya dalam jangka waktu kurang dari satu hari. :) *In the end, terima kasih untuk Oky yang telah berbaik hati meminjamkan buku ini untukku ^^ Quote favoritku dari buku ini sebagai penutup:
"Musik mungkin universal, tapi kisah di balik lagu itulah yang membuatnya semakin diterima. Itu artinya sebuah kejadian seperti dalam lagu itu ternyata terjadi pula di tempat-tempat lain. Jadi seseorang seharusnya tak perlu terlalu sedih akan sesuatu, karena di tempat lain pun, ada orang yang bersedih karena hal yang sama."
covernya juga sendu :))
ReplyDeleteaku suka ending quotes'a
ReplyDeletekarna setiap orang lg berjuang dgn rintangan hidup'a masing2 jadi ketika kita mengalamin kesulitan dan kesedihan tak hanya kita seorang saja, melainkan ada orang lain yg juga sedang mengalaminya di belahan bumi lain....
hahaha sofanya keren *salah fokus*
ReplyDeletesetuju, buku ini emang sendu, suasanya gimana gitu :)
Haha.. aku bacanya pelan2 Stef. Jadi lamaaaaa bgt kerasa galaunya.
ReplyDelete@HyeSung: yup, itu juga quote favoritku dari buku ini :D
ReplyDelete@Peri Hutan: hihihih xD iyaa sendu dan galau abis xD
@Oky: aku malah cepet nih bacanya, drpd kelamaan galau :p
tengkyuu stefanie.
ReplyDeleteijin share yaa... :)
samaa2 ^^ silahkan ;))
Delete