BOOK review
Started on: 19.Juli.2012
Finished on: 21.Juli.2012
Negeri Para Bedebah by Tere Liye
Judul Buku : Negeri Para Bedebah
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 440 Halaman
Tahun Terbit: 2012
Harga: Rp 54,000 (http://tbodelisa.blogspot.com/)
Rating: 5/5
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Baru beberapa hari lalu aku ceramah panjang lebar tentang sistem keuangan dunia yang jahat dan merusak, tapi sekarang aku melarikan seorang tersangka kejahatan keuangan. Baru beberapa menit yang lalu aku masih terdaftar sebagai warga negara yang baik, bertingkah baik-baik dan selalu taat membayar pajak, tapi sekarang aku menjadi otak pelarian buronan besar."
Thomas, lulusan terbaik sekolah bisnis dan adalah seorang konsultan keuangan profesional. Jadwalnya yang amat padat dipenuhi dengan konferensi, wawancara, dan lain sebagainya. Setelah kembali ke Jakarta dari London, Thomas masih tidak dapat beristirahat dengan tenang karena sebuah telepon yang datang pada pukul satu dini hari. Dengan kesal ia menerima telepon tersebut, dan ia tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa telepon tersebut datang dari seseorang yang amat dibencinya, Om Liem. Lewat telepon itulah Om Liem mengabarkan bahwa rumahnya dikepung oleh serombongan polisi. Orang kepercayaan Om Liem yang bernama Ram-lah yang datang menjemput Thomas saat itu juga, memberitahukan segala duduk permasalahannya; bahwa Bank Semesta milik Om Liem tidak bisa menutup kliring antarbank. Hal tersebut menyebabkan saham Bank Semesta dihentikan perdagangannya, membuat para nasabah panik, situasi yang dipengaruhi informasi negatif pun menjadi semakin rumit. Dan jika Bank Semesta tidak terselamatkan, seluruh kekayaan keluarga Om Liem habis. Inilah awal mula misi Thomas dalam menyelamatkan Bank Semesta, keluarganya, sekaligus membalaskan dendam yang sudah ia impikan selama bertahun-tahun.
Meskipun ia mempunyai hubungan yang kurang baik dengan Om Liem disebabkan oleh kenangan masa lalu yang kelam, Thomas tidak setengah-setengah dalam membantu Om Liem melarikan diri dari para polisi. Pelarian pertama mereka berhasil dilakukan dengan sempurna berkat ide Thomas yang walaupun terdengar sedikit nekat dan tidak mungkin. Setelah berhasil mengecoh polisi untuk sementara waktu, Thomas membawa Om Liem ke rumah peristirahatan Opa-nya. Perlahan-lahan, masa lalu Thomas dan keluarganya dibuka; apa yang dilakukan Om Liem di masa lalu bersama Ayah Thomas, dan mengapa Thomas membenci Om Liem, sekaligus dendam yang telah bercokol di dalam hatinya - kepada dua orang yang terlibat dalam penyelidikan kasus Bank Semesta. Tanpa menghabiskan banyak waktu pula, Thomas berusaha keras memutar otaknya memikirkan segala cara untuk menyelamatkan Bank Semesta; karena saat ini waktunya bukan menit lagi, melainkan detik.
"Waktu itu umurku sepuluh tahun. Opa masih asyik belajar meniup klarinet di beranda rumah. Papa Edward dan Om Liem sibuk dengan bisnisnya. Mama dan Tante Liem sibuk mengurus keluarga. Konspirasi besar, tamak, dan bengis itu datang menghancurkan keluarga kami."
"Kau tahu, Julia. Sejak hari itu aku membenci Om Liem. Aku membencinya dua puluh tahun lebih. Bahkan satu hari lalu aku tetap tidak peduli padanya.... Tetapi tadi malam, saat orang kepercayaan Om Liem menjemputku di hotel, pukul dua dini hari, di dalam mobil Ram menyebutkan nama petinggi kepolisian dan pejabat kejaksaan yang menyidik kasus Bank Semesta. Aku mengenali nama itu. Nama kedua bedebah itu. Kau pernah bertanya padaku, apakah aku anak muda yang pintar, kaya, punya kekuasaan dengan kepribadian ganda? Penuh paradoks? Kau keliru, Julia. Aku adalah anak muda yang dibakar dendam masa lalu. Aku selalu menunggu kesempatan ini...
Aku bukan lagi anak kecil enam tahun yang berlari-lari mengantar susu. Akulah bedebah paling besar dalam cerita ini."
Dengan bantuan beberapa orang yang dipercayanya, Thomas merencanakan banyak hal, bahkan tidak jarang ia harus menggunakan cara licik untuk melancarkan jalannya. Namun tidak jarang pula Thomas tertangkap, terjebak dalam situasi yang kurang menguntungkan. Ia hanya punya waktu tidak lebih dari 40 jam untuk melakukan semua yang ia bisa demi menyelamatkan Bank Semesta. Akan tetapi dengan segala yang ia lakukan, Thomas tidak menyadari bahwa ada seorang pengkhianat di antara mereka; yang selama ini mengikuti setiap langkahnya secara tersembunyi. Inilah negeri di mana ada begitu banyak orang kejam, para pengkhianat. Inilah negeri para bedebah.
"Ayolah, siapa yang bukan pengkhianat di sini! Kabar baiknya, kalian sudah terbiasa dengan situasi ini, bukan? Pengkhianatan? Kabar buruknya, kalian dalam posisi dikhianati sekarang. Nah, tidak ada sakit hati, Teman. Tidak ada dendam. Semua hanya soal uang."
Jujur saja, aku memesan buku ini atas dasar kepercayaanku terhadap Tere-Liye dan karya-karyanya. Setelah membaca cukup banyak buku yang ditulisnya, aku tidak pernah ragu untuk membeli buku terbarunya, meskipun aku belum mencari tahu tentang apakah buku itu dan apa yang tertulis di belakang buku. Aku sangat bersemangat saat mendengar bahwa akan ada buku barunya yang terbit, terlebih lagi judulnya yang sedikit 'keras' itu menimbulkan rasa penasaran yang amat besar dalam diriku. Desain sampulnya pun semakin membuatku bertanya-tanya, sebenarnya apakah yang akan dituliskan dalam buku ini. Oleh karena itu, setelah buku ini sampai di tanganku, tanpa memedulikan timbunan buku yang lain, aku segera membuka dan membaca buku ini. Sebelum aku melanjutkan, aku harus mengakui bahwa aku bukanlah seseorang yang terlalu mengerti tentang perekonomian dunia, keuangan, dan lain sebagainya. Dan saat aku membaca beberapa halaman pertama, aku mulai bertanya-tanya "apakah aku tidak akan cocok membaca buku ini?", karena sang karakter utama belum-belum sudah membicarakan banyak hal tentang perekonomian, perbankan, pasar uang, komoditas, dan lain sebagainya. Untungnya pemikiranku di awal itu salah, karena memang Tere-Liye adalah pengarang yang tidak pernah mengecewakanku :)
Ringkasan cerita di atas jujur saja tidak menceritakan banyak, karena seperti yang biasa aku katakan bahwa aku sebisa mungkin selalu menghindari spoiler dalam review yang aku tulis. Ada banyak hal yang mengejutkan dalam buku ini - seperti masa lalu Thomas yang berkaitan dengan permasalahan utama yang ada, akan tetapi ada juga beberapa hal yang cukup bisa ditebak. Untuk mempersingkat dan mempermudah review ini, aku akan membuat list apa saja yang aku sukai dari buku ini dan mengapa buku ini mendapatkan rating 5 dariku:
1. Alur cerita/plot:
Beberapa kali aku menyebutkan di review-review yang aku tulis bahwa aku adalah pecinta konflik dalam cerita fiksi; dan cerita ini menyajikan sebuah cerita yang penuh dengan konflik, aksi, konspirasi, sekaligus berbagai macam intrik yang membuat kisahnya rumit sekaligus menarik. Dari awal hingga akhir perasaanku dibuat menggebu-gebu dan tegang, seolah akulah yang sedang melarikan seorang buronan besar. Buku ini juga membuatku seperti sedang menonton sebuah film aksi, saat pemeran utamanya terus-menerus dikejar, terkadang tertangkap, namun dengan cerdik - sekaligus licik - dapat lolos dari genggaman lawan. Sebagai selingan dari alur yang menegangkan, terkadang diselipkan kenangan-kenangan Thomas bersama Opa-nya yang telah mengajarkannya banyak hal selama bertahun-tahun; pelajaran-pelajaran yang menjadi bekalnya dalam menghadapi berbagai macam situasi.
2. Karakter:
Tere-Liye tidak pernah mengecewakanku dengan karakter-karakter yang ia ciptakan; dan karakter utama di buku ini (Thomas) pun adalah karakter yang sangat kuat dengan latar belakang masa lalu yang dalam. Tidak cukup sekali aku terpana dengan pemikiran Thomas dan juga caranya menghadapi sebuah situasi dengan sangat cekatan. Ia juga mengetahui cara terbaik untuk menghadapi setiap individu dan mempengaruhi orang-orang tersebut sesuai dengan keinginannya. Menurutku, meskipun Thomas adalah karakter yang licik dan penuh dengan akal bulus, ia adalah seseorang yang sangat cerdas dan penuh dengan wibawa.
Selain karakter Thomas, dalam buku ini juga terdapat banyak karakter sampingan yang lain seperti Julia (seorang wartawan), Maggie (staf kepercayaan Thomas), Opa, Om Liem, Kadek, dan beberapa teman Thomas yang lain. Aku sangat senang dengan fakta bahwa tidak ada satupun karakter yang disia-siakan dalam cerita ini; semuanya memperoleh porsi dan peran mereka masing-masing. Jujur saja sangat sulit bagiku untuk memilih karakter favoritku dalam buku ini karena aku menyukai hampir semua karakter protagonisnya (dan tentu saja sangat sebal dengan karakter antagonisnya); tetapi jika harus memilih satu, tentu saja aku akan memilih karakter yang paling kuat dan paling disorot cerita ini: Thomas :)
"Opa lulus sekolah rakyat pun tidak. Semuanya dipelajari sendiri. Dicoba, gagal. Dicoba, gagal lagi. Terus saja kaulakukan. Lama-lama kau tahu sendiri bagaimana seharusnya trik terbaik dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Itu sekolah terbaik. Apa kata bijak itu? Pengalaman adalah guru terbaik."
3. Hal baru untuk dipelajari:
Sebagai seseorang yang kurang memperhatikan perekonomian dan segala seluk-beluknya, aku memperoleh banyak pengetahuan baru. Selain itu, buku ini sedikit-banyak membuka pikiranku terhadap dunia yang kita hadapi di jaman sekarang ini. Seiring berjalannya waktu, dunia memang menjadi semakin jahat. Semua orang membutuhkan uang, dan uang bisa menjadi sebuah alasan yang sangat kuat - yang terkadang memicu seseorang untuk berbuat apa saja demi meraihnya. Dalam buku ini, banyak orang yang rela melakukan banyak hal kejam, bahkan membunuh sekalipun, agar bisa memperoleh kekayaan dan kekuasaan dalam genggamannya. Demikian pula aku belajar, bahwa orang terdekat dan yang kita percayai sekalipun bisa dengan mudah berkhianat dan menusuk dari belakang. Selain itu, masih banyak hal lain yang bisa dipelajari dari buku ini lewat hal-hal kecil; ada baiknya jika dinikmati sendiri :)
"Urusan ini sama saja, di pinggiran pasar induk yang becek dan bau, maupun di ruangan dengan lantai keramik mahal dan bergorden beludru. Baik para pedagang buah dan sayur yang meributkan kembalian maupun nasabah kelas kakap dengan tabungan miliaran, semua orang bertingkah sama, melupakan kesabaran jika urusannya tentang uang."
4. Ending: *no spoiler*
Aku tentu saja tidak akan menceritakan ending-nya, tetapi aku akan menceritakan perasaanku saat membaca akhir dari kisah ini. Bagiku, sebenarnya ending buku ini sedikit menggantung; membuatku berharap akan masih ada lembaran-lembaran selanjutnya. Meskipun permasalahannya bisa dianggap sudah mencapai penyelesaian, tetapi ada satu hal lagi yang masih belum terselesaikan; dan aku rasa Tere-Liye membiarkan para pembaca berimajinasi sendiri untuk bagian tersebut. Well, tetapi ending-nya tetaplah sangat memuaskan untukku, membuatku ikut tersenyum licik dengan langkah terakhir Thomas.
Secara keseluruhan, buku ini memberiku sebuah pengalaman dan pengetahuan yang baru lewat cerita yang menegangkan sekaligus menyenangkan. Maaf kalau review ini jadi panjang sekali, karena aku cenderung membicarakan banyak hal tentang buku yang berhasil membuatku sangat puas saat menyelesaikannya. Terima kasih untuk Bang Tere atas karyanya yang luar biasa kali ini; aku akan selalu menanti-nantikan karya selanjutnya :)
Tadinya saya males beli karena judulnya nggak enak, bedebah gitu loh. Tapi, setelah baca resensi ini jadi penasaran...
ReplyDeletebaru sekali baca bukunya tere liye dan lumayan suka, penasaran buku ini karena judul dan covernya, sepertinya syarat makna :)
ReplyDeleteStefanie, sy baca resensimu ini juga ikut2an ngos2an, ikutan tegang :) Padahal dulu waktu nulis naskah itu sebenarnya santai sekali loh, karena dijadikan cerbung gratis di facebook, ada 48 episode, butuh 2 bulanan baru selesai diposting satu persatu, sehari satu, kadang libur.
ReplyDeleteThx ya sudah menulis resensinya. Endingnya memang demikian, karena pembalasan pd Tuan Shinpei itu boleh jd membutuhkan 1 buku tersendiri :)
Wah, saya belum punya yang inbi. Dulu di fanpage bacanya juga ga penuh. Mesti beli nih....(timbunan boleh nunggu).
ReplyDeleteKeren resensinya mbak,
jadi makin penasaran sama endingnya, di cerbung fb ngga sampe selese soalnya.
ReplyDeletedan aku semakin ketagihan baca review2 mu, Stef! bahasanya cerdas, jujur, komplit,tanpa ada yang dilebih-lebihkan :)
ReplyDeleteBtw, waktu itu aku pernah baca sedikit kumpulan cerpennya Tere Liye yg "Berjuta Rasanya". Ceritanya lucu-lucu sekaligus 'nampar', ya! :D
wah.. penasaran, wajib dibeli ini :D
ReplyDelete@Millati & Peri Hutan & Susy@: ayoo dibaca yang inii :D
ReplyDelete@darwis tere liye: sama2 Bang Teree :D ditunggu buku selanjutnya ;)
@si bugot: makasiih :)))
@Stefanie Febrina: makasih banyak yaa :)) yup, Berjuta Rasanya emg keren2 ceritanya :)
@Liezniez_cut: segera dibeli! ;)
nice resensi, sy juga ud baca, wah menarik nih klo tuan shinpei ini dibuat buku sendiri :D
ReplyDeleteI love this book! So much! :-)
ReplyDeleteaku baru aja beli buku ini. baru baca awal2 lgsung suka:D tokoh konsultan keuangan Indonesia yg terkenal di dunia Internasional.
ReplyDeleteCool:) good luck 4 tere liye! n for u all.:D
Resensinya keren. meskipun tidak setebal buku aslinya, membaca resensi ini seperti diserempet sama buku setebal 440 halaman.. Stefanie Sugia keren..
ReplyDeletegood novel,,,
ReplyDelete(y)
Dari judulnya sarat akan makna yg mungkin saja terjadi di jaman saat ini
ReplyDelete