Saturday, May 5, 2012

Book Review: 23 Episentrum by Adenita

.
BOOK review
Started on: 3.Mei.2012
Finished on: 4.Mei.2012

23 Episentrum by Adenita

Judul Buku : 23 Episentrum
Penulis : Adenita
Penerbit : Grasindo
Tebal : 504 Halaman
Tahun Terbit: 2012
Harga: Rp 70,000 (http://www.bookoopedia.com)

Rating: 3/5

23 Episentrum terdiri dari dua buku; buku pertama adalah sebuah kisah fiksi tentang beberapa karakter yang dalam perjalanan mencapai dan meraih impian mereka masing-masing. Sedangkan buku yang kedua berjudul Suplemen 23 Episentrum adalah kisah-kisah non-fiksi tentang orang-orang di sekitar penulis.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Matari Anas.
Seorang Sarjana Komunikasi Universitas Panaitan, yang merasa terlambat memulai kariernya. Cita-citanya menjadi news anchor. Membaca berita dengan setelan blazer yang elegan, memberikan informasi pada dunia. Ia diterima sebagai reporter, bukan news anchor sebagaimana impiannya. Dua minggu setelah wisuda, ia memasuki dunia kerja yang sesungguhnya di Jakarta dan bergabung bersama para sarjana lainnya. Sementara para wisudawan baru masih sibuk berleha, Tari sudah berjibaku dengan pekerjaan. Bukan semata ia rajin, tapi karena butuh; butuh menghasilkan uang secepatnya agar bisa segera menghidupi dirinya dan juga membayar biaya kuliahnya yang masih meninggalkan utang. Utang atas nama sebuah impian menjadi seorang sarjana.
Awan Angkasa. 
Seorang Treasury Finance di Bank Madani dengan prestasi kerja tidak terlalu membanggakan. Jangan tanya padanya apa tujuan dirinya bekerja di sini. Bagi Awan, pekerjaannya saat ini dilakoninya karena seorang Awan ingin menggugurkan kewajibannya sebagai seorang lulusan perguruan tinggi ternama yang harus cepat bekerja. Ibunyalah yang meminta Awan untuk mengikuti jejak almarhum ayahnya sebagai seorang bankir. Dan sekarang, Awan menyesal telah menuruti kehendak ibunya begitu saja tanpa mampu berargumen. Pasrah pada keadaan atas nama tanggung jawab dan harapan kesuksesan yang entah harapan siapa. Tak banyak yang tahu, di balik keseriusan Awan, ia menyimpan sebuat hobi yang selalu membuatnya semangat. 
Prama Putra Sastrosubroto. 
Seorang sarjana Teknik Perminyakan yang lulus tepat waktu dan langsung dilamar oleh perusahaan minyak Prancis, T&T, sebagai Reservoir Engineering dan berstatus International Mobile Employee. Status yang membuatnya harus siap berkelana ke berbagai belahan benua sesuai dengan proyek pengeboran ladang minyak. Disekolahkan S-2 ke Prancis oleh perusahaan. Gaji awal 4.500 dolar per bulan dengan fasilitas kerja premium-kini sudah naik 20 persen. Tapi sekarang, semua pencapaian itu tidak serta-merta membuatnya bahagia. Refleksi kariernya memang bukan pada uang, tapi pada ketenangan serta kebahagiaan hati. Sudah 3 tahun kebahagiaan itu belum datang dalam wujud yang diinginkannya.

23 Episentrum mengisahkan perjalanan cerita beberapa orang dalam mencapai mimpi dan harapan mereka masing-masing. Dalam pencapaian mimpi itu, setiap dari mereka dihadapkan pada berbagai dilema dan kesulitan. Tujuan hidup seorang Matari dalam bekerja bukan sekadar untuk mencapai cita-citanya sebagai news anchor, akan tetapi ia bekerja keras agar segera memperoleh uang untuk membayar kembali hutang yang sudah membuatnya menjadi seorang sarjana. Dan ketika Matari mendapatkan tawaran pekerjaan yang lain, yang menjanjikan gaji jauh lebih besar, akankah Matari mengambilnya? Apakah Matari dapat begitu saja melepas impiannya menjadi seorang news anchor?

"Keadaan panik kadang membuat orang berpikir tentang jalan pintas. Jalan pintas yang menyesatkan. Utang ini sudah membawanya kerap berpikir di jalan yang aneh, apalagi jika ia sudah mendapat tagihan. Antara malu, keinginan yang besar untuk membayar, dan kemampuan yang rendah untuk itu, membuat sebuah kerumitan tersendiri dalam otaknya."

Awan, sahabat baik Matari, juga mengalami dilema kehidupannya sendiri. Sebagai seorang yang mengerti dengan baik tentang masalah keuangan, Awan membantu Matari mengatur keuangan dan rencana pembayaran hutang sahabatnya itu. Namun selama menjadi seorang bankir, Awan sama sekali tidak memperoleh kepuasan apapun, karena passion-nya bukanlah disitu. Ia memiliki hobi yang secara sembunyi-sembunyi amat ia cintai, sesuatu yang bisa membuatnya begitu bahagia. Awan benar-benar ingin melepas kariernya sebagai seorang bankir dan mulai meraih impiannya yang sesungguhnya. Namun bagaimana jika ia tidak mendapat restu dari ibu-nya? Bagaimana ia harus menafkahi Ibu dan Adiknya, saat Ayahnya sudah tidak lagi ada?

Dan sebaliknya, seorang Prama, yang sudah menjadi orang sukses dalam kariernya, berpenghasilan cukup - bahkan berlebih - malah merasa hidupnya semakin terasa hampa. Ia menyadari kenyataan bahwa memiliki uang yang banyak tidak seketika memberinya kebahagiaan yang diharapkannya selama ini. Prama merasa ada yang kurang dalam kehidupannya, sesuatu yang kosong yang meminta untuk diisi. Oleh karena itulah, Prama melakukan perjalanan hati, dimana ia bertemu dengan berbagai macam orang yang membuka mata hatinya. Membuatnya menyadari apa yang ia perlukan dan hal apa yang ingin ia lakukan.

Sebuah benang merah mempertemukan ketiganya, menuntun pada takdir yang sudah menjadi jalan kehidupan mereka. Bagaimanakah akhir perjalanan Matari, Awan, dan Prama?

Baca kisah selengkapnya di 23 Episentrum.

"Orang lain menganggap hidupnya serba sempurna. Entah sempurna bagian mananya? Pekerjaan dan materi ini ternyata tidak mendatangkan kebahagiaan. Baginya, ini adalah kebahagiaan semu."


Membaca buku ini membuatku sedikit bingung harus memberikan rating berapa. Di satu sisi, aku sangat menyukai pelajaran hidup yang disampaikan lewat kisah Matari ini; apalagi banyak quote-quote yang patut diresapi maknanya dengan baik. Akan tetapi, di sisi lain aku juga merasa sedikit kecewa karena ternyata buku ini tidak seperti yang aku bayangkan; mungkin karena aku sudah punya ekspektasi yang terlalu tinggi semenjak baca beberapa review di goodreads yang memberikan rating yang baik sekali pada buku ini. Salah satu hal yang menyebabkan kekecewaan itu adalah beberapa karakter yang diperkenalkan pada awal buku malah tidak mendapat porsi yang aku harapkan. Aku kira setiap karakter yang diperkenalkan dalam buku ini akan ditelusuri dengan baik, tetapi sayang sekali ternyata hanya fokus pada Matari, Awan, dan Prama. Selain itu, plot/alur ceritanya juga kurang greget untuk seleraku. Padahal melihat kondisi yang dihadapi Matari, banyak konflik yang rumit sekaligus emosional bisa muncul; tetapi ternyata perjalanan Matari terasa mulus-mulus saja, sehingga aku sedikit sulit bersimpati pada karakter ini.

Meskipun dengan kekecewaan yang sudah aku sebutkan, aku tetap memberi buku 23 Episentrum ini rating 3, karena ceritanya yang penuh dengan pelajaran sekaligus memotivasi pembaca untuk meraih impian yang mereka cita-citakan. Aku rasa buku ini dapat memotivasi banyak orang, terutama para dewasa muda yang sedang memasuki dunia pekerjaan dan sedang mulai membangun karier masing-masing. Kisah 23 Episentrum ini mendorong kita untuk mencapai apa yang kita benar-benar inginkan, meraih apa yang menjadi cita-cita kita.

"Bagi Tari, risiko atas sebuah pilihan untuk bergerak jauh lebih terhormat daripada risiko atas pilihan berdiam diri dan menyerah pada keadaan. Dan, Tari menyadari penuh hal itu."

Sedangkan buku Suplemen 23 Episentrum berisi kisah-kisah singkat tentang 23 orang dengan profesi yang berbeda-beda, dalam perjalanan mereka meraih impian dan cita-cita. Mereka adalah bukti-bukti nyata bahwa impian itu bisa tercapai apabila kita melakukannya dengan kesungguhan hati. Bagi yang suka membaca kisah-kisah inspiratif yang nyata, mungkin buku Suplemen ini akan terasa lebih memotivasi. Terlebih lagi karena setiap cerita menyuguhkan kisah dari profesi yang berbeda-beda; seperti guru, dosen, fotografer, blogger, gamers, pilot, dan lain sebagainya. Lewat cerita-cerita pendek tentang kehidupan mereka, aku melihat bahwa dari hal kecil yang bermula dari kesukaan maupun hobi, bisa berkembang menjadi sesuatu yang luar biasa bahkan berguna untuk orang lain.

"Rasa takut menggoyahkan hati, tapi hanya sebuah langkah keberanian yang akan terus melaju melewati hari. Langkah yang percaya bahwa ia berjalan dengan suara hatinya."
"Nolong orang ketika kita lagi mampu, itu bagus. Tapi menolong orang ketika kita lagi susah, itu juara! Ketika lo mampu meringankan beban orang lain, maka sebuah jalan kemudahan akan terbuka lebar buat niat kita. Susah yang lo rasakan bisa jadi mudah. Jalan terang tiba-tiba bisa muncul."

Dan aku tidak akan lupa untuk memberi pujian pada judulnya yang luar biasa. Hal pertama yang membuatku tertarik untuk membeli buku ini adalah judulnya: 23 Episentrum; meskipun sama sekali tidak tahu apa artinya episentrum, tapi judulnya terdengar sangat catchy. Bagi yang sepertiku, tidak tahu apa arti episentrum, di awal buku ini dicantumkan artinya.

epi.sen.trum / épisentrum /   
titik pada permukaan bumi yang terletak tegak lurus di atas pusat gempa yang ada di dalam bumi.

Overall, meskipun aku tidak sepuas yang aku harapkan, aku rasa buku ini mempunyai tujuan yang sangat baik yang ingin disampaikan kepada banyak orang.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 
 // Lomba Estafet Review Buku //
Buku ini dapat kamu peroleh di Toko Buku Online Bookoopedia.com | FB bookoopedia | Twitter @bookoopedia
http://www.bookoopedia.com/id/book/id-59877/23-episentrum.html
So, selanjutnya aku menyerahkan tongkat estafet ini kepada temanku, di blognya:
Ayo tulis review di blogmu, siapa tau ntar kamu yang menang lho! http://www.bookoopedia.com/id/berita/id-88/lomba-estafet-review-buku.html









by.stefaniesugia♥ .

3 comments:

  1. kenapa disebut 23 episentrum?
    hoho..

    lam kenal,
    www.aniamaharani.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha itu dia rahasianya :p
      salam kenal juga y :))

      Delete
  2. weh, ikutan nimbrung dong Adenita lover :D
    kereen semua deh..

    ReplyDelete