Saturday, April 28, 2012

Book Review: Rembulan Tenggelam di Wajahmu by Tere-Liye

.
BOOK review
Started on: 23.April.2012
Finished on: 27.April.2012


 Rembulan Tenggelam di Wajahmu by Tere-Liye
 
Judul Buku : Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Penulis : Tere-Liye
Penerbit : Penerbit Republika
Tebal : 426 Halaman
Tahun Terbit: 2011
Harga: Rp 48,000 (http://tbodelisa.blogspot.com/)
 
*klik "Read Full Post and Continue Reading »" untuk membaca review lengkap"
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



"Sama seperti dulu, meski hatinya marah, meski hatinya mengutuk langit berkali-kali, Ray tetap terpesona menatap rembulan di langit. Merasa damai dengan sepotong ciptaan Tuhan yang seolah-olah digantungkan begitu saja itu. Malam-malam sepi di selasar atap tampias Panti... Malam-malam sendiri di atap genting Rumah Singgah. Malam-malam senyap di atas tower air. Di lantai 18 konstruksi gedung. Malam-malam itu meski amat bencinya dia dengan keputusan Tuhan, amat marahnya dengan segala takdir, sepotong rembulan di atas selalu membuatnya berterima-kasih. 

Mungkin itu gunanya Tuhan menciptakan rembulan terlihat indah dari bumi. Menjadi penghiburan bagi hati yang resah menatapnya."


Kisah ini adalah tentang perjalanan mengenang masa lalu seorang lelaki bernama Rehan Raujana; atau yang akan lebih sering disebut dan dikenal sebagai Ray. Lelaki itu kini adalah seorang pasien berusia 60 tahun. Ia tidak sadarkan diri selama 6 bulan, dan ketika ia membuka matanya, ia tidak berada di rumah sakit tempat ia seharusnya berada. Pasien itu berdiri di tengah keramaian terminal. Tempat yang amat sangat dikenalnya puluhan tahun lalu ketika ia masih berusia belasan. Di tempat itulah ia memulai perjalan Mengenang Masa Lalu itu.
"Yang perlu kau tahu adalah kau sangat beruntung, Ray. Amat beruntung. Tahukah kau? Semua orang selalu diberi kesempatan untuk kembali. Sebelum maut menjemput, sebelum semuanya benar-benar terlambat. Setiap manusia diberikan kesempatan mendapatkan penjelasan atas berbagai pertanyaan yang mengganjal hidupnya... Kau akan mendapatkan penjelasan melalui perjalanan yang hebat ini."
Dalam perjalanan mengenang masa lalu itu, Ray ditemani oleh seorang dengan wajah menyenangkan yang akan menjelaskan semuanya; dan menjawab 5 pertanyaan yang selalu dipertanyakan oleh Ray sepanjang hidupnya. Pertanyaan pertamanya dimulai dari tempat ia memulai kehidupannya yang penuh derita dan siksaan. Tempat yang amat dibenci oleh Ray selama bertahun-tahun, yang membentuknya menjadi sosok anak remaja yang membangkang dan memberontak: Panti Asuhan, atau yang lebih sering Ray sebut sebagai Panti Sialan itu. Yang membuat Ray semakin membenci tempat itu adalah, Penjaga Panti yang di matanya sangat sok-suci. Tidak hanya sekali Ray menjadi sasaran bilah rotan yang menyakitkan dari Penjaga Panti itu, dan hati Ray semakin pahit terhadap Panti itu.

"Bagaimana mungkin dia harus tinggal belasan tahun di Panti tak berguna itu. Belasan tahun teraniaya oleh penjaga Panti sok-suci itu. Ada puluhan tempat penampungan anak-anak terlantar di kota ini, mengapa dia justru harus diantarkan ke Panti sialan itu? 
Mengapa?"

Kenangan-kenangan pahit masa remaja Ray terlalui, pertanyaan pertamanya dijawab oleh orang dengan wajah menyenangkan itu. Membuat Ray terlalu kaget, bahkan tidak percaya kata-kata orang itu tentang Penjaga Panti yang sama sekali tidak ia ketahui. Kehidupan Ray kemudian berlanjut di ibukota, ia tinggal di Rumah Singgah - dimana akhirnya Ray merasa mempunyai keluarga. Di tempat itulah, akhirnya Ray dapat mencicipi pendidikan yang selama ini tidak ia dapatkan saat tinggal di Panti. Ray mengenal banyak anak-anak lain yang ia anggap saudaranya. Namun apa daya, sifat Ray yang solider dalam persahabatan ternyata malah menimbulkan banyak masalah; yang kemudian merenggut impian-impian saudaranya. Waktu itu, Ray selalu mempertanyakan "Apakah hidup ini adil?"; mengapa jalan-jalan orang jahat selalu mulus sedangkan tidak demikian bagi orang-orang baik?

"Ray, hampir semua manusia pernah mengeluarkan pertanyaan tersebut. Apakah hidup ini adil? Dari jaman batu hingga entah ke mana peradaban mansuia akan dibawa. Muda-tua, laki-perempuan, kaya-miskin, sehat-sakit, raja-pelayan, panglima-pesuruh, tidak mengenal ras, suku, agama, tidak mengenal batas-batas. Mereka pasti pernah bertanya, setidaknya sekali sepanjang hidup."

Dan perjalanan itu terus berlanjut, hingga takdir kehidupan Ray berubah semenjak iya menjadi buruh kasar di sebuah konstruksi bangunan. Kehidupannya berubah semenjak ia bertemu dengan gadis itu di gerbong kereta. Akan tetapi mengapa nasib buruk tidak pernah meninggalkannya? Setiap potong kehidupannya membuat banyak pertanyaan timbul dalam hati Ray. Mengapa takdir yang menyakitkan itu harus terjadi? Mengapa hidupnya tetap terasa hampa bahkan ketika ia sudah memiliki semuanya?

Setiap pertanyaan dalam hidup Ray akan terjawab, lewat potongan-potongan kehidupannya yang akan dijelaskan. Membuat mata Ray terbuka akan kehidupannya selama ini. Dan yang terpenting, membuat hatinya terbuka untuk menerima segala yang telah terjadi.

"Sekarang saat semua yang diinginkannya sudah dimiliki, dia tetap merasa sendiri. Berdiri sendirian di lantai tertinggi gedung miliknya.
Hidup ini benar-benar lelucon yang hebat."

Baca kisah lengkapnya di Rembulan Tenggelam di Wajahmu.


WOW. Setelah menutup buku ini, aku sedikit bingung akan menulis apa di review  ini; karena ada begitu banyak hal yang ingin aku tuliskan untuk mengungkapkan betapa berkesannya buku ini untukku. Aku memutuskan untuk tidak membahas keseluruhan plot cerita karena tidak ingin spoiler bagi yang belum baca; sebenarnya plot nya jauh lebih rumit daripada itu. Dan awalnya, buku ini sedikit mengingatkanku pada buku Mitch Albom yang berjudul The Five People You Meet in Heaven; tetapi buku ini tentu saja sangat berbeda. Harus kuakui, dan mungkin ini semacam peringatan bagi yang tertarik untuk membaca, buku ini membuatku sangat lelah secara emosional. Tentu saja ini bukan hal negatif, malah sebaliknya, aku sangat menyukai tulisan-tulisan yang berhasil memutar-balikkan perasaanku secara luar biasa.

Membaca buku ini terasa seperti melalui sebuah perjalanan yang panjang. Membaca kisah Rehan/Ray membuatku merasa turut melalui apa yang ia lalui, merasakan yang ia rasakan, dan mempertanyakan pertanyaan yang ia tanyakan. Setelah membaca buku ini, aku dibuat berpikir. Memikirkan bagaimana orang-orang kebanyakan pasti berpikir seperti Ray, apapun kondisi hidupnya. Setiap orang pasti pernah mempertanyakan apakah sebenarnya hidup ini adil? Dan juga apa alasan hal-hal buruk menimpa kehidupannya. Lewat buku ini, mata dan hatiku seperti benar-benar terbuka dan sungguh tersadar, bahwa hidup ini sebenarnya amat sangat adil; hanya saja mungkin kita yang tidak mengetahuinya - sama seperti Ray. Ketika kenyataan-kenyataan hidup sedikit demi sedikit diungkap pada Ray, aku bisa merasakan betapa ia amat terkejut dan tidak menyangka hal-hal yang telah terjadi dalam hidupnya maupun hidup orang lain. Aku rasa banyak orang akan mengalami hal yang serupa, jika seluruh rahasia kehidupan diungkap terang-terangan di depan mata kita.

"Apakah hidup ini adil, Ray? Entahlah. Aku juga pernah sekali-dua bertanya kepada Tuhan. Ah, sayang kita selalu menurutkan perasaan dalam urusan ini. Kita selalu berprasangka buruk. Kita membiarkan hati yang mengambil alih, menduga-duga... Tidak puas menduga-duga, kita membiarkan hati mulai menyalahkan. Mengutuk semuanya. Kemudian tega sekali, menjadikan kesalahan orang lain sebagai pembenaran atas tingkah laku kita."
"Kau tahu, hampir semua orang pernah kehilangan sesuatu yang berharga miliknya, amat berharga malah. Ada yang kehilangan sebagian tubuh mereka, cacat, kehilangan pekerjaan, kehilangan anak, orang-tua, benda-benda berharga, kekasih, kesempatan, kepercayaan, nama baik, dan sebagainya. Dalam ukuran tertentu, kehilangan yang kau alami mungkin jauh lebih menyakitkan. Tetapi kita tidak sedang membicarakan ukuran relatif lebih atau kurang. Semua kehilangan itu menyakitkan."

Plot buku ini, kalau boleh aku katakan adalah seperti sebuah lingkaran yang utuh: dimulai dari satu titik, dan semuanya kembali berhubungan kepada titik awal. Benar-benar sebuah kisah kehidupan yang indah dan terasa sangat nyata. Aku merasa buku ini menggambarkan pahit-manis kehidupan yang sesungguhnya; Dimana manusia tidak hanya hidup untuk bersenang-senang dan hidup bahagia selamanya, tetapi juga banyak merasakan sakitnya kehilangan, melewati banyak kesulitan hidup, dan juga menghadapi takdir yang terkadang kejam.

Begitu pula dengan karakter-karakter yang muncul dalam buku ini. Mereka semua bukan orang yang istimewa atau memiliki sesuatu yang spesial dalam diri mereka. Orang-orang yang diperkenalkan dalam buku ini adalah orang-orang biasa, sebiasa orang-orang yang kita temui sehari-hari. Bahkan karakter utama dalam buku ini, Ray, pada awalnya bisa dinilai sebagai orang jahat dan hancur oleh orang luar. Akan tetapi aku tidak bisa menilainya demikian karena mengetahui masa lalunya, kepahitannya, penderitaannya - yang membuatku memaklumi segala perbuatan Ray. Demikian juga dengan banyak karakter lain dalam buku ini, yang mungkin terlihat jahat, akan tetapi sebenarnya ada penyesalan dalam diri yang membuat mereka melakukan banyak hal untuk menebusnya. Ada pula karakter-karakter sebaliknya yang berhati baik dan tulus, namun sayang kehidupan mereka harus cepat berakhir. Setiap karakter dalam buku ini telah mengajarkan banyak hal padaku.

"Kau tidak seharusnya menjalani masa-masa gelapmu dengan alasan karena hidup ini tidak adil. Kau tidak seharusnya menyalahkan orang-orang yang membuat kehidupanmu buruk, lantas mencari pembenaran-pembenaran."

Hal-hal lain yang membuatku merasa buku ini amat berkesan adalah penulisannya yang sangat baik dan mengalir sekali (tentu saja ini adalah salah satu alasan kenapa Tere-Liye menjadi penulis favoritku). Pelajaran-pelajaran tentang kehidupan yang didapat lewat buku ini juga sangat banyak dan patut diresapi dengan baik. Aku juga menyukai kutipan yang terdapat dalam buku ini, dan cerita-cerita perumpamaan yang membuat beberapa hal jadi lebih mudah dimengerti (seperti Aku Arab Tidak Berguna dan Aku Dua Pemahat). Satu hal lagi yang sangat istimewa dari buku ini adalah setiap judul bab-nya dimulai dengan kata "Aku", seperti sebuah perkenalan.

Tidak perlu diragukan lagi, buku ini sudah membekas sangat dalam di hatiku. Aku sangat berterima-kasih pada Bang Tere yang menuliskan buku ini, benar-benar telah mengajarkan banyak hal padaku :) Buku ini tergolong bacaan yang cukup berat menurutku, tetapi aku akan tetap merekomendasikannya pada semua orang.

"Ketahuilah, Ray, ketika kau merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kau harus melihat ke atas, pasti ada kabar baik untukmu, janji-janji, masa depan.
Dan sebaliknya, ketika kau merasa hidupmu menyenangkan dan selalu merasa kurang dengan semua kesenangan maka itulah saatnya kau harus melihat ke bawah, pasti ada yang lebih tidak beruntung darimu. Hanya sesederhana itu. Dengan begitu, kau akan selalu pandai bersyukur."



 5/5 stars
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 
// Lomba Estafet Review Buku //
Buku ini dapat kamu peroleh di Toko Buku Online Bookoopedia.com | FB bookoopedia | Twitter @bookoopedia
So, selanjutnya aku menyerahkan tongkat estafet ini kepada temanku, di blognya:
Ayo tulis review di blogmu, siapa tau ntar kamu yang menang lho! http://www.bookoopedia.com/id/berita/id-88/lomba-estafet-review-buku.html
by.stefaniesugia♥ .

15 comments:

  1. Sepertinya sy yg pertama memberikan komen, lepas Stefanie men-tag di fb. Terimakasih sdh membuat review se-positif ini.

    ReplyDelete
  2. Ah.... bagus banget yah bukunya???? Udah masuk wishlist sih... tapi belum sempat terbeli....

    ReplyDelete
  3. Review yang bagus. Jadi pingin beli bukunya. :)

    ReplyDelete
  4. buku karya tere liye yg pertama saya baca, keren sekali reviewnya

    ReplyDelete
  5. @Liezniez_cut: yup, ini buku favoritku juga ;DD
    @Jendela Kecil: makasih ud baca ^^

    ReplyDelete
  6. trims ya , ini sangat membantu tugasku :) senangnya :)

    ReplyDelete
  7. aq selalu suka karyanya tere liye mulai dari hafalan shalat delisha, bidadari surga, moga bunda disayang Allah, hingga yang aku baru baca belakangan ini (karena buku rembulan tenggelam di wajahmu sudah habis stocknya :( )judulnya daun yang jatuh tak pernah membenci angin..sangat sederhana tapi begitu menyentuh...

    ReplyDelete
  8. Bukunya biasa aja. Tapi isinya dan penulisnya luar biasa jenius.Setelah membaca buku ini, saya jadi bingung mau komentar apa lagi. Menakjubkan !!!!

    ReplyDelete
  9. Dari sekian banyak buku Tere Liye, "Rembulan Tenggelam di WajahMu" menempati uratan pertama. Belum ada yg bisa menggesernya :)

    Nice review,, ^.^

    ReplyDelete
  10. Hai Stefanie, I second your review! :) Namaku Nisa.
    Buku ini memang bagus banget saking bagus nya sampe susah ngedeskripsiinnya. Dulu sempat bikin review kecil2an karena kehabisan kata-kata buat ngereview novel ini, tp aku mau kasih satu kata, indah. Kalau boleh, aku minta izin pasang review kamu di tumblr aku ya, belum aku post, yang jelas tetep aku kasih sumbernya (web ini).

    dan alur nya mmg hampir sama ky The Five People You Meet In Heaven (aku baca Rembulan Tenggelam di Wajahmu dulu). But both are great in their own way.

    Happy reading! You have a great blog anyway :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Nisa, thank you! Boleh-boleh aja kok pasang di tumblr, no problem ;)
      Salam kenal, and happy reading too!

      Delete