Wednesday, March 28, 2012

Book Review: Bittersweet Love by Netty Virgiantini & Aditia Yudis

.
BOOK review
Started on: 26.March.2012
Finished on: 27.March.2012


Judul Buku : Bittersweet Love
Penulis : Netty Virgiantini & Aditia Yudis
Penerbit : GagasMedia
Tebal : 252 Halaman
Tahun Terbit: 2012
Harga: Rp 47,000
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Ini adalah novel Gagas Duet kedua yang aku baca setelah Beautiful Mistake yang ditulis oleh Sefryana Khairil dan Prisca Primasari (untuk Book Review: Beautiful Mistake baca disini); dan untungnya kali ini, novel Gagas Duet memenuhi ekspektasiku dengan adanya kata "Duet". Di Beautiful Mistake, buku itu terdiri atas dua kisah yang berbeda. Sedangkan di Bittersweet Love ini, memang ada dua bagian cerita yang terpisah; namun tetap menjadi satu kesatuan, satu plot yang sama, hanya dari dua sudut pandang yang berbeda. Ini pertama kalinya aku membaca karya Netty Virgiantini dan Aditia Yudis, and honestly, I'm impressed :))

Berikut adalah review singkat dari kisah yang terdapat dalam buku ini:

// T A K E  I T //
by Netty Virgiantini

Kisah ini diawali dari seorang perempuan bernama Nawang, yang sedang berada di tengah tawuran antar sekolah. Ia bukanlah gadis penakut, ia berani maju ke barisan depan yang dianggap paling berbahaya. Dan saat itulah ia berhadapan dengan seorang yang ia benci; lelaki yang berasal dari musuh bebuyutan sekolahnya. Lelaki yang juga turut ambil bagian dalam menghancurkan keluarganya yang dulu terasa begitu sempurna. Lelaki itu adalah Hefin: saudara tirinya. Dalam setiap tawuran, Nawang selalu berhasil dilindungi oleh sahabatnya, Artan. Tanpa diketahui Artan, Nawang menyimpan perasaan yang istimewa kepada sahabatnya itu.

Namun kisah ini tidak hanya membahas kisah cinta Nawang; tetapi perasaannya yang terluka dan menjadi pahit semenjak kedua orangtuanya bercerai. Nawang dipaksa untuk memilih tinggal bersama siapa, dan pilihannya jatuh pada Ibunya. Masalah tidak berhenti disana, tetapi berlanjut dengan Ayahnya yang menikah dengan wanita lain; yang membuatnya mempunyai saudara tiri bernama Hefin. Kemudian tak lama kemudian, Ibunya pun menikah lagi dengan seorang pria yang ternyata adalah mantan pacar Ibunya dulu. Mau tak mau, Nawang mendapat saudara tiri yang tinggal serumah dengannya, bernama Joanna. Hal yang menyakitkan bagi Nawang adalah, sahabatnya yang ia sukai menyukai Joanna - saudara tirinya.

"Aku tahu Artan menyukai Jo. Dia juga sudah mengakuinya di depanku. Ada rasa sakit luar biasa ketika mengetahuinya. Tapi tidak apa-apa... Bagiku sudah cukup bisa berada di dekatnya... Aku cukup tahu diri untuk tidak berharap lebih. Tapi kenapa setiap melihat mereka berdua, hatiku selalu terasa perih?"

Dengan semua kepahitan dalam hatinya, Nawang menunjukkan kebencian dalam hatinya lewat tindakannya kepada keluarganya. Ia merasa tidak ada seorang pun yang ada lagi untuknya. Dan entah bagaimana, melihat Nawang yang begitu terluka, membuat rasa bersalah timbul dalam hati Hefin, saudara tirinya. Bahkan di samping rasa bersalah itu, timbul perasaan lain yang entah mengapa turut timbul dalam hati Hefin tanpa ia sadari.

"Dengan sorot mata tajam dan tatapan marah dipandanginya tubuh Nawang berguling-guling di aspal dalam pelukan Artan. Apa mereka pacaran? Setiap kali Hefin melihat Artan mati-matian melindungi Nawang, sebuah emosi yang tak jelas asalnya seolah membakar dada Hefin. Entah karena gagal melukai Nawang? Atau karena Artan selalu berhasil melindungi cewek itu?"

Kisah ini adalah tentang rasa kehilangan dan perasaan yang terluka. Tetapi seperti yang ditulis di cover buku ini: cinta pun bisa tumbuh dari luka.

"...dalam hidup ini terkadang kita dihadapkan pada sesuatu yang tidak menyenangkan. Kesedihan, kehilangan, dan mungkin berbagai macam cobaan lainnya. Tapi justru itu yang membuat kita jadi lebih kuat."
"Jangan memendam rasa benci dalam hatimu, hidup akan terasa menjadi lebih berat. Kebencian itu seperti beban, semakin lama kamu simpan semakin berat beban yang kamu rasakan."
// P U L A N G //
by Aditia Yudis

Kisah Take It diceritakan dari sudut pandang seorang Nawang; sedangkan bagian kedua dari buku ini adalah cerita yang disampaikan dari sudut pandang Joanna - saudara tiri Nawang. Di saat Nawang merasa kedua orangtuanya telah direbut, Joanna yang hanya memiliki seorang Ayah karena Ibunya sudah meninggal pun mengalami hal yang serupa. Joanna yang harus pindah ke Solo karena Ayahnya menikah lagi harus kehilangan teman-temannya di Bandung. Di Solo, ia tidak punya siapa-siapa dan sendirian. Ia semakin merasa kesepian ketika Nawang selalu menunjukkan perasaan benci padanya. Joanna seolah kehilangan semuanya; mulai dari kehilangan Bunda-nya, kehilangan Ayah-nya, dan kehilangan kehidupannya.

"Aku belum menemukan bentuk kehilangan yang menyenangkan. Semua rupa kehilangan rasanya selalu meninggalkan luka, kesedihan, dan penyesalan."

Jalan cerita yang dikisahkan sedikit banyak mirip dengan Take It, hanya saja cerita ini diceritakan dengan sudut pandang dan perasaan yang timbul dalam hati Joanna. Bagaimana ia juga melakukan banyak perlawanan kepada Ayahnya dan Ibu Nawang dengan membolos sekolah, bagaimana ia menanggapi perlakuan Nawang yang menurunkannya di tengah jalan, dan bagaimana Joanna menanggapi Artan - sahabat Nawang - yang sepertinya tertarik padanya. Selama melalui semua itu, Joanna hanya mempunyai Abang-nya sebagai tempat berlindung dan berkeluh kesah. Sesungguhnya, Joanna hampir menyerah menghadapi kehidupan barunya. Yang ia inginkan adalah kehidupannya yang dulu, bersama Ayah dan Bunda-nya.

"Aku rindu bunda. Aku rindu kebersamaan kami dulu. Ayah, aku ingin pulang. Namun tak sepatah katapun keluar dari mulutku."

Jika dilihat dari sudut pandang Joanna, akan terlihat bahwa dari kisah ini tidak hanya Nawang sajalah orang yang menderita. Bahkan bisa dibilang dari beberapa aspek kalau Joanna jauh lebih menderita daripada Nawang: karena ia sudah tidak bisa bertemua Bunda-nya lagi dan karena ia tidak mempunyai teman di sekolah. Beberapa kali Joanna sempat berpikir untuk pulang, pulang kepada Bunda-nya yang sudah tidak ada lagi di dunia. Seberat itulah perasaan sepi dan terluka yang dirasakan oleh Joanna. Apakah yang akan menjadi pilihan akhir Joanna? Menerima kehidupan barunya atau terus-menerus melakukan perlawanan?

"Aku tidak ingin bunda meninggalkanku, aku masih ingin selalu bersamanya. Kukatakan padanya aku tidak ingin dia pergi. Bunda membalasnya dengan mengatakan tidak akan pernah pergi... ia hanya pulang... Bunda memintaku menjaga dan merawat Ayah, serta memintaku untuk menjaga diriku hingga nanti tiba kesempatan kami masing-masing untuk pulang."
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Well, seperti yang sudah aku katakan di awal review, aku sangat-sangat puas dengan Gagas Duet kali ini. Selain karena keduanya mempunyai gaya penulisan yang sangat baik, plot cerita yang berhubungan satu sama lain digali secara mendalam lewat dua sudut pandang yang berbeda. Hal ini membuat buku Bittersweet Love secara keseluruhan menjadi satu paket yang menarik untuk dinikmati. Di Take It, emosi Nawang digambarkan dengan jelas dan sebagai pembaca aku sedikit banyak bisa memahami perasaan yang dialaminya. Begitu juga dengan perasaan Joanna; yang meskipun berbeda dari apa yang dirasakan oleh Nawang, tetapi terasa sama dalamnya. Hal yang sedikit disayangkan adalah kisah romance-nya yang tidak terlalu mendapat spotlight dalam buku ini. Padahal judulnya sendiri adalah Bittersweet Love; yaitu perasaan cinta yang tumbuh dari perasaan terluka. Hefin yang menyukai saudara tiri yang membencinya; Jonna yang disukai oleh Artan - sahabat kakak tiri yang membencinya. Tetapi overall, buku ini tetap menyenangkan untuk dibaca.

Dari sebuah kisah yang diceritakan dari dua sudut pandang ini, aku mempelajari banyak hal. Salah satu di antaranya adalah ketika kita menghadapi sebuah masalah, jangan mengira kita adalah satu-satunya orang yang menderita. Semua orang mempunyai masalah mereka masing-masing, dan masalah yang kita hadapi belum tentu lebih berat daripada apa yang orang lain alami.


Overall, satisfied with this duet. Sebenarnya ada sedikit dorongan untuk memberi rating 5, tapi ada secuil ketidakpuasan yang membuatnya turun setengah :P But I'm looking forward to these 2 authors solo works. Menurutku dua-duanya punya gaya penulisan yang baik sekali :))


4.5/5 stars
by.stefaniesugia♥ .

1 comment: